JAKARTA - Pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di penghujung Juli 2025 menunjukkan tekanan signifikan. Pada penutupan perdagangan Kamis, 31 Juli 2025, IHSG menutup sesi di zona merah dengan koreksi sebesar 0,87%, menetap di level 7.484,33. Posisi tersebut menjadi salah satu titik terendah sepanjang sesi perdagangan, mendekati 7.476,38, jauh dari pembukaan pagi hari yang sempat mencapai 7.566,75.
Tekanan terhadap IHSG dipicu oleh pelemahan signifikan pada beberapa sektor utama, terutama infrastruktur, barang baku, dan transportasi. Ketiga sektor itu mengalami koreksi masing-masing sebesar 3%, 2,52%, dan 2,09%. Sentimen negatif turut diperkuat oleh dominasi tekanan jual dari investor, yang mencatatkan volume perdagangan sebanyak 41,63 miliar saham. Nilai transaksi mencapai Rp18,29 triliun, dengan total frekuensi perdagangan sekitar 2 juta kali.
Komposisi pergerakan saham juga memperlihatkan dominasi pelemahan. Sebanyak 412 saham tercatat turun, sementara 228 saham berhasil menguat, dan sisanya, 164 saham stagnan. Meskipun demikian, peluang pemulihan tetap terbuka dengan kehadiran saham-saham pilihan yang direkomendasikan oleh berbagai sekuritas.
Hari ini, Jumat, 1 Agustus 2025, sejumlah broker telah merilis daftar saham unggulan yang diproyeksikan berpeluang rebound. Daftar tersebut terdiri dari saham-saham yang dinilai memiliki potensi teknikal maupun fundamental yang menarik untuk dicermati oleh pelaku pasar, di tengah kondisi IHSG yang belum sepenuhnya pulih.
Rekomendasi Saham Hari Ini Berdasarkan Broker:
BRI Danareksa Sekuritas menyoroti tiga saham potensial:
PANI
AMRT
ISAT
Saham-saham ini dinilai memiliki tren positif dengan potensi penguatan lanjutan. AMRT, sebagai contoh, menjadi salah satu pilihan defensif di sektor konsumsi ritel.
BNI Sekuritas memberikan cakupan yang lebih luas dengan merekomendasikan enam saham:
BBCA
INET
TOBA
WIRG
MINA
BWPT
Di antaranya, BBCA tetap menjadi andalan di sektor perbankan karena kinerjanya yang stabil, sedangkan INET dan WIRG menawarkan peluang dari sektor teknologi dan digitalisasi yang berkembang.
Phillip Sekuritas memilih dua saham unggulan:
CYBR
RAJA
Pemilihan tersebut didasarkan pada potensi pertumbuhan bisnis teknologi dan energi, dua sektor yang masih mencuri perhatian investor.
MNC Sekuritas menyodorkan empat nama:
DEWA
GOTO
JPFA
ISAT
GOTO kembali masuk radar analis setelah mengalami tekanan panjang. Dengan sentimen pemulihan dan potensi katalis dari ekosistem digitalnya, saham ini menjadi perhatian pelaku pasar.
CGS International Sekuritas memberikan fokus pada enam saham:
CPIN
MTEL
UNVR
MAPA
MAPI
PANI
MAPI dan MAPA masuk ke beberapa daftar rekomendasi sekuritas karena konsistensinya dalam menorehkan pertumbuhan pendapatan ritel, terutama pasca peningkatan mobilitas masyarakat.
Phintraco Sekuritas juga memasukkan:
PANI
MAPI
MAPA
AMRT
INTP
INTP dari sektor semen dipilih dengan memperhatikan prospek pemulihan sektor konstruksi dan infrastruktur di paruh kedua 2025.
Panin Sekuritas menghadirkan tiga saham yang cukup beragam sektornya:
MBMA
BNGA
KRAS
Saham KRAS dari sektor baja memiliki peluang pulih seiring dengan peningkatan permintaan dalam negeri.
Mirae Asset Sekuritas memberikan perhatian pada tujuh saham yang terbilang aktif:
AKRA
BFIN
CBDK
ISAT
APLN
ARKO
AVIA
ISAT kembali muncul sebagai saham yang diunggulkan karena stabilitas sektor telekomunikasi yang masih solid dalam kondisi pasar yang volatil.
Terlepas dari tekanan pada indeks secara keseluruhan, data dan analisis dari para broker menunjukkan bahwa sejumlah saham masih menyimpan potensi positif. Investor tetap disarankan untuk cermat dalam memilih, memerhatikan tren teknikal maupun kondisi fundamental, serta mempertimbangkan sentimen makroekonomi yang berkembang, baik dari dalam negeri maupun global.
Momentum koreksi pasar seperti ini kerap menjadi celah bagi pelaku pasar untuk masuk di level harga yang lebih rendah. Namun tetap dibutuhkan strategi pengelolaan risiko yang disiplin, terutama dalam situasi pasar yang bergerak dinamis dan penuh ketidakpastian.
Dengan mengacu pada hasil analisis berbagai sekuritas tersebut, pelaku pasar bisa mempertimbangkan diversifikasi portofolio dan menjaga ekspektasi yang realistis terhadap potensi pergerakan IHSG ke depan.