JAKARTA - Di dunia UFC, Khamzat Chimaev dikenal sebagai petarung yang jarang memberi lawan kesempatan bernafas. Julukan “Si Serigala” melekat erat pada dirinya karena gaya bertarungnya yang agresif dan dominan. Namun, meskipun rekor bertarungnya tampak sempurna dan penuh kemenangan cepat, tak semua pertarungan berjalan mulus untuknya. Menjelang duel besar di UFC 319 yang akan datang, perbincangan mengenai kekuatan dan kelemahan Chimaev kembali mengemuka, terutama dari sesama petarung sekaligus pengamat, Alexander Volkov.
Volkov, yang juga merupakan petarung kelas berat UFC, memberikan analisis menarik mengenai gaya bertarung Chimaev. Menurut pria 31 tahun ini, Chimaev terkenal karena sering kali “membulan-bulani” lawan-lawannya—istilah yang menggambarkan dominasi cepat dan tanpa kompromi dalam pertarungan. “Sejauh ini, kita hanya melihat bagaimana tidak membulan-bulani lawan,” ujar Volkov, yang dilansir dari Juara.net mengutip Championat.com. Volkov percaya bahwa gaya bertarung ini menjadi keunggulan utama Chimaev dan menjadi alasan kuat mengapa dia bakal mampu menaklukkan lawan berikutnya, yaitu Du Plessis.
Pernyataan Volkov tersebut didasarkan pada pengamatan terhadap perjalanan karier Chimaev yang terakhir naik oktagon pada bulan Oktober lalu. Pada laga itu, Chimaev berhasil mengalahkan Robert Whittaker, mantan juara kelas menengah UFC, dengan cara yang cukup impresif. Dalam pertarungan tersebut, Si Serigala tak memberikan celah sedikit pun bagi lawannya. Dengan cepat dan efektif, Chimaev menjebak Whittaker dalam kuncian neck crank yang membuat Whittaker tak berdaya dan menyerah.
Dominasi seperti ini tentu menjadi modal besar bagi Chimaev menghadapi Du Plessis, yang juga bukan lawan sembarangan. Juara kelas menengah ini dikenal dengan julukan “Stillknocks” dan memiliki rekor yang tak kalah mengesankan. Du Plessis baru saja mencetak kemenangan angka mutlak saat menghadapi Sean Strickland pada Februari lalu. Selain itu, dia juga sukses menaklukkan Israel Adesanya melalui kuncian, menunjukkan bahwa Du Plessis pun punya kemampuan untuk mengunci lawan-lawannya dengan efektif.
Meskipun begitu, Volkov tetap yakin bahwa Chimaev punya keunggulan untuk duel nanti. “Saya hanya merasa dia bakal mengalahkan Du Plessis,” tambah Volkov dengan penuh keyakinan. Pernyataan tersebut menimbulkan antisipasi tinggi di kalangan penggemar UFC karena menandakan bahwa pertarungan antara keduanya akan berlangsung sengit dan penuh strategi, namun dengan sedikit prediksi siapa yang akan keluar sebagai pemenang.
Meski dikenal sering mengakhiri pertarungan dengan cepat, Chimaev tidak selalu begitu mulus dalam perjalanan kariernya. Ada saat-saat di mana dia harus bertarung dalam kondisi yang lebih menantang dan penuh tekanan. Salah satu duel tersulitnya terjadi saat menghadapi Kamaru Usman pada 21 Oktober 2023. Pertarungan itu berlangsung ketat dan harus diselesaikan lewat keputusan dewan juri. Kemenangan Chimaev hanya diraih dengan skor majority decision, yaitu 29-27, 29-27, dan 28-28, menunjukkan betapa sulitnya pertandingan tersebut.
Pertarungan melawan Usman memberi pelajaran berharga bagi Chimaev bahwa tidak semua lawan bisa diatasi dengan cara membulan-bulani. Ada kalanya pertarungan memerlukan kesabaran, strategi matang, dan kemampuan bertahan dalam tekanan lawan yang tangguh. Ini juga menjadi faktor yang menarik untuk diperhatikan menjelang laga melawan Du Plessis, yang diketahui memiliki gaya bertarung cerdik dan efektif.
Menjelang UFC 319, perhatian kini tertuju pada bagaimana kedua petarung tersebut akan mempersiapkan diri dan strategi apa yang akan mereka terapkan. Khamzat Chimaev yang dikenal dengan gaya agresifnya, akan diuji oleh Du Plessis yang mampu mengunci dan mengendalikan lawan-lawannya dengan kuncian yang mematikan. Pertarungan ini berpotensi menjadi salah satu laga paling menarik di kelas menengah, dengan adu taktik dan kekuatan fisik yang seimbang.
Selain itu, duel ini juga menjadi ajang pembuktian bagi Chimaev apakah ia dapat kembali mempertahankan reputasinya sebagai petarung dominan yang mampu menyelesaikan lawan secara cepat dan tanpa kompromi. Sebaliknya, bagi Du Plessis, kemenangan atas Chimaev akan menjadi penegasan statusnya sebagai salah satu petarung terbaik kelas menengah yang siap menantang siapa saja.
Secara keseluruhan, pertarungan UFC 319 yang mempertemukan Khamzat Chimaev dan Du Plessis tak hanya akan memuaskan dahaga para penggemar UFC yang ingin menyaksikan laga seru, tetapi juga menjadi babak penting dalam perjalanan karier keduanya. Dengan latar belakang rekam jejak yang kuat, kedua petarung membawa kisah dan motivasi masing-masing untuk meraih kemenangan yang krusial.
Volkov pun menutup pernyataannya dengan menyampaikan antisipasi terhadap aksi-aksi Khamzat di masa depan. “Menarik menantikan aksi Khamzat di pertarungan lain,” katanya, mengingatkan bahwa perjalanan Si Serigala masih panjang dan penuh tantangan yang harus dihadapi dengan kesiapan dan mental kuat.
Pertarungan yang akan digelar pada bulan Agustus mendatang ini jelas menjadi sorotan utama dunia MMA. Bagaimana Chimaev mengatasi tantangan Du Plessis, serta bagaimana kedua petarung mengadaptasi gaya bertarung mereka, akan menjadi pembelajaran menarik bagi para penggemar dan pelaku MMA. Kemenangan di UFC 319 bukan hanya soal gelar, tapi juga soal mempertahankan reputasi dan membuktikan siapa yang layak menyandang gelar juara di kelas menengah.