JAKARTA - Ketika berbicara soal kebutuhan pokok, stabilitas harga menjadi hal krusial yang sangat dinantikan masyarakat, khususnya di pasar tradisional yang menjadi andalan warga sehari-hari. Di Kota Tangerang, kabar baik datang dari sejumlah pasar tradisional yang hingga awal Juli 2025 ini menunjukkan harga sembako yang relatif stabil. Meskipun kondisi pasar global dan lokal sering mengalami fluktuasi, pantauan terkini dari Perumda Pasar Kota Tangerang mengindikasikan bahwa masyarakat masih dapat bernafas lega karena tidak ada lonjakan harga signifikan pada komoditas pangan utama.
Memang, beberapa bahan pokok masih mempertahankan harga yang cukup tinggi, terutama pada cabai dan telur, namun secara umum harga-harga kebutuhan pokok lainnya tetap dalam batas yang wajar. Hal ini tentu menjadi kabar gembira mengingat kebutuhan sembako merupakan elemen utama yang sangat mempengaruhi biaya hidup sehari-hari masyarakat.
Data hasil pemantauan menunjukkan bahwa harga beras jenis IR I dan IR II tetap stabil. Beras IR I dijual dengan harga sekitar Rp 14.000 per kilogram, sedangkan beras IR II sedikit lebih murah, berada di kisaran Rp 13.000 per kilogram. Harga ini relatif konsisten dengan harga yang berlaku sebelumnya, memberikan rasa aman bagi para pembeli yang mengandalkan beras sebagai bahan pokok utama keluarga mereka.
Selain beras, komoditas lain yang menjadi perhatian adalah minyak goreng curah dan gula pasir lokal. Minyak goreng curah dipasarkan dengan harga Rp 19.000 per liter, sedangkan gula pasir lokal juga berada pada harga Rp 19.000 per kilogram. Angka ini dianggap masih wajar dan mendukung kestabilan harga kebutuhan pokok secara umum di pasar tradisional Kota Tangerang.
Untuk protein hewani, daging ayam broiler masih bertahan di angka Rp 40.000 per kilogram, sementara harga daging sapi lebih tinggi, mencapai Rp 140.000 per kilogram. Harga ini menunjukkan bahwa daging sapi masih menjadi komoditas yang relatif mahal, meskipun tidak mengalami lonjakan yang signifikan dalam beberapa waktu terakhir. Telur ayam broiler juga menjadi sorotan karena harganya yang masih cukup tinggi, yakni Rp 29.000 per kilogram. Meski demikian, kenaikan harga telur ini masih dalam batas yang bisa diterima oleh konsumen.
Salah satu aspek yang selalu menjadi perhatian adalah harga bumbu dapur, terutama cabai dan bawang. Di pasar tradisional Kota Tangerang, harga cabai merah keriting berkisar antara Rp 40.000 sampai Rp 50.000 per kilogram, sementara cabai rawit merah mencapai Rp 70.000 per kilogram. Angka ini memang masih terbilang tinggi dan menjadi tantangan tersendiri bagi masyarakat yang membutuhkan bumbu dapur dalam jumlah banyak setiap hari. Begitu pula dengan bawang merah dan bawang putih yang masing-masing dibanderol dengan harga Rp 45.000 dan Rp 40.000 sampai Rp 45.000 per kilogram.
Kondisi harga tersebut tidak hanya terjadi di satu atau dua pasar saja, tetapi juga tercatat serupa di berbagai pasar tradisional utama di Kota Tangerang seperti Pasar Anyar, Pasar Malabar, Pasar Ramadhani, dan Pasar Poris. Rata-rata harga yang diobservasi per 6 Juli 2025 menunjukkan harga beras IR I pada Rp 13.875 per kilogram, beras IR II di angka Rp 12.792 per kilogram, dan bawang putih berada di antara Rp 39.545 sampai Rp 45.000 per kilogram.
Secara keseluruhan, stabilitas harga sembako ini menjadi indikator positif bagi kondisi ekonomi masyarakat di Kota Tangerang. Walaupun harga beberapa komoditas masih berada pada level yang cukup tinggi, pemerintah dan dinas terkait telah melakukan pengawasan dan pengendalian yang ketat guna mengantisipasi lonjakan harga yang dapat membebani warga.
Namun demikian, kewaspadaan tetap diperlukan mengingat adanya potensi peningkatan permintaan yang biasa terjadi menjelang hari-hari besar atau musim tertentu. Pengawasan distribusi dan ketersediaan stok pangan menjadi aspek penting yang harus terus dijaga agar kestabilan harga tetap terjaga. Ketersediaan barang yang cukup di pasar dapat mencegah spekulasi harga dan kekurangan pasokan yang sering menjadi pemicu kenaikan harga mendadak.
Masyarakat diimbau untuk tetap cermat dalam berbelanja dan mengelola kebutuhan pokok agar kondisi ekonomi keluarga tetap stabil. Di sisi lain, pedagang dan pengelola pasar juga diharapkan dapat menjaga kualitas dan ketersediaan barang sehingga konsumen mendapatkan barang yang layak dengan harga yang sesuai.
Keberlangsungan stabilitas harga ini tidak terlepas dari kolaborasi antara pemerintah daerah, pengelola pasar, pedagang, dan masyarakat. Sinergi tersebut menjadi fondasi kuat untuk menciptakan pasar tradisional yang sehat dan kondusif, sehingga kebutuhan pokok masyarakat dapat terpenuhi dengan baik tanpa menimbulkan beban ekonomi berlebih.
Dalam konteks yang lebih luas, stabilitas harga sembako di pasar tradisional Kota Tangerang juga menjadi cermin dari upaya pemerintah dan para pelaku pasar dalam menghadapi berbagai tantangan, termasuk tekanan inflasi global dan dinamika harga pangan dunia. Keberhasilan menjaga harga kebutuhan pokok tetap stabil ini dapat menjadi contoh positif bagi daerah lain dalam mengelola pasar tradisionalnya.
Dengan kondisi pasar yang relatif stabil seperti saat ini, masyarakat dapat lebih tenang dan fokus pada aktivitas sehari-hari tanpa terbebani kekhawatiran akan melonjaknya harga kebutuhan pokok. Hal ini pada akhirnya turut mendukung pertumbuhan ekonomi lokal dan kesejahteraan warga Kota Tangerang secara menyeluruh.