JAKARTA - Di tengah dinamika perkembangan sepak bola nasional, pembinaan usia dini terus menjadi fondasi utama dalam membangun prestasi jangka panjang. Salah satu inisiatif yang berfokus pada hal ini, terutama untuk kelompok putri, adalah MilkLife Soccer Challenge (MLSC). Program tahunan hasil kolaborasi Bakti Olahraga Djarum Foundation dan MilkLife ini kembali hadir, membawa semangat pembinaan ke 10 kota di Indonesia.
Bukan sekadar turnamen biasa, MLSC dirancang menjadi arena pembinaan bakat yang menyeluruh, menekankan pada pengembangan teknik dasar, semangat kompetitif, serta pengalaman bertanding yang positif bagi anak-anak perempuan. Dengan begitu, MLSC bukan hanya tentang siapa yang menang, tapi siapa yang bertumbuh.
Lebih Luas, Lebih Strategis
Pada penyelenggaraan kali ini, MLSC memperluas jangkauannya dengan menambahkan dua kota baru dalam daftar tuan rumah: Malang (Jawa Timur) dan Bekasi (Jawa Barat). Langkah ini bukan tanpa alasan.
“Malang dan Bekasi memiliki sejarah panjang serta antusiasme tinggi terhadap sepak bola putri. Harapannya, kualitas dan kuantitas peserta semakin meningkat,” ujar Teddy Tjahjono, Program Director MLSC dalam konferensi pers di Jakarta.
Penambahan kota ini menjadi bagian dari strategi besar dalam membangun talent pool nasional, menggali potensi dari daerah yang telah memiliki ekosistem sepak bola yang hidup. Dengan menjangkau lebih banyak wilayah, MLSC berharap dapat menjaring lebih banyak talenta muda perempuan yang selama ini belum tersentuh oleh pembinaan formal.
Turnamen Sesuai Kelompok Usia, Lebih Kompetitif
Kompetisi ini dibagi dalam tiga kategori usia: Kelompok Umur (KU) 8, KU-10, dan KU-12, masing-masing menggunakan sistem dua seri di tiap kota penyelenggara.
Seri pertama digelar di Kudus, dengan partisipasi mencapai 1.370 peserta dari 92 sekolah dasar dan madrasah ibtidaiyah di sekitarnya. Angka ini mencerminkan antusiasme yang sangat tinggi terhadap sepak bola putri di jenjang usia dini.
Guna menyesuaikan dengan kebutuhan permainan yang dinamis, lapangan untuk KU-12 juga mengalami penyesuaian ukuran dari 24x40 meter menjadi 26x42 meter. Untuk kategori KU-10, ukuran lapangan tetap, namun babak semifinal dan final akan menggunakan lapangan standar KU-12 agar anak-anak terbiasa dengan atmosfer pertandingan yang lebih menantang.
Sejalan dengan Program PSSI
MLSC bukan program yang berjalan sendiri, melainkan selaras dengan arah kebijakan pembinaan yang dijalankan oleh federasi sepak bola nasional.
“Turnamen ini membantu PSSI menyiapkan talent pool pesepak bola putri berbakat yang nantinya bisa berlaga di level profesional,” jelas Vivin Cahyani Sungkono, Exco PSSI.
Pernyataan ini menggarisbawahi bahwa MLSC bukan hanya ajang tahunan yang berakhir di lapangan, melainkan juga bagian dari rantai pembinaan menuju liga profesional atau bahkan tim nasional.
Dari Turnamen Lokal ke Panggung Internasional
Bukti konkret dari dampak MLSC bisa dilihat dari kisah Clea Abelia, salah satu alumni turnamen ini yang kini bermain di Cipta Cendikia Football Academy, Bogor.
“Dari turnamen ini aku semakin mencintai sepak bola. Pengalaman ini sangat berharga,” tutur Clea yang telah menembus turnamen internasional JSSL Singapore 7’s 2025.
Pengalaman Clea menunjukkan bahwa pembinaan di level akar rumput bisa menjadi pintu menuju pencapaian global. Bagi banyak peserta MLSC, Clea kini menjadi contoh bahwa mimpi bermain di luar negeri bukan hal mustahil jika ditempuh dengan kerja keras dan kesempatan yang tepat.
Lebih dari Sekadar Bertanding
Selain pertandingan utama dengan format 7 lawan 7, MLSC juga mengadakan beberapa kegiatan pendukung yang memperkaya pengalaman para peserta. Di antaranya adalah:
Festival SenengSoccer untuk KU-8, sebuah kegiatan fun football yang fokus pada kegembiraan dan perkenalan awal dengan sepak bola.
Skill Challenge, ajang kompetisi keterampilan dasar seperti dribbling, passing, dan shooting, yang menekankan teknik individual.
Kedua kegiatan ini memberi ruang bagi anak-anak yang mungkin belum siap bersaing dalam turnamen resmi, namun tetap bisa mengembangkan kecintaan pada sepak bola.
MLSC All Stars: Puncak Talenta dari Seluruh Kota
Puncak dari seluruh rangkaian MLSC adalah pertandingan MLSC All Stars, yang mempertemukan pemain-pemain terbaik dari tiap kota penyelenggara. Ajang ini bukan hanya sebagai bentuk apresiasi, tapi juga menjadi tempat pemantauan bakat lanjutan oleh pelatih-pelatih dan pengamat dari federasi atau klub.
Di sinilah bibit unggul benar-benar diuji, bukan hanya dari segi teknis, tetapi juga mental dan kemampuan bekerja dalam tim lintas kota.
Sepak Bola Putri Bukan Lagi Pelengkap
Selama ini sepak bola putri kerap dipandang sebelah mata. Namun dengan inisiatif seperti MLSC yang konsisten sejak tahun-tahun sebelumnya, paradigma itu mulai bergeser. Anak-anak perempuan kini punya wadah yang jelas untuk bertumbuh, menunjukkan bakat, dan bermimpi besar di lapangan hijau.
Dengan kombinasi turnamen, festival, pelatihan keterampilan, serta keterlibatan federasi, MLSC terus membuktikan bahwa pembinaan tidak hanya soal skor akhir, tetapi juga tentang membangun generasi baru sepak bola putri Indonesia.