Olahraga

Keteguhan Megawati Hangestri di Panggung Olahraga Voli Dunia

Keteguhan Megawati Hangestri di Panggung Olahraga Voli Dunia
Keteguhan Megawati Hangestri di Panggung Olahraga Voli Dunia

JAKARTA - Perjalanan karier Megawati Hangestri Pertiwi kembali mencuri perhatian publik, tidak hanya karena kepindahannya ke Liga Voli Turki, tetapi juga karena identitasnya sebagai atlet Muslimah berhijab yang tetap konsisten bersinar di panggung internasional. Bukan sekadar perpindahan klub, langkah Megawati ke Manisa BBSK menjadi penegas bahwa performa atlet Muslim tidak terhalangi oleh atribut keimanan.

Setelah dua musim tampil memukau bersama Red Sparks di Liga Voli Korea (KOVO), Megawati kini melangkah ke level yang lebih kompetitif, Sultanlar Ligi, liga utama bola voli wanita di Turki. Namun, kepindahan ini turut memunculkan kekhawatiran dari sebagian penggemar: akankah Megawati diperbolehkan tetap mengenakan hijab dalam pertandingan?

Di Korea Selatan, Megawati tampil dengan hijab dalam setiap pertandingan, meskipun berada di liga yang terkenal dengan kedisiplinan tinggi dan lingkungan yang relatif homogen secara budaya. Ia menjadi sosok unik yang mampu menyeimbangkan profesionalisme dan keyakinan pribadi, menjadikannya inspirasi banyak kalangan, terutama di Indonesia dan negara-negara Muslim lainnya.

Menyikapi kepindahannya ke Turki, banyak yang kemudian menelusuri regulasi lokal mengenai pemakaian hijab dalam dunia olahraga. Turki sendiri memiliki sejarah panjang terkait kebijakan sekulerisme, yang sempat melarang penggunaan jilbab di institusi publik dan beberapa ranah profesional. Namun situasi tersebut berubah drastis setelah reformasi hukum yang dilakukan pada awal 2010-an.

Federasi Olahraga Turki pada 2012 mencabut larangan hijab bagi atlet perempuan, membuka peluang lebih besar bagi Muslimah untuk mengekspresikan keyakinan mereka dalam kompetisi resmi. Setahun kemudian, pemerintah juga mencabut larangan penggunaan jilbab di sekolah, parlemen, dan institusi pemerintahan lainnya. Perubahan ini menjadi dasar kuat bahwa secara hukum, Megawati tidak memiliki hambatan untuk tetap berhijab di lapangan.

Federasi Voli Turki (TVF), yang mengelola Sultanlar Ligi, berpedoman pada peraturan dari Federasi Bola Voli Internasional (FIVB). Dalam regulasi FIVB, hijab diizinkan selama tidak membahayakan keselamatan pemain, baik bagi pemakai maupun rekan satu timnya. Contohnya sudah terlihat di panggung tertinggi seperti Olimpiade, ketika atlet Mesir, Doaa Elghobashy, tampil mengenakan hijab saat berlaga di Rio 2016.

TVF sendiri meski tidak secara eksplisit menyebutkan soal hijab dalam dokumen teknis seperti Sport Julisa atau Danışma Talimatı, tetap tunduk pada aturan FIVB tersebut. Hal ini diperkuat dengan fakta bahwa beberapa atlet Muslim dari negara-negara seperti Iran telah bertanding di turnamen AVC dan kompetisi internasional lainnya dengan tetap mengenakan hijab tanpa hambatan berarti.

Melalui fakta-fakta tersebut, kekhawatiran bahwa Megawati harus melepaskan hijabnya saat membela Manisa BBSK perlahan mereda. Bahkan, bergabungnya Megawati ke klub tersebut menjadi indikasi kuat bahwa atribut keagamaannya sudah diterima dan dihormati, baik oleh manajemen klub maupun oleh liga tempat ia akan bertanding.

Turki sendiri, meskipun sekuler secara konstitusi, merupakan negara dengan mayoritas penduduk Muslim. Dalam dekade terakhir, keterbukaan terhadap ekspresi keagamaan di ruang publik meningkat pesat, termasuk dalam dunia olahraga. Para atlet Muslimah kini lebih bebas menunjukkan identitas mereka tanpa harus mengorbankan profesionalisme.

Megawati adalah contoh nyata dari hal tersebut. Ia tak hanya membawa nama Indonesia, tapi juga menjadi representasi dari perempuan Muslim yang teguh, berprestasi, dan mampu bersaing di arena global tanpa mengorbankan nilai-nilai yang diyakininya. Keputusannya untuk tetap berhijab di tengah tuntutan kompetisi tinggi menunjukkan bahwa keberhasilan atlet tidak semata ditentukan oleh konformitas terhadap lingkungan, tetapi juga keteguhan pada prinsip.

Ia juga menegaskan bahwa busana bukan penghalang prestasi. Dari tampil apik di Red Sparks hingga kini bersiap bertarung di Sultanlar Ligi—yang dikenal memiliki standar permainan tinggi dengan klub-klub elit seperti Eczacıbaşı dan VakıfBank—Megawati telah membuktikan bahwa hijab tidak mengurangi performa atau daya saing seorang atlet.

Dukungan dari masyarakat Indonesia tentu menjadi aspek penting dalam menyemangati perjuangannya. Dalam atmosfer persaingan ketat dan ekspektasi tinggi, semangat dari tanah air dapat menjadi bahan bakar yang menguatkan mental dan menjaga konsistensinya di level tertinggi.

Keikutsertaan Megawati dalam kompetisi sekelas Liga Voli Turki juga membawa pesan besar: bahwa dunia olahraga kini semakin inklusif. Regulasi yang dahulu membatasi kini telah membuka ruang bagi siapa pun untuk bersinar, termasuk bagi atlet Muslimah berhijab. Lebih dari sekadar urusan karier, ini adalah simbol perjuangan akan penerimaan, identitas, dan keberanian untuk tampil apa adanya.

Megawati bukan hanya pemain voli, tetapi kini juga menjadi panutan yang memperlihatkan bahwa keyakinan, ketika diselaraskan dengan kerja keras dan dedikasi, tidak akan pernah menjadi penghalang untuk meraih mimpi. Langkahnya di Turki adalah langkah besar, bukan hanya untuk dirinya sendiri, tetapi juga untuk generasi muda yang ingin menjadi atlet tanpa harus melepaskan jati diri mereka.

Rekomendasi

Index

Berita Lainnya

Index