JAKARTA - Di tengah dorongan global terhadap transisi energi dan kebutuhan material strategis untuk kendaraan listrik, keberadaan fasilitas pengolahan nikel seperti PT Indonesia Morowali Industrial Park (IMIP) menjadi vital. Kawasan industri yang terletak di Kabupaten Morowali, Sulawesi Tengah ini, bukan hanya dikenal karena skala operasionalnya, melainkan juga karena kompleksitas teknologi yang digunakan dalam memproses bijih nikel dari tahap awal hingga menjadi produk akhir berdaya saing tinggi.
Berkunjung ke kawasan PT IMIP bukan sekadar menyaksikan proses industri biasa. Dalam kunjungan bertajuk Media Visit Nasional, sejumlah jurnalis nasional diberi kesempatan menyaksikan langsung seluruh tahapan peleburan nikel dari bijih saprolit. Kegiatan ini membuka wawasan tentang betapa rumit dan berharganya proses yang mengubah bahan mentah menjadi logam bernilai tinggi seperti feronikel, nickel pig iron (NPI), hingga nikel matte.
Nikel telah menjadi bahan baku esensial di era modern. Ia ditemukan dalam alat-alat rumah tangga, bodi kendaraan, hingga menjadi komponen vital dalam baterai kendaraan listrik. Namun, publik mungkin belum banyak yang mengetahui bagaimana logam ini diolah dari batuan mentah di tanah, menjadi produk yang bisa digunakan di lini produksi industri global.
- Baca Juga Pemimpin Transisi Energi Bersih
Teknologi Tinggi dan Suhu Ekstrem
Pengolahan dimulai dari bijih nikel jenis saprolit batuan dengan kadar nikel tinggi, berkisar 1,5 hingga 3 persen. Dalam pengolahannya, PT IMIP menggunakan teknologi Rotary Kiln Electric Furnace (RKEF), dengan suhu ekstrem mencapai 1.400 hingga 1.800 derajat Celsius. Proses ini dilakukan untuk memisahkan nikel dari unsur-unsur lainnya dalam bijih tersebut.
Salah satu pekerja di area smelter menuturkan bahwa proses smelting ini sangat krusial. "Proses smelting merupakan tahap paling krusial karena kandungan air harus benar-benar nol persen. Jika ada sisa air, bisa terjadi ledakan,” jelasnya. Pernyataan ini menunjukkan betapa pentingnya pengendalian suhu dan kelembaban dalam proses peleburan logam, mengingat risiko keselamatan yang menyertainya.
Untuk itu, operator di ruang kontrol bertanggung jawab penuh memantau suhu dan stabilitas sistem secara terus-menerus. Hingga saat ini, PT IMIP telah mengoperasikan 54 line smelter, menandai kapasitas dan skala industri yang sangat besar. Seluruh kegiatan ini dijalankan dengan prosedur keselamatan ketat, termasuk pelarangan penggunaan telepon genggam di area smelter dan kewajiban memakai perlengkapan pelindung lengkap bagi seluruh pengunjung.
Dua Jalur Pengolahan: Pyro dan Hydro
Emilia Bassar, Communications Director PT IMIP, menjelaskan bahwa pengolahan bijih nikel dilakukan melalui dua pendekatan utama, tergantung pada jenis bijihnya. Untuk bijih saprolit, digunakan metode pyrometallurgy yang menghasilkan produk seperti feronikel, NPI, dan nikel matte.
“Pengolahan nikel dengan metode ini dapat menghasilkan produk dengan kadar nikel berbeda NPI sekitar 10%, feronikel 15–40%, dan nikel matte bahkan bisa mencapai hingga 80%,” jelas Emilia.
Sementara itu, untuk bijih limonit yang memiliki kadar nikel lebih rendah, diterapkan metode hydrometallurgy, tepatnya teknologi High Pressure Acid Leaching (HPAL). Proses HPAL memanfaatkan asam sulfat (H₂SO₄) yang dipanaskan hingga suhu 270 derajat Celsius dalam autoclave bertekanan tinggi, menghasilkan Mixed Hydroxide Precipitate (MHP). MHP inilah yang menjadi bahan baku untuk nikel sulfat dan kobalt sulfat komponen utama baterai kendaraan listrik.
“Pengolahan nikel dengan HPAL merupakan bagian penting dalam mendukung industri kendaraan listrik nasional,” tambah Emilia.
Proses Tahapan Produksi
Kegiatan peleburan nikel di kawasan industri PT IMIP tidak berhenti di tahap ekstraksi. Terdapat rantai proses lanjutan yang sangat sistematis, terdiri dari:
Ekstraksi Melalui metode peleburan atau hidrometalurgi, bijih diubah menjadi logam nikel mentah.
Smelting Logam dipanaskan dan dilebur untuk menghasilkan campuran logam sesuai kebutuhan.
Pembentukan Hasil peleburan dibentuk dalam bentuk slab, batang, pipa, atau lembaran.
Tahap Akhir Produk akhir seperti stainless steel diproses agar tahan terhadap korosi dan memenuhi standar industri.
“Satu gulungan besar stainless steel bisa mencapai berat hingga 21 ton,” ujar salah satu teknisi saat menjelaskan hasil produksi mereka.
Selain stainless steel, PT IMIP juga menghasilkan produk turunan seperti steel slab, steel plate, steel bar, dan steel wire rod. Produk-produk ini digunakan dalam berbagai sektor industri, dari konstruksi hingga manufaktur berat.
Keamanan dan Komitmen Lingkungan
Skala besar operasi PT IMIP tentu menimbulkan pertanyaan seputar aspek keselamatan dan lingkungan. Dari pemantauan di lokasi, terlihat bahwa perusahaan menerapkan standar keamanan tinggi dan pengawasan ketat terhadap semua lini produksi. Setiap proses dijalankan dengan peralatan modern dan diawasi oleh tenaga ahli.
Lebih jauh, PT IMIP juga berkomitmen terhadap keberlanjutan industri, khususnya dalam mendukung hilirisasi mineral dan transisi energi global. Dengan mengolah nikel tidak hanya untuk kebutuhan baja tahan karat tetapi juga untuk baterai kendaraan listrik, perusahaan ini turut berkontribusi pada ekosistem hijau yang kini tengah dikembangkan di Indonesia dan dunia.
Sebagai kawasan industri pengolahan nikel terbesar di Asia Tenggara, PT IMIP tidak hanya menunjukkan keunggulan dalam kapasitas produksi, tapi juga dalam adopsi teknologi, keselamatan kerja, serta kontribusi terhadap strategi hilirisasi nasional. Dari Morowali, nikel Indonesia menjelma menjadi kekuatan strategis dalam peta industri global.