BMKG

BMKG Ingatkan Warga Maluku Utara Waspadai Cuaca Ekstrem

BMKG Ingatkan Warga Maluku Utara Waspadai Cuaca Ekstrem
BMKG Ingatkan Warga Maluku Utara Waspadai Cuaca Ekstrem

JAKARTA - Cuaca yang tak menentu kembali menghantui wilayah Maluku Utara. Meski matahari masih sering menampakkan diri, di balik langit cerah itu, ancaman cuaca ekstrem terus mengintai. Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Stasiun Meteorologi Kelas I Sultan Baabullah Ternate secara resmi mengeluarkan peringatan potensi cuaca ekstrem yang dapat melanda kawasan ini hingga awal Agustus.

Namun peringatan ini bukan semata peringatan biasa. Di balik data dan prediksi, terdapat ajakan kuat kepada seluruh elemen masyarakat dan pemerintah daerah untuk bersinergi dalam mengurangi risiko bencana. Kepala BMKG Ternate, Sakimin, secara tegas menjelaskan bahwa cuaca ekstrem ini berkaitan erat dengan keberadaan Siklon Tropis Co-May di utara Filipina, yang meskipun menjauh dari wilayah Indonesia, tetap menimbulkan dampak tidak langsung bagi atmosfer di sekitar Maluku Utara.

Siklon tersebut menciptakan pola belokan angin dan memunculkan daerah konvergensi yang mendorong pertumbuhan awan hujan. Imbasnya, kondisi cuaca di beberapa wilayah di Maluku Utara diprakirakan akan terus berubah-ubah, dari cerah berawan menjadi hujan ringan hingga sedang, yang bisa terjadi kapan saja, mulai pagi hingga dini hari.

“Secara umum cuaca di Maluku Utara selama periode ini diprakirakan cerah berawan dengan potensi hujan ringan hingga sedang, yang bersifat fluktuatif,” ungkap Sakimin dalam keterangan resminya. Pola cuaca yang tidak menentu inilah yang menjadi perhatian utama BMKG.

Berdasarkan data prakiraan, beberapa daerah seperti Morotai, Halmahera Utara, Halmahera Barat, Kota Ternate, Tidore Kepulauan, Halmahera Timur, Halmahera Tengah, Halmahera Selatan, dan Kepulauan Sula diprediksi akan mengalami hujan dengan intensitas ringan hingga sedang. Bahkan potensi hujan tersebut diperkirakan akan terus meluas hingga mencakup wilayah Pulau Taliabu.

Namun lebih dari sekadar data teknis, peringatan ini membawa pesan penting: semua pihak harus meningkatkan kesiapsiagaan. BMKG mengingatkan bahwa fenomena hidrometeorologi seperti ini dapat memicu berbagai bencana turunan, seperti banjir, banjir bandang, tanah longsor, pohon tumbang, hingga angin kencang yang membahayakan keselamatan masyarakat.

Tak hanya masyarakat umum, pemerintah daerah pun diminta untuk mengambil langkah cepat dan antisipatif. BMKG mendorong kolaborasi erat antara BPBD, Balai Wilayah Sungai Maluku Utara, serta Direktorat Lalu Lintas Polda Malut agar lebih proaktif dalam mengidentifikasi zona rawan bencana dan mengatur lalu lintas agar tidak melintasi jalur berisiko longsor atau genangan air tinggi.

Kesiapsiagaan bukan hanya tugas pemerintah. BMKG juga mengajak warga untuk mengenali potensi bencana di lingkungan masing-masing. Membuang sampah pada tempatnya, membersihkan saluran air, dan tidak melakukan pembakaran lahan sembarangan merupakan langkah kecil yang dapat berdampak besar dalam menurunkan risiko.

“Dengan meningkatnya potensi cuaca ekstrem ini, kami harap seluruh pemangku kepentingan dan masyarakat dapat meningkatkan kesiapsiagaan dan tetap mengikuti informasi resmi dari BMKG,” ujar Sakimin menutup keterangannya.

Penting pula bagi masyarakat untuk terus memantau perkembangan informasi melalui saluran resmi. BMKG secara berkala memperbarui prakiraan dan peringatan dini, yang dapat diakses melalui aplikasi daring, media sosial resmi, atau portal informasi publik yang tersedia di masing-masing daerah.

Fenomena cuaca ekstrem yang terjadi kini tidak bisa dianggap sebagai kejadian langka. Perubahan iklim global dan anomali cuaca regional menjadikan intensitas serta frekuensi hujan lebat, angin kencang, dan gelombang tinggi semakin sering terjadi. Oleh karena itu, pendekatan adaptif dan preventif perlu menjadi budaya baru di tengah masyarakat.

Siklon Tropis Co-May, meskipun tampak jauh di utara Filipina, membuktikan bahwa gangguan cuaca tidak mengenal batas wilayah. Masyarakat Maluku Utara, yang mayoritas tinggal di wilayah pesisir dan pegunungan, harus semakin tanggap terhadap tanda-tanda alam.

Terkait gelombang laut, BMKG juga sebelumnya sempat mengingatkan potensi gelombang tinggi di perairan Maluku Utara. Hal ini tentu berdampak langsung pada aktivitas pelayaran, nelayan tradisional, dan kapal penumpang yang melintasi jalur laut antar pulau. Pemilik kapal dan pelaku transportasi laut diimbau agar tidak memaksakan berlayar ketika cuaca buruk terdeteksi di wilayah lintasan mereka.

Melalui berbagai saluran informasi dan kerja sama lintas sektor, BMKG berharap bahwa peringatan dini ini bisa menjadi penggerak nyata dalam membangun ketangguhan masyarakat terhadap bencana berbasis cuaca. Keterlibatan aktif warga dan sinergi antarlembaga menjadi fondasi penting untuk meminimalkan korban dan kerugian.

Pada akhirnya, cuaca ekstrem memang tidak bisa dihindari, tetapi dampaknya bisa diminimalkan. Dengan kesiapan yang matang, informasi yang akurat, dan tindakan yang cepat, Maluku Utara bisa menghadapi tantangan ini dengan lebih kuat. BMKG telah mengingatkan, kini tinggal bagaimana kita bersama menindaklanjuti peringatan tersebut dengan aksi nyata.

Rekomendasi

Index

Berita Lainnya

Index