ENERGI

Menjejak Masa Depan Energi Hijau

Menjejak Masa Depan Energi Hijau
Menjejak Masa Depan Energi Hijau

JAKARTA - Pada pertengahan Juni 2025, perhatian publik tertuju pada industri semen nasional yang kini diarahkan untuk memainkan peran penting dalam peta transisi energi hijau Indonesia. Momentum ini tercipta dalam sebuah kunjungan kerja spesifik yang dilakukan oleh Anggota Komisi VII DPR RI, Novita Hardini, ke fasilitas produksi PT Solusi Bangun Indonesia Tbk (SBI) yang berlokasi di Kabupaten Bogor, Jawa Barat, pada Senin, 14 Juni 2025.

Kunjungan ini menjadi penanda penting, karena secara langsung menegaskan urgensi kontribusi sektor industri berat—khususnya semen—dalam menyukseskan target besar Indonesia menuju Net Zero Emissions pada tahun 2060.

Menggeser Paradigma: Industri Berat sebagai Katalis Energi Hijau

Selama ini, industri semen dikenal sebagai salah satu penyumbang emisi karbon terbesar dalam sektor manufaktur. Namun, dalam pernyataannya, Novita Hardini mengajak semua pemangku kepentingan untuk memandang industri ini sebagai bagian dari solusi, bukan semata-mata sebagai sumber masalah.

“Industri semen di dalam negeri didorong untuk menjadi pelopor penggerak energi hijau untuk mencapai Net Zero Emissions pada tahun 2060,” tegas Novita.

Pernyataan ini menunjukkan bahwa sektor semen bukan hanya dituntut untuk menyesuaikan diri, tetapi justru diharapkan menjadi pelopor. Tuntutan ini sejalan dengan peran strategis industri ini dalam pembangunan infrastruktur nasional yang sangat erat dengan pembangunan berkelanjutan.

Dari Emiten Karbon Menjadi Penggerak Inovasi Energi

Transformasi yang diharapkan tidak semata-mata bersifat simbolik. Banyak tantangan teknis, struktural, dan kebijakan yang harus diatasi. Namun, di balik tantangan tersebut, terdapat pula peluang besar untuk mentransformasi industri semen menjadi sektor yang lebih efisien dan berkelanjutan.

Transformasi Teknologi

Industri semen memiliki peluang besar dalam adopsi teknologi rendah karbon, seperti pemanfaatan bahan bakar alternatif (co-processing), penggunaan energi terbarukan, dan pengembangan sistem produksi yang lebih efisien. Salah satu contoh nyatanya adalah teknologi kiln hemat energi serta sistem penangkapan dan penyimpanan karbon (carbon capture and storage).

Kebijakan yang Mendukung

Dalam perannya sebagai legislator, Novita mendorong agar pemerintah pusat dapat merancang kerangka regulasi dan insentif yang mendorong adopsi energi hijau di sektor industri berat. Dengan dukungan yang memadai, perusahaan dapat lebih mudah beralih ke teknologi dan proses produksi ramah lingkungan tanpa khawatir akan terganggunya stabilitas bisnis mereka.

Studi Kasus: PT Solusi Bangun Indonesia Tbk (SBI)

PT SBI menjadi salah satu contoh perusahaan yang mulai menunjukkan komitmen terhadap pengurangan emisi karbon. Dalam kunjungan tersebut, Novita Hardini menyaksikan langsung proses produksi semen serta upaya perusahaan dalam mengelola limbah dan menurunkan jejak karbon.

Meski begitu, menurut Novita, masih banyak ruang perbaikan yang bisa dilakukan. Ia mengapresiasi langkah awal yang sudah ditempuh SBI, namun menekankan pentingnya akselerasi dan konsistensi dalam implementasi program hijau.

Kolaborasi Lintas Sektor: Kunci Keberhasilan Transformasi

Upaya transisi menuju industri semen yang rendah emisi tidak bisa dilakukan sendirian. Dibutuhkan kolaborasi aktif dari berbagai pihak—pemerintah, pelaku industri, akademisi, dan masyarakat sipil.

