JAKARTA - Ketahanan pangan tak lagi cukup dibangun melalui ketersediaan bahan pokok semata. Dalam lanskap baru pembangunan berkelanjutan, sektor peternakan menjadi pilar strategis dalam menghadirkan ketahanan gizi, energi, sekaligus kesejahteraan ekonomi masyarakat. Inilah yang menjadi semangat utama dari Program FRESH (Farmer Resilience and Enhanced Sustainable Husbandry), sebuah kolaborasi lintas sektor yang digagas oleh Yayasan Rumah Energi, Sarihusada Generasi Mahardhika (SGM), dan Danone Ecosystem.
Program ini bukan sekadar inisiatif peningkatan produksi susu, melainkan bagian dari upaya menyeluruh untuk memperkuat kapasitas peternak sapi perah rakyat dalam menghadapi tantangan zaman mulai dari fluktuasi harga, perubahan iklim, hingga tekanan ekonomi pasca pandemi.
Direktur Eksekutif Yayasan Rumah Energi, Sumanda Tondang, menjelaskan bahwa pemberdayaan peternak dimulai dari pemberian akses yang setara terhadap pelatihan, teknologi, dan pendampingan. Ia menekankan pentingnya teknologi yang tepat guna, seperti biogas, dalam membantu efisiensi dan keberlanjutan usaha peternakan.
"Kami melihat ketika peternak diberi akses pada pelatihan, teknologi, dan pendampingan, mereka bisa mandiri. Seperti biogas yang tidak hanya membantu menekan biaya energi, tapi juga memperbaiki sanitasi dan kualitas lingkungan di sekitar peternakan. Bio-slurry hasil olahan biogas juga kini digunakan sebagai pupuk hijauan, memberi manfaat ganda bagi produktivitas dan ketahanan pangan lokal," ujar Sumanda.
Sejak mulai diluncurkan, FRESH telah menunjukkan capaian yang konkret. Hingga pertengahan tahun ini, sebanyak 511 peternak dan enam koperasi telah mendapat pendampingan intensif. Berbagai dampak signifikan tercatat, mulai dari peningkatan produksi susu, perbaikan kualitas susu dari segi kandungan lemak dan protein, hingga peningkatan populasi ternak yang lebih sehat dan produktif.
Salah satu koperasi yang merasakan manfaat langsung adalah Koperasi Samesta, UPP Kaliurang, dan KJUB Puspetasari. Produksi susu mereka meningkat berkat penerapan prinsip-prinsip Good Dairy Farming Practices (GDFP), program vaksinasi pascawabah PMK, serta adanya program kredit sapi untuk memperluas kepemilikan ternak secara inklusif.
Tak hanya produksi susu, pemanfaatan teknologi energi terbarukan juga menjadi sorotan penting. Program FRESH berhasil membangun 172 instalasi biogas baru serta memperbaiki 27 instalasi lama. Energi yang dihasilkan dimanfaatkan untuk kebutuhan rumah tangga peternak, membantu mengurangi ketergantungan pada bahan bakar fosil serta meningkatkan efisiensi pengeluaran harian.
Sumanda menegaskan bahwa semua ini tak lepas dari visi "Indonesia Berdaya" yang diusung Rumah Energi. Visi ini menekankan pentingnya masyarakat yang mandiri secara ekonomi dan tangguh menghadapi perubahan iklim.
"Ini selaras dengan visi Indonesia Berdaya yang diusung Rumah Energi, sebuah komitmen untuk membangun masyarakat yang mandiri secara ekonomi, tangguh terhadap perubahan iklim, dan berdaya dalam mengelola sumber dayanya secara berkelanjutan," tambahnya.
Dari sisi industri, program ini mencerminkan komitmen sektor swasta untuk turut mendorong pertumbuhan inklusif. Karyanto Wibowo, Senior Director of Public Affairs & Sustainability Danone Indonesia, menyatakan bahwa FRESH merupakan bentuk nyata komitmen jangka panjang Sarihusada untuk menciptakan ekosistem susu yang berkelanjutan.
"Kami percaya keberhasilan industri susu tidak bisa dilepaskan dari kesejahteraan peternak sapi perah rakyat sebagai garda terdepan. FRESH bukan hanya tentang meningkatkan produksi, tapi juga memperkuat kapasitas, akses teknologi, dan kelembagaan peternak agar mereka bisa tumbuh berkelanjutan. Kami ingin memastikan pertumbuhan bisnis bisa berjalan beriringan dengan dampak sosial dan lingkungan yang positif," katanya.
Pemerintah pun memberikan dukungan penuh terhadap program semacam ini. Menurut Direktur Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan Kementerian Pertanian, Agung Suganda, Program FRESH merupakan gambaran konkret transformasi peternakan rakyat di Indonesia.
"Program ini tidak hanya menjawab tantangan produktivitas dan regenerasi peternak, tapi juga menjadi solusi adaptif terhadap perubahan iklim. Ini adalah model pengembangan peternakan masa depan yang menyeluruh, berkelanjutan, dan berdaya saing. Kami mengapresiasi inisiatif seperti ini dan berharap bisa direplikasi di banyak daerah," ungkapnya.
Dampak transformasi ini dirasakan langsung oleh para peternak. Salah satunya Jenarwan dari Jemowo, Boyolali, yang kini lebih percaya diri menjalankan usaha ternaknya. Ia mendapat pelatihan GDFP serta dukungan dalam pengembangan pakan ternak.
"Dulu saya menganggap beternak hanya soal memberi makan dan memerah susu. Sekarang saya mulai memahami pentingnya pencatatan seperti produksi susu, kesehatan ternak, dan biaya usaha serta manajemen keuangan. Pendampingan ini membuka cara pandang baru bahwa peternakan juga harus dikelola seperti usaha profesional," kata Jenarwan.
Dengan peningkatan kualitas susu baik dari segi kandungan lemak dan protein dan bertambahnya produksi harian, Jenarwan kini melihat hasil kerja kerasnya membuahkan hasil yang lebih baik.
Lebih dari sekadar produksi, program ini menyentuh aspek ketahanan pangan dan gizi nasional. Susu, sebagai sumber protein hewani, memainkan peran vital dalam pertumbuhan anak serta pencegahan stunting. Dukungan terhadap peternak berarti juga memperkuat fondasi kesehatan keluarga Indonesia dan ekonomi lokal yang lebih tangguh.
Program FRESH bukan hanya sebuah inisiatif, melainkan bagian dari perjalanan panjang menuju ketahanan pangan yang berkelanjutan, adil, dan inklusif bagi seluruh lapisan masyarakat Indonesia.