JAKARTA - Sektor saham energi baru terbarukan kembali mencuri perhatian pasar modal Indonesia. Salah satu emiten yang mencatat lonjakan tajam dalam sepekan terakhir adalah PT Green Power Group Tbk (kode saham: LABA). Performa gemilang saham ini menjadi simbol optimisme investor terhadap prospek sektor hijau dan sinyal bangkitnya minat pasar pada saham-saham yang berbasis akuisisi strategis.
Reli harga saham LABA menjadi fenomena mencolok di tengah penguatan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) selama periode. Sepanjang lima hari perdagangan, IHSG tercatat menanjak 2,65 persen, dari posisi awal 6.865,19 menuju 7.047,43. Kenaikan tersebut juga berimbas pada lonjakan kapitalisasi pasar Bursa Efek Indonesia (BEI) sebesar 2,77 persen menjadi Rp12.404 triliun, dibandingkan pekan sebelumnya yang tercatat Rp12.070 triliun.
Kinerja LABA yang naik 52,99 persen ke level Rp358 per saham tak bisa dilepaskan dari kabar rencana akuisisi 70 persen saham PT Bangun Karya Perkasa Jaya (KRYA). Rencana ini akan dilaksanakan bersama beberapa mitra strategis seperti Rich Step International Ltd., PT EVMOTO Teknologi Indonesia, PT Huashang Investment Group, dan PT Cahaya Intan Niaga. Dengan dukungan kolaborasi ini, investor melihat peluang peningkatan kinerja LABA dalam jangka menengah hingga panjang.
Meski belum ada laporan keuangan terbaru yang dirilis setelah kabar akuisisi itu mencuat, pasar sudah menunjukkan respons positif. Ekspektasi terhadap sinergi bisnis dan ekspansi di sektor energi dan konstruksi memberi angin segar pada prospek emiten yang sebelumnya belum menjadi perhatian utama investor retail.
Selain LABA, sederet emiten lain juga masuk dalam daftar top gainer selama sepekan terakhir. Salah satunya adalah PT Hotel Sahid Jaya International Tbk (SHID) yang melesat 34,88 persen ke Rp1.160 per saham. Disusul oleh PT Adhi Kartiko Pratama Tbk (NICE) yang tumbuh 32,97 persen ke Rp492, serta PT Allo Bank Indonesia Tbk (BBHI) yang mencatat pertumbuhan 32,94 persen ke level Rp1.130.
Kenaikan harga saham beberapa emiten tersebut mempertegas bahwa pasar sedang mencari peluang-peluang pertumbuhan non-konvensional, baik di sektor perbankan digital, energi alternatif, maupun properti dan jasa akomodasi.
Adapun 10 saham yang mengalami lonjakan harga terbesar selama periode, berdasarkan data resmi BEI, adalah sebagai berikut:
-PT Green Power Group Tbk (LABA): Naik 52,99% ke Rp358
-PT Hotel Sahid Jaya International Tbk (SHID): Naik 34,88% ke Rp1.160
-PT Adhi Kartiko Pratama Tbk (NICE): Naik 32,97% ke Rp492
-PT Allo Bank Indonesia Tbk (BBHI): Naik 32,94% ke Rp1.130
-PT Sumber Sinergi Makmur Tbk (IOTF): Naik 32,56% ke Rp118
-PT Arthavest Tbk (ARTA): Naik 26,68% ke Rp2.350
-PT Andalan Sakti Primaindo Tbk (ASPI): Naik 25% ke Rp260
-PT Artha Mahiya Investama Tbk (AIMS): Naik 24,84% ke Rp392
-PT Tembaga Mulia Semanan Tbk (TBMS): Naik 22,89% ke Rp1.020
-PT Petrosea Tbk (PTRO): Naik 22,69% ke Rp3.190
Kinerja apik dari sejumlah saham di atas menunjukkan bahwa para pelaku pasar terus memantau emiten-emiten potensial yang melakukan transformasi bisnis, merger, maupun ekspansi lintas sektor.
Sementara itu, dari sisi makro, IHSG mendapatkan angin segar dari kombinasi sentimen domestik dan global. Dari dalam negeri, stabilitas nilai tukar rupiah serta ekspektasi penurunan inflasi memberi rasa percaya diri kepada investor. Dari luar negeri, data ekonomi AS dan China yang relatif stabil turut mendukung kenaikan indeks utama di Asia, termasuk Indonesia.
Penguatan IHSG ini juga didorong oleh sentimen membaiknya aliran dana asing (capital inflow), seiring dengan peningkatan partisipasi investor institusional terhadap saham-saham bluechip. Volume dan frekuensi transaksi di BEI juga meningkat secara signifikan selama pekan tersebut.
Salah satu analis dari InvestingPro menyoroti bahwa saham AIMS yang turut masuk daftar 10 besar top gainers bisa menjadi incaran selanjutnya bagi investor yang mencari potensi undervalued stock. Menurut algoritma berbasis AI yang digunakan InvestingPro, AIMS mungkin termasuk saham yang masih berada di bawah nilai wajarnya dan memiliki peluang kenaikan apabila tren positif IHSG berlanjut.
Namun, para investor tetap disarankan berhati-hati. Kenaikan harga secara signifikan dalam waktu singkat perlu dianalisis dari sisi fundamental, keberlanjutan proyek akuisisi, serta transparansi rencana bisnis ke depan.
Beberapa saham seperti LABA memang menarik secara momentum, tetapi harus dicermati apakah kinerja keuangan dan potensi sinergi dari akuisisi benar-benar dapat terealisasi dan membawa hasil positif pada laporan keuangan berikutnya.
Dengan IHSG yang sedang dalam tren kenaikan dan sektor-sektor strategis seperti energi, teknologi, dan akomodasi mulai menunjukkan geliatnya, pasar modal Indonesia tampaknya berada dalam fase bullish jangka pendek. Investor kini dituntut untuk makin cermat membaca pergerakan pasar dan tidak hanya terpaku pada momentum sesaat.
Jika tren ini berlanjut, maka bukan tidak mungkin indeks akan menguji level psikologis berikutnya di atas 7.100. Namun konsolidasi tetap diperlukan untuk mengukur kekuatan pasar dalam menghadapi gejolak eksternal maupun domestik dalam beberapa pekan ke depan.