JAKARTA - Pergerakan harga sembako di Jawa Timur kembali menunjukkan fluktuasi pada Selasa, 26 Agustus 2025. Beberapa komoditas mengalami penurunan, seperti bawang merah, cabai, dan daging ayam kampung, sementara harga telur ayam kampung dan daging sapi justru naik. Kondisi ini menjadi perhatian penting bagi masyarakat karena berdampak langsung pada pengeluaran rumah tangga sehari-hari. Memantau harga harian sembako bukan sekadar kebutuhan, tetapi juga strategi mengelola anggaran belanja agar tetap efisien di tengah perubahan pasar.
Sembako, atau sembilan bahan pokok, mencakup kebutuhan dasar rumah tangga seperti beras, gula pasir, minyak goreng, daging sapi dan ayam, telur, susu, bawang merah dan bawang putih, gas elpiji, serta garam. Selain itu, cabai juga menjadi komoditas penting yang memengaruhi belanja dapur masyarakat. Berdasarkan data Siskaperbapo Jawa Timur per pukul 09.48 WIB, harga beberapa komoditas tercatat sebagai berikut:
Beras Premium: Rp 15.144/kg
Beras Medium: Rp 13.027/kg
Gula kristal putih: Rp 16.388/kg
Minyak goreng curah: Rp 18.826/kg
Minyak goreng kemasan premium: Rp 20.241/liter
Minyak goreng kemasan sederhana: Rp 17.413/liter
Daging sapi paha belakang: Rp 119.075/kg
Daging ayam ras: Rp 33.085/kg
Daging ayam kampung: Rp 67.036/kg
Telur ayam ras: Rp 26.066/kg
Telur ayam kampung: Rp 47.572/kg
Bawang merah: Rp 36.731/kg
Bawang putih: Rp 30.077/kg
Cabai merah keriting: Rp 27.960/kg
Cabai merah besar: Rp 29.074/kg
Cabai rawit merah: Rp 24.521/kg
Gas elpiji: Rp 19.822
Hari ini, harga bawang merah turun Rp 727 (1,94%), cabai rawit turun Rp 947 (3,72%), cabai keriting turun Rp 522 (1,83%), cabai besar turun Rp 466 (1,58%), dan daging ayam kampung turun Rp 1.312 (1,92%). Sementara itu, telur ayam kampung naik Rp 1.031 (2,21%) dan daging sapi naik Rp 523 (0,44%).
Fluktuasi harga sembako dipengaruhi berbagai faktor. Permintaan dan penawaran menjadi mekanisme dasar penentu harga. Ketika permintaan meningkat sementara pasokan tetap atau berkurang, harga cenderung naik. Sebaliknya, jika pasokan lebih banyak daripada permintaan, harga akan turun. Faktor cuaca juga memengaruhi produksi pertanian; cuaca ekstrem atau bencana alam bisa menyebabkan kekurangan pasokan sehingga harga melonjak.
Selain itu, kebijakan pemerintah terkait impor, subsidi, dan regulasi dapat mengubah harga bahan pokok. Kenaikan biaya produksi, termasuk harga pupuk, bahan bakar, dan upah pekerja, turut memengaruhi harga jual di pasar. Fluktuasi nilai tukar mata uang juga berdampak, terutama bagi komoditas impor. Nilai tukar yang melemah membuat harga barang impor lebih mahal, sehingga turut mendorong kenaikan harga sembako.
Kondisi ekonomi makro, inflasi, serta kendala distribusi juga memengaruhi harga. Masalah logistik seperti kemacetan, pemogokan, atau gangguan rantai pasokan dapat menghambat pengiriman barang ke pasar sehingga pasokan berkurang dan harga naik. Oleh karena itu, pengawasan harga dan kebijakan stabilisasi pasar menjadi hal krusial agar masyarakat tetap memperoleh kebutuhan pokok dengan harga wajar.
Perbedaan harga sembako juga bisa terlihat di tiap pasar, tergantung lokasi, aksesibilitas, dan distribusi. Data harga yang tercatat merupakan harga rata-rata di wilayah Jawa Timur. Dengan memahami dinamika harga harian sembako, masyarakat dapat merencanakan belanja lebih efektif dan menyesuaikan anggaran rumah tangga dengan perubahan pasar.
Pemantauan harian ini tidak hanya membantu konsumen, tetapi juga produsen dan pedagang untuk menyesuaikan strategi distribusi serta penetapan harga. Dengan begitu, stabilitas harga sembako dapat dijaga, sekaligus meminimalkan risiko inflasi yang memberatkan daya beli masyarakat.