INSPIRATIF

ASN Hebat Dimulai dari Diri Sendiri: Pesan Inspiratif untuk Peserta Latsar CPNS di Manado

ASN Hebat Dimulai dari Diri Sendiri: Pesan Inspiratif untuk Peserta Latsar CPNS di Manado
ASN Hebat Dimulai dari Diri Sendiri: Pesan Inspiratif untuk Peserta Latsar CPNS di Manado

JAKARTA - Pelatihan Dasar (Latsar) Calon Pegawai Negeri Sipil (CPNS) tahun 2025 yang diselenggarakan oleh Balai Diklat Keagamaan (BDK) Manado bukan sekadar kegiatan formalitas tahunan. Di balik suasana pembelajaran dan materi teknis, Latsar menjadi medan penting dalam menanamkan nilai-nilai dasar yang membentuk kepribadian seorang abdi negara.

Kegiatan ini menjadi wahana awal di mana peserta CPNS dipertemukan dengan nilai integritas, etika publik, tanggung jawab sosial, serta semangat pelayanan. Hal itu ditegaskan langsung oleh Kepala Badan Moderasi Beragama dan Pengembangan Sumber Daya Manusia (BMBPSDM) Kementerian Agama RI, Muhammad Ali Ramdhani, saat memberikan materi dalam salah satu sesi pelatihan.

“Menjadi ASN itu bukan hanya tentang bekerja, tetapi tentang membentuk kebiasaan, menumbuhkan kecerdasan, dan memberi dampak nyata bagi masyarakat,” tegas Ramdhani di hadapan para peserta.

ASN Bukan Sekadar Status, Melainkan Pilihan Hidup

Pesan yang disampaikan Ramdhani membuka cakrawala baru tentang peran ASN. Ia menekankan bahwa ASN bukan sekadar pencari nafkah negara, melainkan aktor penting dalam proses pembangunan, pengayom masyarakat, serta pembawa perubahan sosial yang berkesinambungan.

ASN, menurut Ramdhani, harus memahami esensi perannya: menjadi penjaga integritas publik di tengah kompleksitas zaman. Apalagi dalam lingkup Kementerian Agama, di mana nilai-nilai keberagaman dan moderasi menjadi bagian dari kerja sehari-hari.

“ASN Kemenag harus bisa menjadi teladan dalam mengimplementasikan moderasi beragama. Itu harus dimulai dari cara berpikir, cara bekerja, sampai cara melayani masyarakat,” ujarnya.

Latsar sebagai Pondasi Karakter Profesional

Pelatihan Dasar (Latsar) CPNS menjadi salah satu tahapan wajib sebelum ASN dinyatakan berstatus penuh. Dalam proses ini, peserta tidak hanya dibekali materi akademik atau administratif, tetapi juga pendekatan yang bersifat holistik, mulai dari sikap mental, komunikasi pelayanan publik, hingga penguatan nilai Pancasila dan wawasan kebangsaan.

Muhammad Ali Ramdhani memanfaatkan momentum itu untuk menanamkan prinsip dasar bahwa pelayanan publik bukan pekerjaan teknis belaka, tetapi tugas moral.

“Jika ASN hanya bekerja untuk menggugurkan tugas, maka kita kehilangan esensi. ASN sejati adalah mereka yang bekerja dengan nilai, bukan sekadar target,” ungkapnya penuh makna.

Tantangan ASN di Era Transformasi Digital

Dalam penyampaiannya, Ramdhani juga menyinggung soal tantangan ASN di era digital. Perubahan sistem birokrasi menuju model yang lebih efisien dan berbasis teknologi menuntut kemampuan adaptif dari setiap aparatur.

Menurutnya, CPNS masa kini harus berpikir visioner, tidak kaku dalam pendekatan kerja, dan mampu menjawab kebutuhan masyarakat yang terus berubah. Pelayanan publik bukan hanya soal kecepatan, tapi juga soal ketepatan dan empati.

“Inovasi bukan milik perusahaan swasta saja. ASN juga wajib inovatif agar tetap relevan. ASN yang tidak mau berubah, akan tergilas zaman,” ujarnya.

Ia juga menggarisbawahi pentingnya ASN membekali diri dengan soft skill, seperti komunikasi yang baik, kolaborasi antar lintas sektor, serta literasi digital sebagai bagian dari budaya kerja masa depan.

Moderasi Beragama dalam Perspektif ASN

Salah satu fokus utama dalam pembinaan ASN Kementerian Agama adalah penguatan nilai moderasi beragama. Ramdhani menjelaskan, moderasi bukan sekadar wacana, tetapi harus menjadi praktik hidup ASN dalam melayani masyarakat yang sangat majemuk.

“Moderasi beragama bukan berarti melemahkan keyakinan, tetapi menjadikan kita peka dan adil dalam memperlakukan semua pihak. ASN harus netral dan menjadi jembatan, bukan sumber konflik,” tambahnya.

Ia menekankan, jika nilai ini tidak tertanam sejak masa CPNS, maka ASN berisiko menjadi aparatur yang bias, tertutup, dan eksklusif. Padahal, Indonesia sebagai negara yang majemuk membutuhkan ASN yang mampu memfasilitasi keberagaman, bukan terjebak dalam fanatisme sempit.

Investasi SDM Jangka Panjang

Kegiatan Latsar CPNS juga mendapat apresiasi dari para peserta. Mereka mengakui bahwa pendekatan yang dilakukan oleh BDK Manado cukup berbeda dari pelatihan sebelumnya. Materi disampaikan dengan pendekatan dialogis, menyentuh aspek praktis, serta membangun motivasi kerja.

Salah satu peserta, Nurhadi, CPNS Kemenag dari wilayah Sulawesi Utara, menyebut bahwa sesi bersama Ramdhani sangat inspiratif.

“Selama ini saya pikir ASN hanya menjalankan tugas administratif. Tapi dari beliau, saya jadi paham bahwa ASN itu harus punya visi kemanusiaan dan pelayanan,” kata Nurhadi.

Latsar CPNS pun disebutnya bukan sekadar agenda untuk lulus, tetapi menjadi proses transformasi diri.

“Saya merasa jadi pribadi yang lebih siap, bukan hanya secara teknis, tapi juga mental dan spiritual,” tambahnya.

Harapan Terhadap CPNS 2025

Menutup materinya, Ramdhani berpesan kepada seluruh peserta agar tidak menjadikan status ASN sebagai pencapaian akhir, melainkan awal dari proses pengabdian yang panjang.

“Baju ASN itu tidak ringan. Ia membawa harapan masyarakat dan tanggung jawab moral yang besar. Mulailah dari hal kecil, dari lingkungan kerja, dari cara kita menyapa dan melayani masyarakat,” pungkasnya.

Ia juga berharap agar para CPNS 2025 menjadi generasi ASN yang mencerminkan semangat zaman: produktif, adaptif, terbuka, dan menjunjung tinggi integritas.

Rekomendasi

Index

Berita Lainnya

Index