Wisata Embun Es di Bromo: Indah tapi Dingin Ekstrem

Senin, 14 Juli 2025 | 15:35:37 WIB
Wisata Embun Es di Bromo: Indah tapi Dingin Ekstrem

JAKARTA - Kawasan Gunung Bromo kembali memperlihatkan keindahan alam yang langka dan memesona. Fenomena embun upas atau embun es yang terjadi di kawasan Ranu Regulo dan Ranu Pani menjadi daya tarik tersendiri bagi wisatawan. Meski tampak menakjubkan, fenomena ini sekaligus menjadi pengingat pentingnya kesiapan fisik dan mental dalam menikmati wisata alam ekstrem, serta kewajiban menjaga kelestarian ekosistem pegunungan.

Fenomena embun upas ini muncul saat suhu udara turun drastis, menandakan peralihan ke musim kemarau. Es tipis menyelimuti vegetasi, tanah, dan bahkan jok sepeda motor di area parkir wisata, menciptakan pemandangan yang jarang terjadi di daerah tropis seperti Indonesia. Ini bukan pertama kalinya fenomena tersebut terjadi di kawasan pegunungan, namun tetap saja menjadi magnet bagi wisatawan yang ingin menyaksikan langsung keunikan tersebut.

Namun di balik keindahan itu, pengelola Taman Nasional Bromo Tengger Semeru (TNBTS) mengingatkan agar setiap pengunjung yang ingin menikmati panorama es di Bromo memperhatikan faktor keselamatan dan kenyamanan pribadi.

“Kondisi tetap aman, cuma suhu lebih dingin saja,” ujar Endrip Wahyutama, Pranata Humas Balai Besar TNBTS. Menurutnya, suhu udara di kawasan tersebut bisa mencapai lima derajat Celsius, terutama pada pagi hari. Suhu yang sangat rendah inilah yang menyebabkan terbentuknya lapisan es tipis atau embun upas di berbagai permukaan.

Endrip menambahkan bahwa fenomena ini kerap kali terjadi di kawasan Ranu Regulo dan Ranu Pani, dua titik wisata alam yang menjadi pintu masuk bagi para pendaki Gunung Semeru. Ia menjelaskan bahwa embun es merupakan gejala alamiah yang biasa muncul di dataran tinggi ketika peralihan musim kemarau tiba.

Meski demikian, TNBTS tidak memberlakukan penutupan atau pembatasan kunjungan ke kawasan yang terdampak embun es. Aktivitas wisata tetap dapat dilakukan seperti biasa, asalkan wisatawan lebih mempersiapkan diri menghadapi cuaca ekstrem. Pakaian hangat seperti jaket tebal, sarung tangan, dan penutup kepala sangat dianjurkan untuk menghindari risiko hipotermia.

“Fenomena ini biasanya juga terjadi di pegunungan lain,” ujar Endrip. Karena itu, ia mengimbau agar para pengunjung lebih bijak dan memperhatikan keselamatan pribadi. Selain perlengkapan yang sesuai, pengunjung juga diingatkan untuk tetap menjaga kelestarian alam.

Salah satu kekhawatiran pengelola TNBTS adalah dampak dari antusiasme wisatawan terhadap vegetasi yang diselimuti embun es. Endrip mengingatkan agar para pengunjung tidak menyentuh atau menginjak tanaman yang tertutup lapisan es, karena dapat merusak ekosistem dan mencederai bentang alam yang menjadi kekayaan kawasan konservasi.

“Kami mengingatkan supaya tidak menyentuh atau menginjak tanaman yang tertutup embun upas, demi menjaga ekosistem sekaligus menghindari kerusakan vegetasi dan bentang alam,” jelasnya.

Fenomena ini turut terdokumentasikan melalui media sosial. Salah satunya adalah unggahan akun Instagram @ranupani_indonesia yang memperlihatkan jok sepeda motor yang tertutup lapisan es tipis. Unggahan itu menyertakan keterangan, "sudah waktunya air menjadi padat", menggambarkan transisi suhu yang ekstrem di kawasan itu.

Di tengah pesona alam yang menggoda, pengelola TNBTS juga berupaya menjaga kelancaran kunjungan dan mencegah masuknya wisatawan ilegal. Melalui akun resmi Instagram @bbtnbromotenggersemeru, pengelola mengingatkan wisatawan untuk memastikan tiket masuk telah dibeli sesuai hari kunjungan dan jumlah rombongan.

“Untuk pengalaman berkunjung yang aman dan tertib di Taman Nasional Bromo Tengger Semeru, dimohon kepada #sahabatmentaritengger untuk membeli tiket masuk kawasan ya. Pastikan tiketmu sesuai dengan hari kunjungan dan jumlah rombongannya! Selamat menikmati keindahan alam pegunungan kita. Salam konservasi,” tulis pengelola di unggahan media sosial.

Langkah preventif ini diperkuat dengan patroli rutin dari petugas Balai Besar TNBTS yang menyusuri jalur-jalur populer di Lautan Pasir, Pusung Gedhe, dan Lembah Watangan. Endrip menyebutkan bahwa petugas akan melakukan pemeriksaan kepada wisatawan mengenai bukti tiket masuk.

“Jumlah petugas yang berpatroli per hari antara 5-10 orang. Mereka akan bertanya ke pengunjung terkait status pendaftaran, apakah memang masuk melalui jalur resmi dengan membeli tiket atau jalur tidak resmi,” ungkapnya.

Jika ditemukan pelanggaran berupa pengunjung yang tidak membeli tiket resmi, maka akan dikenakan sanksi sesuai ketentuan. Denda yang diberlakukan sebesar lima kali harga tiket pada hari kunjungan, mengacu pada Peraturan Pemerintah Nomor 36 Tahun 2024 tentang tarif Penerimaan Negara Bukan Pajak.

Pengawasan ini bukan semata soal tiket, tetapi juga bagian dari upaya konservasi berkelanjutan. Dengan adanya fenomena embun es, yang meski indah namun membawa risiko tertentu, TNBTS ingin menanamkan kesadaran bahwa wisata alam harus disikapi dengan tanggung jawab.

Gunung Bromo memang selalu punya cara untuk memikat hati pengunjung. Namun pesona itu sebaiknya diiringi dengan kesadaran kolektif untuk menjaga alam, menyesuaikan diri dengan kondisi ekstrem, serta menghormati batas-batas yang ditetapkan demi keselamatan dan keberlanjutan kawasan konservasi. Embun upas hanyalah satu dari sekian keajaiban alam yang patut diapresiasi dengan penuh kesiapan dan kepedulian.

Terkini