Harga BBM Disesuaikan Merata

Senin, 14 Juli 2025 | 08:11:41 WIB
Harga BBM Disesuaikan Merata

JAKARTA - PT Pertamina kembali melakukan penyesuaian harga bahan bakar minyak (BBM) non-subsidi di seluruh Indonesia. Langkah ini menjadi bagian dari mekanisme pasar yang dinamis, sejalan dengan fluktuasi harga minyak mentah dunia. Melalui kebijakan ini, Pertamina menegaskan komitmennya untuk menjaga keterjangkauan harga sekaligus menjamin ketersediaan energi hingga pelosok negeri.

Kenaikan harga BBM non-subsidi untuk wilayah tertentu mencerminkan penyesuaian yang proporsional terhadap kondisi pasar global. Di beberapa daerah, harga BBM seperti Pertamax, Pertamax Turbo, hingga Dexlite mengalami perubahan harga yang bersifat berkala.

Sebagai contoh, wilayah Jawa Barat mencatat kenaikan harga Pertamax dari Rp12.100 menjadi Rp12.500 per liter. Untuk Pertamax Turbo, harga meningkat dari Rp13.050 menjadi Rp13.500 per liter. Sementara itu, Pertamax Green 95 naik dari Rp12.800 ke Rp13.250 per liter, dan Dexlite dari Rp12.740 menjadi Rp13.320 per liter. BBM berkualitas tinggi seperti Pertamina Dex juga mengalami penyesuaian dari Rp13.200 menjadi Rp13.650 per liter.

Langkah penyesuaian ini tidak hanya dilakukan di wilayah Jawa, tetapi juga berlaku merata di seluruh Indonesia. Penetapan harga disesuaikan dengan kondisi logistik, infrastruktur, dan mekanisme distribusi di tiap provinsi dan kota.

Sebagai contoh, di DKI Jakarta, harga Pertamax tercatat Rp12.500 per liter, dengan harga Pertamax Turbo sebesar Rp13.500, serta Pertamax Green 95 senilai Rp13.250. Sementara itu, Dexlite dibanderol Rp13.320 dan Pertamina Dex sebesar Rp13.650.

Di luar Pulau Jawa, beberapa wilayah menunjukkan angka yang sedikit berbeda. Di Sumatera Utara, Pertamax dijual dengan harga Rp12.800 per liter dan Pertamax Turbo Rp13.800. Di Riau dan Kepulauan Riau, harga Pertamax masing-masing mencapai Rp13.100, dengan Pertamax Turbo menyentuh Rp14.100 per liter.

Hal serupa terlihat di Sumatera Barat dan Bengkulu yang memiliki pola harga yang konsisten. Pertamax di wilayah ini dipatok pada harga Rp13.100 per liter, sedangkan Dexlite dan Pertamina Dex masing-masing berada di kisaran Rp13.900 dan Rp14.250.

Untuk wilayah timur Indonesia seperti Papua dan Papua Barat, harga BBM non-subsidi tidak jauh berbeda. Pertamax dipasarkan seharga Rp12.800, sementara Pertamax Turbo dibanderol Rp13.800 dan Dexlite senilai Rp13.610 per liter. Harga ini berlaku pula di berbagai wilayah administratif baru seperti Papua Selatan, Papua Pegunungan, hingga Papua Barat Daya.

Khusus wilayah Free Trade Zone (FTZ) seperti Batam dan Sabang, harga BBM mencerminkan keistimewaan kebijakan fiskal daerah tersebut. Di FTZ Batam, misalnya, Pertamax dijual seharga Rp12.000 per liter, dengan Pertamax Turbo hanya Rp12.800. Dexlite di daerah ini dijual pada harga Rp12.640.

Pemerataan harga di wilayah-wilayah seperti Kalimantan, Sulawesi, dan Nusa Tenggara juga menjadi perhatian Pertamina. Di Kalimantan Timur, harga Pertamax ditetapkan sebesar Rp12.800 per liter, sedangkan Pertamax Turbo di angka Rp13.800. Daerah seperti Sulawesi Selatan dan Sulawesi Tengah juga mencatat harga yang serupa.

Kebijakan ini memperlihatkan bahwa Pertamina terus menjaga keterbukaan informasi kepada publik. Melalui publikasi harga secara transparan di situs resmi seperti MyPertamina.id, masyarakat bisa memantau harga secara real-time sesuai wilayah masing-masing. Hal ini penting untuk menjaga kepercayaan publik sekaligus sebagai bentuk akuntabilitas perusahaan dalam tata kelola energi nasional.

Di sisi lain, penyesuaian harga ini juga merupakan bentuk adaptasi terhadap dinamika harga minyak mentah global, di mana pergerakan harga internasional mempengaruhi ongkos produksi dan distribusi BBM. Sebagai badan usaha milik negara yang mengemban amanat pelayanan publik, Pertamina tetap mengedepankan prinsip efisiensi dan keberlanjutan.

Tak hanya itu, kehadiran varian BBM ramah lingkungan seperti Pertamax Green 95 juga menjadi bagian dari transformasi Pertamina menuju energi yang lebih bersih. Meskipun belum tersedia di semua wilayah, kehadirannya di pasar menunjukkan arah pengembangan bisnis energi nasional yang sejalan dengan tren global.

Keberadaan harga berbeda di masing-masing wilayah tidak lepas dari faktor geografis dan biaya logistik. Wilayah kepulauan dan pedalaman tentu memerlukan biaya tambahan untuk distribusi, sehingga memengaruhi harga akhir di SPBU. Meski begitu, Pertamina terus berupaya melakukan efisiensi agar disparitas harga antarwilayah tetap dalam batas wajar.

Peningkatan harga BBM non-subsidi kali ini juga tidak memengaruhi harga BBM subsidi seperti Pertalite dan Solar, sehingga kelompok masyarakat berpendapatan rendah masih mendapatkan akses energi dengan harga terjangkau. Langkah ini sekaligus mencerminkan bahwa kebijakan harga dilakukan dengan prinsip berkeadilan.

Dengan skema harga yang disesuaikan secara berkala dan transparan, Pertamina tidak hanya menjamin ketersediaan energi nasional tetapi juga mendukung kebijakan energi berkelanjutan. Di tengah fluktuasi global, peran Pertamina dalam menjaga kestabilan pasokan dan harga BBM menjadi semakin krusial.

Kedepannya, publik dapat terus mengikuti pembaruan harga BBM melalui kanal resmi agar tetap mendapatkan informasi terbaru dan akurat. Penyesuaian harga secara berkala ini merupakan bagian dari sistem yang dinamis, di mana efisiensi, keberlanjutan, dan pemerataan menjadi fondasi utama tata kelola energi nasional.

Terkini