JAKARTA - Alih-alih hanya mengandalkan produksi internal, Xiaomi memilih jalur kemitraan strategis dengan berbagai startup teknologi untuk memperkuat lini produk elektronik pintarnya. Lewat pola kerja sama ini, perusahaan teknologi asal Tiongkok tersebut sukses menawarkan beragam produk, mulai dari perangkat wearable hingga perangkat rumah pintar, tanpa harus membangun sendiri seluruh fasilitas produksi.
Pendekatan kolaboratif ini menjadi kunci utama ekspansi bisnis Xiaomi. Melalui sistem bagi hasil penjualan dengan para mitra, Xiaomi mampu menghadirkan produk bermerek yang kaya fitur, sementara para startup mendapat keuntungan berupa peningkatan popularitas dan akses pasar yang lebih luas, termasuk ke konsumen global.
Hasilnya, dalam usia yang relatif muda—baru berdiri lima tahun—Xiaomi sudah menjadi salah satu pemain besar yang tidak hanya fokus pada ponsel dan tablet, tetapi juga merambah berbagai kategori gadget pintar lain.
Berikut beberapa startup yang tercatat sebagai mitra resmi Xiaomi dalam menghadirkan produk sampingan berkualitas:
Huami
Startup asal Beijing ini baru berdiri dua tahun saat mulai bekerja sama dengan Xiaomi. Huami dikenal sebagai produsen gelang pintar Mi Band yang sangat populer di pasar global. Selain itu, Huami juga membuat alat timbang pintar Mi Smart Scale dan kamera pintar Yi Cam, semuanya dengan label Xiaomi.
Dukungan Xiaomi terhadap Huami tidak hanya sebatas kerja sama produksi dan penjualan, tetapi juga dalam bentuk investasi. Xiaomi tercatat menjadi salah satu investor pada putaran awal pendanaan Huami, bersama Banyan Capital, Sequoia Capital, dan Morningside Capital.
ZMI
Berbasis di Wuxi, ZMI berdiri tiga tahun lalu sebelum menjalin kemitraan dengan Xiaomi. Produk utama mereka adalah powerbank berlabel Mi Power Bank yang terkenal tangguh dan terjangkau. Kapasitasnya bervariasi, mulai dari 5.200 mAh hingga 10.400 mAh, yang mendukung berbagai perangkat.
Powerbank buatan ZMI yang dipasarkan melalui brand Xiaomi ini menjadi salah satu produk yang paling cepat menyita perhatian pasar. Popularitasnya bahkan memicu kemunculan banyak produk tiruan di Tiongkok.
1More
Berbeda dari mitra lainnya, 1More adalah startup berbasis di Shenzhen yang didirikan oleh mantan eksekutif Foxconn. Mereka memiliki spesialisasi pada perangkat audio, terutama earphone. Produk unggulannya, Mi In-Ear Headphones, tak hanya mengusung desain minimalis dan elegan, tetapi juga berhasil meraih penghargaan internasional IF Design Awards berkat inovasi dan estetika produknya.
Kolaborasi ini membawa keuntungan strategis bagi kedua belah pihak. Xiaomi memperkuat lini aksesoris audionya, sedangkan 1More mendapat eksposur pasar yang lebih luas melalui kanal distribusi Xiaomi.
Yeelink
Startup ini memiliki fokus pada pengembangan lampu pintar yang bisa dikendalikan lewat aplikasi smartphone. Produk unggulannya, Yeelight, menawarkan kenyamanan bagi pengguna untuk menyesuaikan penerangan melalui gadget, sehingga pengalaman rumah pintar makin lengkap.
Selain menjalin kerja sama dengan Xiaomi, Yeelink juga menggandeng Misfit, perusahaan teknologi wearable lainnya, untuk memperluas jangkauan produk mereka.
Ekosistem Produk Pintar Berkat Kolaborasi
Lewat pola kerja sama ini, Xiaomi tidak hanya sekadar memperbanyak portofolio produk, melainkan juga membangun ekosistem teknologi yang terintegrasi. Produk seperti Mi Band, Mi Smart Scale, Mi Power Bank, Mi In-Ear Headphones, hingga lampu pintar Yeelight, semua dapat saling terkoneksi dengan aplikasi Xiaomi.
Hal ini memungkinkan konsumen merasakan pengalaman digital yang lebih seamless, mulai dari memonitor aktivitas harian hingga mengontrol peralatan rumah melalui satu ekosistem aplikasi.
Bagi para startup mitra, kerja sama ini menjadi batu loncatan besar. Nama mereka langsung melesat di pasar domestik hingga internasional, meski mereka baru berusia muda dan belum memiliki jaringan distribusi sekuat Xiaomi. Model kemitraan seperti ini juga menunjukkan bagaimana Xiaomi sukses mengakselerasi pengembangan teknologi lokal di Tiongkok lewat investasi strategis pada perusahaan rintisan.
Kesepakatan Bagi Hasil
Model bisnis yang diterapkan Xiaomi pada mitra startup ini berbasis kesepakatan bagi hasil. Dalam praktiknya, perusahaan mitra memproduksi barang sesuai standar mutu Xiaomi, kemudian Xiaomi akan mendistribusikan dan memasarkannya di berbagai kanal online maupun offline. Keuntungan yang diperoleh dari penjualan produk akan dibagi sesuai kesepakatan.
Sistem ini membuat risiko produksi dan pengembangan produk lebih ringan di kedua belah pihak. Startup tidak perlu membangun jaringan penjualan sendiri yang membutuhkan biaya besar, sedangkan Xiaomi bisa lebih cepat memperkaya pilihan produk bagi konsumennya tanpa harus menanggung seluruh biaya pengembangan dari nol.