BRI

Strategi BRI Dorong Bisnis Wealth Management

Strategi BRI Dorong Bisnis Wealth Management
Strategi BRI Dorong Bisnis Wealth Management

JAKARTA - Alih-alih hanya mengandalkan pendapatan dari bunga kredit, PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk (BRI) kini semakin serius menggarap potensi fee based income dari bisnis wealth management. Strategi ini bukan hanya menambah diversifikasi pendapatan bank, tetapi juga membuka peluang besar untuk mengoptimalkan aset nasabah prioritas di tengah meningkatnya minat investasi masyarakat.

Wealth management atau layanan pengelolaan kekayaan kini menjadi lini bisnis strategis yang terus ditingkatkan BRI. Kepala Divisi Wealth Management BRI, Catur Budi Harto, mengungkapkan bahwa hingga akhir 2015, BRI menargetkan pendapatan dari fee based income di lini bisnis ini bisa mencapai Rp 200 miliar. “Bagi kami, ini bisnis yang tumbuhnya bisa semakin berlipat,” ujar Catur.

Catur menjelaskan bahwa hingga Mei 2015 saja, BRI sudah berhasil mencatatkan pendapatan fee based sebesar Rp 80 miliar, setara dengan 40 persen dari target tahunan. Pencapaian ini memberikan sinyal kuat bahwa bisnis wealth management di BRI memiliki potensi akselerasi yang signifikan di paruh kedua tahun berjalan.

Peluang Besar dari Basis Nasabah Raksasa BRI

Sebagai bank dengan basis nasabah terbesar di Indonesia, BRI menyimpan potensi pasar wealth management yang luar biasa. Tercatat, BRI memiliki sekitar 50 juta nasabah ritel. Namun, dari jumlah itu, nasabah prioritas atau nasabah yang memiliki simpanan minimal Rp 500 juta baru mencapai 40.000 nasabah—hanya sekitar 0,08 persen dari total nasabah BRI. Meski terlihat kecil, angka ini mencerminkan peluang yang masih terbuka lebar mengingat penetrasi produk investasi di pasar modal nasional saat ini baru 0,11 persen.

BRI tidak tinggal diam melihat rendahnya penetrasi ini. Bank pelat merah ini menargetkan jumlah nasabah prioritas akan bertambah menjadi 50.000 hingga akhir 2015. Ini berarti penambahan 10.000 nasabah prioritas dalam tempo setengah tahun ke depan—langkah agresif yang menggambarkan keseriusan BRI menggarap segmen ini.

Menggandeng Produk Investasi untuk Perbesar Dana Kelolaan

Selain menambah jumlah nasabah prioritas, BRI juga menargetkan peningkatan dana kelolaan atau asset under management (AUM) secara signifikan. Catur menyebut BRI menargetkan AUM pada akhir 2015 dapat mencapai Rp 50 triliun, naik 130 persen dibandingkan posisi tahun 2014. Pertumbuhan fantastis ini akan datang dari dua sumber utama: dana pihak ketiga (DPK) dan dana produk investasi yang dijual melalui BRI.

“Target kami Rp 5 triliun, dari reksa dana, bancassurance, sukuk ritel, hingga obligasi ritel Indonesia,” jelas Catur. Meski diakui porsi AUM masih didominasi DPK, namun BRI optimistis kontribusi dana dari produk investasi akan terus tumbuh seiring meningkatnya edukasi dan minat nasabah terhadap berbagai instrumen investasi.

Fokus Edukasi dan Pemahaman Nasabah

Salah satu tantangan utama dalam mengembangkan bisnis wealth management adalah rendahnya literasi keuangan masyarakat, terutama dalam hal investasi di pasar modal. Banyak nasabah yang masih menganggap menabung di rekening tabungan sebagai satu-satunya pilihan aman, padahal diversifikasi ke produk investasi dapat memberikan potensi imbal hasil lebih optimal.

BRI, melalui Divisi Wealth Management, gencar melakukan edukasi kepada nasabah prioritas mengenai pentingnya diversifikasi aset. Strategi ini ditempuh melalui berbagai kegiatan seperti seminar investasi, one on one consultation, hingga workshop yang diadakan di berbagai kota. Upaya ini diharapkan tak hanya mendongkrak penjualan produk investasi, tetapi juga meningkatkan kepercayaan nasabah kepada BRI sebagai mitra pengelolaan kekayaan yang andal.

Kolaborasi dengan Produk Bancassurance dan Instrumen Pasar Modal

Guna memperkaya portofolio pilihan investasi bagi nasabah prioritas, BRI juga menjalin kerja sama dengan sejumlah manajer investasi dan perusahaan asuransi untuk menghadirkan produk bancassurance. Selain itu, BRI terus menawarkan produk-produk unggulan seperti reksa dana, sukuk ritel, dan obligasi ritel Indonesia.

“Dengan variasi produk investasi ini, nasabah kami memiliki banyak alternatif untuk mengembangkan kekayaannya sesuai profil risiko masing-masing,” kata Catur. Strategi ini dinilai sangat efektif untuk menarik minat nasabah yang sebelumnya hanya menempatkan dana pada tabungan atau deposito konvensional.

Wealth Management Jadi Pilar Diversifikasi Pendapatan

Secara menyeluruh, wealth management kini bukan lagi sekadar pelengkap bagi BRI. Bisnis ini dipandang sebagai pilar penting dalam upaya bank meningkatkan porsi pendapatan non-bunga atau fee based income. Langkah ini selaras dengan visi transformasi BRI menjadi bank modern yang tidak hanya mengandalkan bunga kredit sebagai sumber utama keuntungan, tetapi juga menjajaki lini bisnis lain yang lebih berkelanjutan.

Ke depan, pertumbuhan wealth management diprediksi akan semakin pesat, terutama jika melihat tren kenaikan jumlah individu dengan kemampuan finansial tinggi (high net worth individual) di Indonesia. Menurut Catur, hal ini menuntut BRI untuk terus berinovasi dalam menawarkan produk-produk investasi yang kompetitif sekaligus membangun ekosistem pelayanan prioritas yang mendukung nasabah dalam mengembangkan aset mereka.

Kesimpulan: Peluang Terbuka, Transformasi Dimulai

Pencapaian fee based income sebesar Rp 80 miliar hingga Mei 2015 menjadi tonggak penting bagi BRI dalam membuktikan bahwa bisnis wealth management punya peluang tumbuh berlipat. Dengan target Rp 200 miliar dan strategi agresif memperluas jumlah nasabah prioritas, BRI menegaskan komitmennya untuk mengambil posisi strategis di industri wealth management nasional. Bila konsisten dijalankan, lini bisnis ini akan semakin memperkokoh posisi BRI bukan hanya sebagai bank rakyat, tetapi juga sebagai bank pengelola kekayaan terdepan di Indonesia.

Rekomendasi

Index

Berita Lainnya

Index