JAKARTA - Menjelang akhir bulan Juli, dinamika harga bahan pokok di Surabaya menunjukkan tren fluktuatif yang signifikan. Sejumlah komoditas dapur mengalami lonjakan harga cukup mencolok, sementara yang lain justru mengalami penurunan. Perubahan harga ini penting disimak oleh masyarakat untuk mengatur kembali anggaran belanja harian mereka.
Data terbaru per Rabu, 30 Juli 2025, mencatat bahwa bawang merah dan cabai merah besar mengalami kenaikan harga cukup tajam. Bawang merah melonjak sebesar Rp3.000 per kilogram, sementara cabai merah besar meningkat hingga Rp4.800. Cabai merah keriting pun ikut naik sebesar Rp2.500. Di sisi lain, kabar baik datang dari harga cabai rawit yang justru menurun sebesar Rp2.000, serta bawang putih yang turun Rp500.
Kenaikan dan penurunan harga ini bukan tanpa sebab. Faktor-faktor seperti cuaca ekstrem yang mengganggu masa panen, perubahan harga bahan bakar, dan kebijakan pemerintah turut berperan dalam memengaruhi harga sembako di pasar. Oleh karena itu, penting bagi konsumen untuk senantiasa memantau perkembangan harga setiap harinya agar tidak kecolongan saat belanja.
- Baca Juga Apresiasi Erick Thohir untuk Timnas U-23
Dalam konteks ini, mengetahui daftar harga harian menjadi sangat relevan. Berikut adalah data harga sembako terkini di Surabaya yang dihimpun dari laman Sikaperbapo, sebagai acuan bagi para konsumen:
Beras premium: Rp15.375 per kg
Beras medium: Rp13.562 per kg
Gula pasir: Rp17.333 per kg
Minyak goreng curah: Rp19.500 per liter
Minyak goreng premium: Rp18.416 per liter
Minyakita: Rp15.966 per liter
Daging sapi: Rp113.772 per kg
Daging ayam ras: Rp32.500 per kg
Daging ayam kampung: Rp64.000 per kg
Telur ayam ras: Rp27.916 per kg
Telur ayam kampung: Rp46.666 per kg
Cabai merah keriting: Rp30.833 per kg
Cabai merah besar: Rp35.000 per kg
Cabai rawit merah: Rp31.833 per kg
Bawang merah: Rp52.333 per kg
Bawang putih: Rp31.500 per kg
Ikan teri: Rp86.250 per kg
Tomat: Rp18.833 per kg
Sebagai informasi, tren harga seperti ini bisa berubah sewaktu-waktu, tergantung pada distribusi logistik, ketersediaan barang di pasar, dan kondisi cuaca yang berdampak pada hasil panen. Tak hanya bagi konsumen rumah tangga, informasi ini juga vital bagi pelaku usaha kuliner maupun pedagang kecil yang perlu memperkirakan margin keuntungan dari produk jualan mereka.
Salah satu langkah yang bisa dilakukan masyarakat adalah memperhatikan pola kenaikan dan penurunan harga dari waktu ke waktu. Misalnya, jika cabai rawit menunjukkan penurunan, sementara cabai besar naik, masyarakat bisa menyesuaikan jenis bumbu yang digunakan dalam masakan mereka.
Di sisi lain, lonjakan harga pada komoditas tertentu seperti bawang merah dapat menjadi alarm bagi pengambil kebijakan untuk menyiapkan langkah antisipatif, seperti operasi pasar atau distribusi dari daerah surplus ke daerah defisit.
Pemerintah daerah dan lembaga terkait juga diharapkan terus memperbarui informasi harga di situs resmi, seperti Sikaperbapo, guna memberikan akses data yang transparan bagi masyarakat. Dengan begitu, masyarakat bisa mengambil keputusan ekonomi yang lebih bijak dan tepat waktu.
Kondisi pasar yang dinamis ini juga menjadi pengingat akan pentingnya ketahanan pangan dan dukungan terhadap petani lokal agar rantai pasok tetap berjalan lancar. Sebab, gejolak harga sering kali terjadi bukan hanya karena produksi yang berkurang, tetapi juga karena distribusi yang terhambat.
Mengakhiri bulan Juli dengan kondisi harga sembako yang tidak stabil memang menjadi tantangan tersendiri, baik bagi masyarakat maupun pemangku kepentingan. Namun, dengan informasi yang akurat dan respons cepat dari berbagai pihak, dampak dari fluktuasi harga ini masih dapat diminimalkan.