JAKARTA - Desa Batujajar di Kecamatan Cigudeg, Kabupaten Bogor, menjadi salah satu contoh nyata bagaimana Dana Desa bisa dimanfaatkan secara optimal untuk mendorong kemandirian desa. Dengan pendekatan yang menyeluruh, pemerintah desa menitikberatkan realisasi dana tersebut pada dua sektor penting: ketahanan pangan dan pembangunan infrastruktur jalan lingkungan.
Alih-alih hanya terfokus pada pembangunan fisik atau konsumsi jangka pendek, Desa Batujajar menghadirkan strategi yang menggabungkan ketahanan pangan berkelanjutan dan konektivitas antarwilayah. Dua pendekatan ini dinilai saling melengkapi: satu memastikan ketahanan hidup masyarakat melalui produksi pangan lokal, sementara yang lain menjamin aksesibilitas untuk mendistribusikan hasilnya.
Kepala Desa Batujajar, H. Ali, menegaskan bahwa total Dana Desa sebesar Rp658 juta telah dialokasikan khusus untuk dua bidang prioritas ini. Anggaran tersebut tidak hanya sebatas nominal, melainkan menjadi instrumen nyata dalam merancang masa depan desa yang mandiri dan berdaya saing.
“Ketahanan pangan kami wujudkan melalui kebun timun dan kolam ikan nila di Kampung Pasir Kalong seluas 2,5 hektare atau 25.000 meter persegi,” ujar H. Ali.
Langkah ini menunjukkan bahwa pemerintah desa menyadari pentingnya diversifikasi pangan dan pemanfaatan lahan sebagai modal dasar ekonomi lokal. Kebun timun dan kolam ikan tersebut tidak hanya menjadi cadangan pangan, tapi juga peluang ekonomi warga setempat. Selain berfungsi sebagai sarana edukasi dan pemberdayaan, kebun tersebut dapat menjadi sumber pendapatan alternatif, terutama di masa-masa sulit.
Seiring dengan program pertanian dan perikanan yang dikembangkan, pemerintah desa juga menyentuh aspek vital lainnya: infrastruktur. Konektivitas antar kampung dipandang sebagai kunci untuk memperkuat jaringan sosial dan ekonomi masyarakat.
Pembangunan jalan lingkungan (jaling) menjadi fokus utama kedua dari realisasi Dana Desa tahun ini. Pemerintah desa mengarahkan anggaran tersebut untuk pengaspalan (hotmix) dan pengecoran beton di sejumlah titik strategis di delapan kampung.
"Hotmix di Kampung Lio: 297 meter, Kampung Bantar Panjang 200 meter, Kampung Pasir Gedong, 155 meter. Betonisasi di Kampung Pabuaran dan sejumlah titik lainnya," ungkap H. Ali.
Peningkatan kualitas infrastruktur jalan ini tak hanya berfungsi untuk memperlancar mobilitas warga, tapi juga menunjang roda perekonomian desa. Jalan yang baik akan memudahkan hasil pertanian seperti timun dan ikan dari kebun ketahanan pangan untuk didistribusikan ke pasar, baik di dalam maupun di luar wilayah desa. Infrastruktur yang memadai juga mempercepat akses ke layanan dasar seperti sekolah, puskesmas, dan pasar desa.
“Semua ini merupakan bentuk komitmen kami untuk membangun desa dari sisi ketahanan pangan sekaligus meningkatkan konektivitas antar kampung,” tambahnya.
Pendekatan menyeluruh yang diterapkan Desa Batujajar merefleksikan arah pembangunan desa yang berkelanjutan dan berbasis kebutuhan lokal. Pihak pemerintah desa tidak hanya berpikir jangka pendek, tetapi telah menanamkan fondasi yang memungkinkan masyarakat desa lebih tangguh secara ekonomi dan sosial.
Implementasi program ini juga menjadi bentuk sinergi antara pemerintah pusat dan daerah. Dana Desa yang dikucurkan oleh pemerintah pusat benar-benar dimanfaatkan secara maksimal oleh aparat desa untuk menjawab kebutuhan riil masyarakat. Tanpa terjebak dalam program seremonial atau proyek sesaat, Desa Batujajar menunjukkan kapasitas kelembagaan lokal yang solid dalam merencanakan dan menjalankan pembangunan.
Program ini diharapkan membawa dampak positif dalam berbagai aspek kehidupan warga. Di bidang ekonomi, adanya kebun ketahanan pangan bisa menjadi sumber penghasilan tambahan, sekaligus meningkatkan asupan gizi masyarakat. Di sektor sosial, infrastruktur jalan yang memadai akan memperkuat konektivitas dan solidaritas antarwarga dari berbagai kampung.
Dari sisi kelembagaan, keberhasilan ini menjadi contoh transparansi dan partisipasi publik dalam pengelolaan Dana Desa. Dengan informasi terbuka kepada masyarakat, seperti yang disampaikan langsung oleh Kepala Desa, warga dapat turut mengawal dan memberi masukan terhadap arah pembangunan.
Lebih jauh lagi, program ini membuka peluang berkembangnya sektor-sektor lain yang berkaitan. Dengan lahan pertanian produktif dan akses jalan yang baik, Desa Batujajar berpotensi mengembangkan agrowisata, pelatihan pertanian modern, serta pengolahan hasil pertanian secara mandiri. Ini bisa membuka lapangan kerja baru dan mengurangi ketergantungan masyarakat pada sektor luar desa.
Jika desa-desa lain di seluruh Indonesia meniru pendekatan komprehensif seperti di Batujajar yang menggabungkan kemandirian pangan, infrastruktur, dan pemberdayaan ekonomi lokal maka visi besar membangun Indonesia dari pinggiran akan lebih cepat terwujud.
Ketika ditanya harapannya, H. Ali menegaskan bahwa keberhasilan program ini bukan akhir, melainkan awal dari proses panjang membangun desa. Ia mengajak seluruh elemen masyarakat untuk tetap bergotong royong dalam menjaga hasil pembangunan, serta terus berinovasi demi kesejahteraan bersama.