Pemerintah

Pemerintah memiliki peran vital dalam menetapkan standar emisi dan memberikan insentif fiskal yang mendorong investasi hijau. Selain itu, sinergi antara kementerian teknis seperti ESDM, KLHK, dan Kementerian Perindustrian sangat penting untuk menyelaraskan kebijakan sektoral.

Dunia Usaha dan Rantai Pasok

Produsen semen seperti SBI tidak berdiri sendiri. Mereka merupakan bagian dari rantai pasok yang kompleks, mulai dari penyedia bahan baku hingga konsumen akhir. Oleh karena itu, komitmen terhadap praktik berkelanjutan harus mencakup seluruh mata rantai industri.

Akademisi dan Peneliti

Pengembangan teknologi rendah karbon membutuhkan riset dan pengembangan yang mendalam. Lembaga riset dan universitas dapat memainkan peran penting dalam menciptakan inovasi yang relevan dan aplikatif untuk dunia industri.

Hambatan Nyata dalam Implementasi

Tidak dapat dipungkiri, terdapat beberapa hambatan besar dalam implementasi program transisi hijau di industri semen. Beberapa tantangan utama antara lain:

Investasi awal yang tinggi: Teknologi baru membutuhkan modal besar, yang tidak selalu dapat dijangkau oleh seluruh pelaku industri.

Kurangnya SDM terampil: Implementasi teknologi rendah emisi memerlukan tenaga kerja yang terlatih dan memahami sistem produksi baru.

Pasar yang belum siap: Produk ramah lingkungan cenderung lebih mahal, sementara kesadaran konsumen terhadap pentingnya produk hijau masih terbatas.

Rekomendasi Aksi dari DPR

Dalam kunjungan tersebut, Novita Hardini menyampaikan beberapa rekomendasi konkret:

Penyusunan peta jalan dekarbonisasi industri semen secara nasional.

Fasilitasi green financing melalui kerja sama dengan lembaga keuangan dan bank pembangunan.

Penguatan pendidikan dan pelatihan vokasional untuk mendukung tenaga kerja terampil di bidang energi hijau.

Monitoring dan evaluasi berkala terhadap kinerja emisi industri semen.

Pilot project penerapan teknologi karbon rendah di sejumlah pabrik untuk dijadikan role model.

Dampak Positif dalam Jangka Panjang

Jika strategi ini dijalankan dengan baik, industri semen tidak hanya akan berkontribusi dalam menurunkan emisi karbon nasional, tetapi juga memperkuat daya saing global. Keberhasilan transformasi ini akan memperkuat posisi Indonesia sebagai negara berkembang yang mampu melakukan transisi energi secara adil dan inklusif.

Lebih dari itu, sektor ini dapat menciptakan lapangan kerja hijau, memperluas pangsa pasar ekspor, dan memperbaiki kualitas lingkungan hidup secara keseluruhan.

 Momentum Hijau Harus Diperkuat

Kunjungan kerja Novita Hardini ke PT Solusi Bangun Indonesia Tbk bukanlah sekadar kegiatan simbolik, tetapi sinyal kuat bahwa arah kebijakan energi dan industri di Indonesia tengah memasuki babak baru. Dengan target Net Zero Emissions pada 2060 sebagai tonggak utama, industri semen diharapkan bukan hanya mengikuti arus, tetapi menjadi motor penggerak perubahan menuju masa depan yang lebih bersih dan berkelanjutan.

Langkah-langkah yang ditempuh hari ini akan menentukan kualitas lingkungan dan pembangunan ekonomi Indonesia di masa depan. Karena itu, dorongan legislatif yang disampaikan dalam kunjungan ini patut dijadikan pijakan bagi transformasi industri yang lebih inklusif, hijau, dan tangguh.

Rekomendasi

Index

Berita Lainnya

Index