Kemenkes

Cegah Penularan, Kemenkes Minta Anak Campak Diisolasi

Cegah Penularan, Kemenkes Minta Anak Campak Diisolasi
Cegah Penularan, Kemenkes Minta Anak Campak Diisolasi

JAKARTA - Lonjakan kasus campak di Kabupaten Sumenep, Jawa Timur, membuat perhatian pemerintah pusat semakin tertuju pada upaya pencegahan. Setelah status kejadian luar biasa (KLB) ditetapkan di wilayah tersebut, Kementerian Kesehatan (Kemenkes) segera mengingatkan masyarakat agar lebih waspada terhadap risiko penularan penyakit menular ini.

Salah satu langkah penting yang ditekankan adalah isolasi pasien campak, terutama anak-anak, dari lingkungan sekitar. Isolasi sementara dipandang sebagai tindakan paling efektif dalam memutus rantai penyebaran, mengingat campak termasuk salah satu penyakit dengan tingkat penularan paling tinggi.

Tingginya Risiko Penularan Campak

Kepala Biro Komunikasi dan Informasi Publik Kemenkes, Aji Muhawarman, menjelaskan bahwa masyarakat perlu memahami karakteristik penyakit ini. Campak tidak hanya menular lewat kontak langsung, tetapi juga bisa menyebar melalui udara ketika penderita batuk atau bersin.

“Karakteristik penyakit campak adalah ketika satu orang telah terinfeksi campak, maka pasien itu bisa menularkan virus ke 17 hingga 18 orang di sekitarnya. Karena itu, pasien campak diimbau untuk diisolasi dari orang lain,” ujar Aji.

Dengan tingkat penularan sedemikian tinggi, risiko meluasnya wabah menjadi sangat besar jika pasien tidak dipisahkan dari aktivitas sosial. Hal inilah yang mendorong Kemenkes untuk mengimbau agar anak yang terinfeksi tidak berangkat sekolah atau mengikuti kegiatan dengan banyak orang.

Pentingnya Isolasi Sementara

Menurut Aji, isolasi yang dilakukan di rumah selama pasien masih terjangkit sangat penting. “Kemenkes mengimbau agar pasien campak diisolasi sementara di rumah. Itu artinya, anak tidak masuk sekolah atau ikut kegiatan ramai,” ungkapnya.

Ia menegaskan bahwa masa isolasi bukan hanya untuk melindungi penderita, tetapi juga orang-orang di sekitar. “Isolasi sementara ini penting dilakukan untuk mencegah penularan. Sebab, penyakit campak sangat mudah menular,” tambah Aji.

Selain langkah isolasi, Kemenkes juga meminta agar orang tua dan keluarga lebih aktif memantau perkembangan kondisi pasien, khususnya ketika muncul gejala khas berupa ruam di kulit.

Gejala dan Perawatan yang Dianjurkan

Campak umumnya ditandai dengan demam tinggi, batuk, pilek, mata merah, hingga ruam kemerahan yang menyebar ke seluruh tubuh. Jika gejala ini mulai tampak, Kemenkes mendorong masyarakat untuk segera membawa penderita ke tenaga medis terdekat.

“Segera ke fasilitas pelayanan kesehatan seperti ke dokter, puskesmas, klinik, atau rumah sakit. Ini penting untuk meminimalisir komplikasi yang fatal,” jelas Aji.

Komplikasi campak bisa berbahaya, terutama bagi anak-anak dengan kondisi tubuh lemah atau belum mendapatkan imunisasi lengkap. Beberapa komplikasi yang kerap muncul antara lain infeksi telinga, diare, pneumonia, hingga ensefalitis atau radang otak.

Imunisasi Jadi Benteng Pertama

Kemenkes kembali mengingatkan pentingnya imunisasi sebagai upaya pencegahan. Aji menegaskan, jika anak belum melengkapi jadwal imunisasi campak, maka sebaiknya segera dilakukan.

“Jika anak Anda belum melengkapi imunisasi, maka disarankan untuk melengkapinya, terlebih jika belum pernah imunisasi sama sekali,” katanya.

Langkah imunisasi terbukti mampu menurunkan risiko penularan, sekaligus melindungi anak dari kemungkinan komplikasi berat. Dengan cakupan imunisasi yang luas, rantai penularan campak di masyarakat dapat ditekan.

Peran Orang Tua dalam Mendukung Pemulihan

Selain isolasi dan imunisasi, perawatan di rumah juga berperan besar bagi pemulihan anak. Aji mengimbau agar orang tua memberikan perhatian penuh pada asupan gizi dan cairan.

“Bagi orang tua, berikan makanan bergizi seimbang dan cukup minum untuk meningkatkan daya tahan tubuh,” tuturnya.

Nutrisi yang baik akan membantu tubuh anak melawan infeksi dan mempercepat pemulihan. Sementara itu, asupan cairan yang cukup mencegah dehidrasi akibat demam atau komplikasi lain.

Kasus Campak di Sumenep

Kejadian luar biasa (KLB) campak di Kabupaten Sumenep, Jawa Timur, ditetapkan setelah laporan adanya puluhan kasus dan belasan anak meninggal dunia. Pemerintah daerah, bersama dengan Kemenkes, segera bergerak cepat dengan menyalurkan vaksin dan melakukan penanganan darurat.

Gubernur Jawa Timur, Khofifah Indar Parawansa, juga turun tangan dengan memastikan distribusi vaksin berjalan lancar agar cakupan imunisasi bisa segera diperluas. Langkah ini menjadi bagian dari upaya mengendalikan penyebaran wabah agar tidak semakin meluas.

Belajar dari Wabah Campak di Negara Lain

Kasus campak di Sumenep menambah daftar panjang tantangan kesehatan masyarakat yang harus dihadapi Indonesia. Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin sebelumnya menyoroti maraknya kasus campak di Amerika Serikat. Ia menyebut, wabah di negara tersebut sebagian besar dipicu oleh gerakan antivaksin.

Hal ini sekaligus menjadi pengingat bahwa penolakan imunisasi dapat membuka celah besar bagi virus menular seperti campak untuk kembali merebak. Oleh karena itu, Kemenkes menekankan pentingnya kerja sama seluruh lapisan masyarakat untuk tidak abai terhadap program vaksinasi nasional.

Upaya Pencegahan Harus Kolektif

Wabah campak di Sumenep menunjukkan bahwa pencegahan tidak bisa dilakukan setengah-setengah. Selain isolasi pasien, pelaksanaan imunisasi dan pemenuhan gizi juga harus berjalan beriringan. Kesadaran masyarakat untuk menjaga kesehatan lingkungan serta membatasi interaksi ketika sakit akan sangat berpengaruh pada keberhasilan pengendalian wabah.

Kemenkes berharap, dengan dukungan semua pihak, kasus campak di Sumenep bisa segera ditekan dan tidak menyebar ke wilayah lain. Edukasi tentang bahaya campak juga terus digalakkan agar masyarakat memahami betapa seriusnya ancaman penyakit ini.

Dengan demikian, isolasi pasien campak bukan hanya sekadar aturan, tetapi langkah krusial untuk melindungi masyarakat luas. Pencegahan melalui imunisasi, perawatan gizi yang baik, serta kepedulian bersama akan menentukan seberapa cepat wabah bisa dikendalikan.

Rekomendasi

Index

Berita Lainnya

Index