JAKARTA - Kinerja pasar saham Indonesia sepanjang pekan perdagangan 21–25 Juli 2025 mencatat hasil positif yang signifikan. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) mencatat lonjakan hingga 3,17% secara point-to-point, dan ditutup pada level 7.543,5. Penguatan ini menunjukkan optimisme pelaku pasar terhadap situasi pasar domestik maupun global yang mulai membaik.
Tren positif tersebut juga tercermin dari pergerakan investor asing di pasar saham Tanah Air. Selama sepekan, pelaku pasar asing melakukan aksi beli bersih (net buy) di pasar reguler sebesar Rp372 miliar. Namun, bila melihat keseluruhan pasar, investor asing justru masih mencatatkan penjualan bersih (net sell) senilai Rp137 miliar.
Momen menarik dari pekan tersebut adalah bagaimana investor asing menaruh kepercayaan besar terhadap saham unggulan, terutama saham PT Astra International Tbk (ASII). Saham emiten otomotif dan konglomerasi ini mengalami aksi beli bersih tertinggi oleh asing, mencapai Rp561,58 miliar. Dampaknya, harga saham ASII menguat 5,26% dalam sepekan terakhir dan ditutup di level Rp5.000 per saham.
Pola ini menunjukkan bahwa investor asing masih percaya pada fundamental perusahaan besar dengan rekam jejak stabil di tengah ketidakpastian global. ASII, dengan lini bisnis yang terdiversifikasi, kembali menjadi pilihan utama sebagai portofolio strategis bagi asing.
Tak hanya ASII, beberapa saham lain juga ikut diborong oleh investor asing. Saham PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI) menempati posisi kedua dengan net buy sebesar Rp398,59 miliar. Disusul oleh PT Telkom Indonesia Tbk (TLKM) sebesar Rp296,52 miliar, kemudian PT GoTo Gojek Tokopedia Tbk (GOTO) dengan nilai beli asing Rp217,44 miliar, dan PT United Tractors Tbk (UNTR) senilai Rp197,14 miliar.
Kelima saham tersebut menjadi magnet tersendiri bagi arus modal asing selama pekan lalu. Kinerjanya yang relatif solid serta prospek bisnis jangka menengah dan panjang menjadi pertimbangan bagi investor global.
Namun, di sisi lain, aksi jual juga terjadi pada saham-saham yang sebelumnya menjadi favorit. Di urutan teratas saham dengan net sell terbesar oleh investor asing adalah PT Bank Central Asia Tbk (BBCA), dengan penjualan bersih mencapai Rp812,49 miliar. Meski dihantam tekanan jual yang besar, saham BBCA tetap mencatat penguatan tipis sebesar 0,3% ke level Rp8.450 per saham selama periode tersebut.
Selain BBCA, investor asing juga melepas saham PT Bank Mandiri Tbk (BMRI) senilai Rp567,57 miliar. Aksi jual lainnya tercatat pada saham PT Aneka Tambang Tbk (ANTM) sebesar Rp210,47 miliar, PT Surya Semesta Internusa Tbk (SSIA) sebesar Rp180,05 miliar, serta PT TBS Energi Utama Tbk (TOBA) senilai Rp104,65 miliar.
Fenomena ini menunjukkan bahwa keputusan investor asing tidak hanya dipengaruhi oleh tren jangka pendek, melainkan juga oleh pertimbangan nilai saham dan strategi rotasi sektor yang mereka anggap tepat. Saham-saham perbankan seperti BBCA dan BMRI memang masih memiliki prospek kuat, namun aksi ambil untung bisa menjadi salah satu motif di balik net sell besar tersebut.
Secara umum, penguatan IHSG selama sepekan tidak dapat dilepaskan dari dukungan teknikal dan fundamental, serta ekspektasi terhadap kebijakan moneter global yang lebih bersahabat. Selain itu, memasuki musim rilis laporan keuangan kuartal II 2025, banyak investor mulai menempatkan posisi berdasarkan ekspektasi kinerja perusahaan.
Data positif dari pasar global, termasuk penguatan indeks di Wall Street, juga turut menjadi katalis penguatan IHSG. Seiring dengan itu, investor lokal dan asing tampak memanfaatkan momentum untuk mengakumulasi saham-saham berfundamental kuat.
Di tengah pergerakan pasar yang cukup dinamis ini, para analis memperkirakan bahwa tren penguatan IHSG masih bisa berlanjut dalam jangka pendek, dengan catatan tidak ada kejutan signifikan dari faktor eksternal seperti geopolitik maupun kebijakan suku bunga global. Di sisi lain, potensi aksi profit taking juga masih terbuka, terutama terhadap saham-saham yang sudah mengalami kenaikan signifikan dalam waktu singkat.
Pelaku pasar disarankan untuk terus mencermati rotasi sektor, serta mempertimbangkan laporan keuangan emiten yang akan dirilis secara bertahap. Kombinasi sentimen eksternal dan faktor teknikal masih akan menjadi penentu arah IHSG dalam beberapa pekan ke depan.
Dengan tren pembelian bersih investor asing di sejumlah saham unggulan serta penguatan indeks yang cukup tajam dalam sepekan terakhir, pasar modal Indonesia menunjukkan daya tarik tersendiri. Namun, kehati-hatian tetap dibutuhkan agar investor tidak terjebak dalam euforia jangka pendek.
Sebagai penutup, dinamika IHSG pekan lalu menjadi bukti bahwa pasar saham tidak hanya ditopang oleh sentimen sesaat, melainkan juga oleh strategi investasi jangka panjang yang terus berkembang. Aksi beli dan jual oleh investor asing mencerminkan keyakinan serta penyesuaian terhadap kondisi pasar terkini, yang bisa menjadi sinyal penting bagi investor lokal dalam menyusun strategi ke depan.