Garuda indonesia

Garuda Indonesia Dapat Dukungan Tambah Armada

Garuda Indonesia Dapat Dukungan Tambah Armada
Garuda Indonesia Dapat Dukungan Tambah Armada

JAKARTA - Rencana PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk untuk memperkuat armadanya dengan mendatangkan puluhan pesawat baru dari produsen internasional mendapatkan dukungan penuh dari Kementerian Perhubungan. Meskipun rencana itu santer dikaitkan dengan pembelian pesawat dari Boeing, pemerintah menegaskan tidak akan membatasi maskapai pelat merah tersebut dalam menentukan asal pesawatnya.

Menteri Perhubungan Dudy Purwagandhi menegaskan bahwa pihaknya memberikan keleluasaan kepada Garuda Indonesia untuk menentukan pilihan terbaik, baik itu dari Boeing, Airbus, maupun Comac asal Tiongkok. Yang terpenting bagi regulator adalah aspek kelayakan dan keselamatan pesawat yang akan dioperasikan.

“Tentunya Garuda punya pertimbangan, apakah dia mau menambah Boeing atau menambah Airbus, atau mungkin menambah pesawat Comac ya, kalau saya tidak salah buatan China,” ujar Dudy dalam sebuah diskusi media di Jakarta.

Menurutnya, pemerintah tidak berwenang mengarahkan maskapai untuk memilih salah satu produsen tertentu. Sepanjang pesawat tersebut telah tersertifikasi dan memenuhi standar kelayakan serta keselamatan penerbangan, maka akan tetap diizinkan untuk beroperasi di Indonesia.

“Kita juga tidak ingin membatasi misalnya harus ini dan harus itu. Jadi sepanjang itu layak, layak terbang dan tersertifikasi, kita tidak punya alasan untuk menolak,” tegasnya.

Dudy juga menambahkan bahwa tanggung jawab utama pemerintah adalah memastikan semua armada yang digunakan maskapai nasional memenuhi persyaratan teknis dan administratif, tanpa intervensi terhadap merek maupun negara asal pesawat.

“Dari sisi Kementerian Perhubungan, apapun pesawat itu, sepanjang itu layak memenuhi persyaratan keamanan dan keselamatan dan sudah disertifikasi oleh pihak-pihak otoritas yang terkait dengan pesawat tersebut, kami terbuka,” lanjut Dudy.

Garuda Dinilai Kompeten dalam Memilih Armada

Lebih lanjut, Menteri Dudy menyampaikan keyakinannya terhadap kompetensi Garuda Indonesia dalam menilai kelayakan armada yang akan digunakan. Ia menyebut bahwa maskapai BUMN tersebut memiliki kapasitas internal untuk melakukan seleksi teknis, bahkan di tengah dinamika yang melibatkan produsen pesawat, seperti insiden-insiden sebelumnya yang melibatkan Boeing.

“Bahwa ada masukan maupun ada catatan mungkin yang berkaitan dengan produk tersebut, saya rasa Garuda punya ekspertis atau punya kompetensi untuk menilai pesawat mana yang menurut Garuda dan yang layak untuk dioperasikan oleh Garuda,” ucap Dudy.

Ia meyakini, manajemen Garuda memiliki pengalaman panjang dalam operasional penerbangan dan telah melalui berbagai proses audit dan evaluasi berkala yang ketat. Oleh karena itu, penentuan jenis dan produsen pesawat sepenuhnya diserahkan kepada keputusan korporasi.

Boeing Jadi Pilihan Utama?

Meski pemerintah bersikap terbuka, sinyal kuat pembelian pesawat baru oleh Garuda Indonesia mengarah pada Boeing. Hal ini diperkuat oleh pernyataan Menteri BUMN Erick Thohir yang menyebut bahwa Garuda Indonesia berencana membeli sebanyak 79 unit pesawat dari perusahaan asal Amerika Serikat tersebut.

Erick menjelaskan bahwa pengadaan pesawat ini tidak hanya berkaitan dengan kebutuhan operasional Garuda Indonesia, tetapi juga menjadi bagian dari negosiasi dagang antara Indonesia dan Amerika Serikat, terutama dalam rangka mengamankan tarif resiprokal.

“Termasuk pengadaan pesawat terbang yang memang kita masih kurang,” ujar Erick saat ditanya mengenai upaya Indonesia dalam memperkuat posisi perdagangan bilateral.

Ia juga menegaskan bahwa rencana pembelian tersebut akan dilakukan melalui perjanjian baru. Pasalnya, perjanjian sebelumnya sudah tidak berlaku lagi setelah Garuda Indonesia menjalani proses Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang (PKPU).

“Dengan agreement baru, ya, bukan agreement yang lama. Kalau agreement yang lama kan sudah selesai, sudah gugur di PKPU. Jadi ini yang baru. Jumlahnya makanya naik kan kalau enggak salah jadi 79,” ungkap Erick.

Dalam negosiasi tarif perdagangan dengan Amerika Serikat, Garuda Indonesia disebut sebagai salah satu entitas kunci yang terlibat. Selain Garuda, BUMN lain yang juga berperan adalah Pertamina, yang dikabarkan akan mengalihkan sumber impor minyak mentahnya ke AS.

“Semua nanti tunggu Pak Menko ya, kan Pak Menko sudah sebutkan rangkanya USD 34 billion kalau gak salah, komponen itu mungkin yang terbesar dari Pertamina dan tentu Garuda,” jelas Erick Thohir.

Strategi Peremajaan Armada

Rencana pembelian 79 pesawat baru oleh Garuda Indonesia menunjukkan strategi serius dalam peremajaan armada sekaligus pemulihan operasional pasca pandemi dan PKPU. Selama beberapa tahun terakhir, Garuda mengalami tekanan berat dari sisi finansial dan operasional akibat krisis global dan penurunan jumlah penumpang.

Kini, dengan kondisi yang perlahan membaik, langkah memperbarui armada dinilai krusial untuk menjaga daya saing di pasar aviasi domestik dan internasional. Peremajaan armada ini juga akan mendukung efisiensi operasional, khususnya dalam aspek bahan bakar dan pemeliharaan pesawat.

Jika rencana ini terealisasi, maka akan menjadi pembelian armada terbesar yang dilakukan Garuda Indonesia dalam beberapa tahun terakhir. Terlebih, dengan masuknya komitmen kerja sama strategis dalam konteks diplomasi dan perdagangan, keputusan ini dipastikan akan melibatkan banyak pertimbangan teknis dan geopolitik.

Meskipun saat ini Boeing menjadi kandidat terkuat, posisi Airbus maupun Comac tidak dapat dikesampingkan. Maskapai nasional ini dituntut untuk tetap mengutamakan aspek keselamatan, efisiensi, dan keberlanjutan dalam menentukan armada masa depan.

Pemerintah, dalam hal ini Kementerian Perhubungan, tetap akan berada di posisi pengawas, memastikan semua proses berjalan sesuai regulasi, namun tanpa mengintervensi keputusan strategis internal Garuda Indonesia.

Rekomendasi

Index

Berita Lainnya

Index