BBM

Harga BBM Non-Subsidi Turun Serentak

Harga BBM Non-Subsidi Turun Serentak
Harga BBM Non-Subsidi Turun Serentak

JAKARTA - Persaingan antar badan usaha penyedia Bahan Bakar Minyak (BBM) non-subsidi di Indonesia semakin terasa. Awal Agustus ini, sejumlah perusahaan seperti PT Pertamina (Persero), Shell Indonesia, BP-AKR, hingga PT Vivo Energy Indonesia secara kompak menyesuaikan harga jual produknya. Langkah ini menunjukkan respons aktif pelaku industri terhadap dinamika pasar serta upaya menjaga daya saing di tengah fluktuasi global.

Penyesuaian harga BBM tersebut berlaku secara nasional, termasuk untuk wilayah DKI Jakarta, yang kerap menjadi acuan harga utama. Penurunan harga terlihat pada sebagian besar jenis BBM bensin, meskipun terdapat pula kenaikan pada sejumlah produk solar berkualitas tinggi.

Sebagai contoh, PT Pertamina menurunkan harga BBM jenis Pertamax atau RON 92 di wilayah DKI Jakarta dari Rp12.500 per liter menjadi Rp12.200 per liter. Penurunan ini menunjukkan penyesuaian terhadap harga minyak mentah dunia yang beberapa waktu terakhir menunjukkan tren stabil, serta untuk menyesuaikan harga dengan daya beli masyarakat.

Tidak hanya itu, harga Pertamax Turbo juga mengalami penurunan dari Rp13.500 menjadi Rp13.200 per liter. Produk Pertamax Green (RON 95) turut turun menjadi Rp13.000 dari sebelumnya Rp13.250 per liter. Penyesuaian harga ini diharapkan dapat menarik lebih banyak konsumen beralih ke BBM yang memiliki kandungan oktan lebih tinggi, yang secara teknis memberikan efisiensi dan emisi yang lebih rendah.

Namun demikian, tren penurunan harga tidak berlaku merata. BBM jenis solar seperti Dexlite (CN 51) justru naik dari Rp13.320 menjadi Rp13.850 per liter. Begitu juga dengan Pertamina Dex (CN 53) yang naik menjadi Rp14.150 dari sebelumnya Rp13.650 per liter. Kenaikan ini bisa mencerminkan dinamika biaya distribusi dan pengolahan solar berkualitas tinggi, atau merespons kenaikan harga minyak gasoil di pasar regional.

Dari sisi pesaing, Shell Indonesia juga melakukan penyesuaian harga serupa. Mengutip situs resmi perusahaan, harga Shell Super yang setara dengan Pertamax diturunkan dari Rp12.810 menjadi Rp12.580 per liter. Sedangkan harga Shell V-Power turun menjadi Rp13.050 dari yang sebelumnya Rp13.300 per liter.

Adapun Shell V-Power Diesel mengalami kenaikan, dari Rp13.830 menjadi Rp14.380 per liter, mencerminkan pola yang sama dengan Pertamina untuk produk diesel. Sementara Shell V-Power Nitro+ turun dari Rp13.540 menjadi Rp13.230 per liter.

Penyesuaian juga dilakukan oleh BP-AKR. Untuk wilayah Jakarta, harga BBM BP Ultimate dipatok sebesar Rp13.050 per liter. BP 92, yang merupakan produk dengan RON setara Pertamax, dijual Rp12.550 per liter. Sementara BP Ultimate Diesel menyamai harga Shell V-Power Diesel, yaitu Rp14.380 per liter.

Vivo Energy Indonesia sebagai operator SPBU swasta lain juga turut mengikuti tren penyesuaian harga. Revvo 90 dijual Rp12.490 per liter, Revvo 92 seharga Rp12.580 per liter, dan Revvo 95 dipatok Rp13.050 per liter. Untuk kategori diesel, Vivo menetapkan harga Diesel Primus Plus pada angka Rp14.380 per liter.

Kompaknya penyesuaian harga oleh para pelaku usaha ini menandakan adanya dinamika pasar yang aktif dan kompetitif. Dengan kebijakan harga yang saling menyesuaikan, konsumen memiliki pilihan lebih luas untuk menentukan jenis BBM sesuai kebutuhan kendaraan dan kemampuan ekonominya.

Pemerintah melalui Kementerian ESDM memang memberikan kewenangan kepada badan usaha untuk menetapkan harga BBM non-subsidi secara berkala, dengan mempertimbangkan harga minyak mentah dunia, kurs rupiah, serta biaya distribusi dan margin usaha.

Langkah para operator BBM untuk melakukan penyesuaian harga juga mencerminkan sensitivitas terhadap kondisi ekonomi masyarakat, terutama dalam menghadapi tekanan inflasi dan daya beli pasca pandemi. Penurunan harga BBM jenis bensin bisa memberi ruang bagi masyarakat untuk menekan biaya transportasi pribadi maupun operasional bisnis.

Namun di sisi lain, kenaikan harga BBM diesel menjadi tantangan tersendiri, terutama bagi sektor logistik dan transportasi barang yang sangat bergantung pada bahan bakar jenis ini. Kenaikan harga tersebut dapat menambah beban biaya operasional dan pada akhirnya berdampak terhadap harga barang dan jasa.

Secara keseluruhan, perubahan harga ini menunjukkan bagaimana pelaku industri energi di Indonesia terus merespons dinamika global, baik dalam aspek geopolitik, harga minyak mentah internasional, maupun tekanan dari sisi ekonomi domestik. Persaingan harga juga memperkuat pentingnya transparansi dan akuntabilitas dalam penetapan tarif BBM agar tetap adil dan kompetitif.

Berikut ini adalah rincian harga BBM non-subsidi di SPBU wilayah DKI Jakarta yang berlaku mulai awal Agustus:

Harga BBM Pertamina DKI Jakarta:

Pertamax: Rp12.200/liter

Pertamax Turbo: Rp13.200/liter

Pertamax Green: Rp13.000/liter

Pertamina Dex: Rp14.150/liter

Dexlite: Rp13.850/liter

Pertamax di Pertashop: Rp12.100/liter

Harga BBM Shell:

Shell Super: Rp12.580/liter

Shell V-Power: Rp13.050/liter

Shell V-Power Diesel: Rp14.380/liter

Shell V-Power Nitro+: Rp13.230/liter

Harga BBM BP-AKR:

BP Ultimate: Rp13.050/liter

BP 92: Rp12.550/liter

BP Ultimate Diesel: Rp14.380/liter

Harga BBM Vivo:

Revvo 90: Rp12.490/liter

Revvo 92: Rp12.580/liter

Revvo 95: Rp13.050/liter

Diesel Primus Plus: Rp14.380/liter

Dengan kondisi ini, para pengguna kendaraan bermotor kini memiliki lebih banyak opsi untuk memilih BBM sesuai preferensi performa maupun harga. Penyesuaian harga secara berkala juga menunjukkan mekanisme pasar yang hidup dan semakin matang dalam sektor energi ritel di Indonesia.

Rekomendasi

Index

Berita Lainnya

Index