JAKARTA - Kemajuan teknologi digital telah mengubah cara hidup banyak keluarga. Gawai atau gadget kini tak hanya digunakan oleh orang dewasa, tetapi juga telah menjadi bagian dari keseharian anak-anak. Bahkan, kelompok usia dini pun sudah akrab dengan perangkat digital, menjadikannya bagian tak terelakkan dalam pola tumbuh kembang mereka.
Meski akses terhadap teknologi memberikan manfaat edukatif dan hiburan, penyalahgunaan atau penggunaan berlebihan justru memunculkan tantangan baru dalam dinamika keluarga. Salah satu dampaknya yang paling mengkhawatirkan adalah terganggunya kualitas hubungan antara anak dan orang tua.
Dalam sebuah kegiatan edukatif bertajuk Family’s Days Out Teman Bumil dan Teman Parenting yang berlangsung di Jakarta, psikolog Arfilla Ahad Dori, M.Psi, memaparkan bagaimana gadget bisa menjadi penghalang utama dalam membangun ikatan emosional yang sehat antara anak dan orang tua.
Tiga Dampak Nyata dari Penggunaan Gadget yang Berlebihan
Menurut Dori, ada tiga konsekuensi utama dari kebiasaan menggunakan gadget secara berlebihan pada hubungan antara anak dan orang tua.
1. Ikatan Emosional yang Melemah
Dori menjelaskan bahwa ketika anak dan orang tua sama-sama tenggelam dalam layar gadget, waktu interaksi menjadi sangat minim. Sekadar berada di ruangan yang sama bukan jaminan terbentuknya bonding. "Bonding tidak serta merta terbentuk hanya karena anak dan orang tua hadir berdekatan," jelasnya.
Ia mengibaratkan bonding sebagai dua tali yang saling terikat kuat, bukan hanya sejajar tanpa koneksi. Ketidakhadiran komunikasi aktif dan perhatian tulus membuat relasi emosional sulit berkembang.
2. Hilangnya Waktu Bersama
Kesibukan orang tua dalam pekerjaan dan aktivitas harian sering kali menyebabkan waktu untuk bersama anak menjadi terbatas. Dalam kondisi ini, gadget sering dijadikan "pengganti" kehadiran orang tua, padahal kontrol dan pengawasan terhadap konten yang dikonsumsi anak sangatlah penting.
"Pemberian gadget sah-sah saja, namun harus dikontrol dan dibatasi untuk menciptakan hubungan yang baik antara orang tua dan anak," tegas Dori. Ia menekankan pentingnya keterlibatan aktif orang tua dalam mengetahui apa yang diakses anak selama bermain gadget.
3. Memburuknya Kualitas Hubungan Keluarga
Kurangnya waktu berkualitas dan minimnya kedekatan emosional akan memicu kesalahpahaman antara anak dan orang tua. Dalam jangka panjang, hubungan pun bisa merenggang. Anak menjadi lebih pasif dan cenderung menunjukkan perilaku negatif sebagai respons atas ketidakhadiran emosional dari orang tuanya.
"Penggunaan gadget yang berlebihan dapat berdampak buruk pada hubungan anak dan orang tua," kata Dori. Ia menambahkan, ketika keduanya sibuk dengan dunianya masing-masing, komunikasi pun terputus, dan kebutuhan emosional tidak lagi terpenuhi.
Menghadirkan Solusi: Bermain Mindful sebagai Penawar
Meski tak dapat sepenuhnya dihindari, penggunaan gadget tetap bisa dikendalikan. Dori menyarankan para orang tua untuk melibatkan anak dalam kegiatan bermain secara aktif tanpa kehadiran gadget.
"Bermain mindfull cukup dilakukan minimal 15 menit setiap hari, namun manfaatnya sangat besar untuk jangka panjang," ungkapnya. Bermain mindful berarti orang tua hadir sepenuhnya, responsif terhadap kebutuhan anak, dan melibatkan komunikasi positif yang berkesinambungan.
Ia juga menjelaskan bahwa baik ayah maupun ibu punya peran besar dalam proses ini. “Ibu biasanya akan lebih banyak bermain yang mengasah empati, sementara ayah bermain untuk hal yang lebih eksploratif,” ujarnya.
Untuk bisa bermain dengan kesadaran penuh, orang tua dituntut memiliki kesabaran, perhatian, dan komitmen dalam menyediakan waktu berkualitas. Permainan sederhana, interaktif, dan menyenangkan bisa menjadi cara ampuh memperkuat ikatan emosional.
Dorongan dari Komunitas: Hari Anak Tanpa Gadget
Mendukung peran aktif orang tua dalam memperbaiki kualitas hubungan dengan anak, VP PT Global Urban Esensial, Mohamad Salahuddin, mengungkapkan pentingnya inisiatif yang mendorong keluarga untuk meluangkan waktu bersama.
“Kami harapkan bisa mengingatkan para orang tua agar lebih banyak meluangkan waktu bermain bersama buah hatinya, karena masa tumbuh kembang balita ini tidak bisa diulang, dan kesempatan membangun bonding dengan anak itu sangat singkat, sehingga harus dimaksimalkan,” jelasnya.
Melalui kegiatan seperti Family’s Days Out, orang tua diajak untuk kembali menciptakan suasana kelekatan dengan anak melalui aktivitas bersama di luar ruangan. Berbagai wahana edukatif seperti kebun binatang mini dan zona interaksi langsung dengan hewan seperti kura-kura, iguana, bahkan ular sanca dihadirkan untuk mendukung tujuan tersebut.
Peran Keluarga dalam Dunia Serba Digital
Tantangan digitalisasi terhadap kualitas hubungan dalam keluarga bukan hal yang sepele. Data dari Badan Pusat Statistik menunjukkan bahwa anak-anak di bawah usia lima tahun bahkan sudah mulai menggunakan gawai dan mengakses internet. Fakta ini menegaskan perlunya peran aktif dan kesadaran orang tua untuk menjaga keseimbangan antara teknologi dan hubungan emosional.
Dengan komitmen dalam membangun koneksi yang sehat melalui interaksi penuh kesadaran, keluarga dapat tetap solid di tengah arus perubahan zaman. Anak-anak tak hanya akan tumbuh cerdas secara teknologi, tetapi juga kuat secara emosional, siap menghadapi masa depan dengan karakter yang tangguh dan percaya diri.