Sembako

Harga Sembako Jogja Naik Turun, Cabai Melonjak

Harga Sembako Jogja Naik Turun, Cabai Melonjak
Harga Sembako Jogja Naik Turun, Cabai Melonjak

JAKARTA - Pergerakan harga sembako di Yogyakarta kembali menjadi perhatian, terutama karena dinamika pasar yang menunjukkan tren fluktuatif. Lonjakan harga komoditas seperti cabai merah dan rawit, serta penurunan harga bawang putih menjadi sinyal bahwa masyarakat dan pelaku usaha perlu makin cermat menyikapi perkembangan kebutuhan pokok sehari-hari. Di tengah gejolak ekonomi dan tantangan distribusi pangan, pemantauan harga secara rutin menjadi bagian penting dari strategi pengelolaan konsumsi rumah tangga maupun usaha kecil.

Sembilan bahan pokok (sembako) menurut Keputusan Menteri Perindustrian dan Perdagangan RI mencakup beras, gula, minyak goreng dan mentega, daging sapi dan ayam, telur, susu, jagung, minyak tanah, dan garam. Namun dalam praktiknya, sejumlah komoditas penting lain seperti cabai, bawang, hingga ikan turut diamati karena punya pengaruh besar terhadap inflasi dan daya beli masyarakat.

Informasi harga yang dirilis oleh PIHPS (Pusat Informasi Harga Pangan Strategis) Nasional dan Badan Pangan Nasional (Bapanas) menunjukkan adanya kenaikan harga pada sebagian besar komoditas pangan strategis, terutama dari kelompok bumbu dapur dan minyak goreng kemasan. Sebaliknya, hanya sedikit komoditas yang justru mengalami penurunan harga, seperti bawang putih ukuran sedang dan beberapa jenis ikan.

Menurut data PIHPS, dari sembilan bahan yang mengalami perubahan harga, hanya bawang putih yang turun—dari Rp42.000 menjadi Rp41.750 per kilogram. Sementara bawang merah naik dari Rp42.500 menjadi Rp43.750/kg. Kenaikan ini berasal dari rata-rata harga di dua pasar utama di Yogyakarta: Pasar Beringharjo dan Kranggan.

Di sisi lain, cabai menjadi komoditas yang mencolok karena mengalami lonjakan harga yang cukup signifikan. Cabai merah besar naik menjadi Rp41.750/kg dari sebelumnya Rp38.750, sementara cabai merah keriting sedikit naik dari Rp35.000 ke Rp36.250. Lonjakan tertinggi terjadi pada cabai rawit hijau yang melesat dari Rp41.250 ke Rp45.000/kg. Sedangkan cabai rawit merah mencapai Rp64.000/kg, naik dari Rp62.500.

Tak hanya cabai, minyak goreng kemasan juga ikut merangkak naik. Untuk merek kemasan 1, harganya bertambah 500 rupiah menjadi Rp21.750/kg. Merek kemasan 2 juga naik tipis dari Rp20.750 menjadi Rp21.000. Adapun telur ayam ras segar ikut terkerek ke Rp29.000 dari sebelumnya Rp28.750/kg, meski masih lebih rendah dari rerata nasional sebesar Rp30.150.

Sementara itu, data dari Bapanas turut mengonfirmasi tren serupa dengan beberapa perbedaan angka. Misalnya, beras premium naik tipis dari Rp14.250 menjadi Rp14.385/kg, dan beras medium justru turun dari Rp12.875 menjadi Rp12.538/kg. Harga cabai merah besar di data Bapanas melonjak dari Rp35.000 menjadi Rp38.571/kg, sementara cabai rawit merah naik ke Rp60.286/kg.

Komoditas protein seperti daging ayam dan sapi menunjukkan pergerakan beragam. Daging ayam ras turun sedikit dari Rp32.167 menjadi Rp31.667/kg, sedangkan daging sapi murni bertahan di Rp130.000/kg. Bawang merah versi Bapanas justru tercatat turun dari Rp42.875 ke Rp41.500/kg, berbeda dari tren PIHPS yang mencatat kenaikan.

Sejumlah komoditas seperti kedelai, gula konsumsi, minyak goreng curah, dan tepung terigu juga mengalami perubahan harga. Gula konsumsi stabil di angka Rp17.615/kg, sementara minyak goreng curah naik dari Rp16.714 menjadi Rp16.857/liter. Tepung terigu kemasan turut naik ke Rp10.900 dari sebelumnya Rp10.700/kg.

Khusus untuk bahan pangan laut, seperti ikan kembung, tongkol, dan bandeng, harga cenderung stagnan atau sedikit turun. Ikan kembung turun dari Rp38.000 menjadi Rp37.833/kg, dan tongkol turun tipis menjadi Rp34.333/kg. Bandeng stabil di angka Rp41.333/kg.

Fenomena naik-turunnya harga ini tak bisa dilepaskan dari beberapa faktor utama yang memengaruhi rantai pasok dan mekanisme pasar. Dalam jurnal berjudul Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kenaikan Harga Sembako oleh Nur Azizah Nasution dkk., dijelaskan bahwa ada lima hal yang memengaruhi fluktuasi harga sembako:

-Faktor Produksi: Produksi yang rendah akibat cuaca buruk, biaya petani, atau gagal panen membuat barang langka di pasaran.

-Faktor Distribusi: Proses distribusi yang lambat atau terhambat turut menyebabkan harga melambung karena biaya logistik bertambah.

-Faktor Sumber Pasokan: Jika pasokan barang langka, harga otomatis naik. Sebaliknya, barang melimpah mendorong harga turun.

-Faktor Permintaan dan Penawaran: Permintaan tinggi dengan pasokan terbatas menjadi pemicu utama kenaikan harga di pasar.

-Faktor Persaingan Pedagang: Jumlah pelaku usaha di pasar turut mempengaruhi stabilitas harga. Makin banyak kompetitor, harga cenderung stabil.

Bagi masyarakat, kondisi ini menuntut strategi konsumsi yang lebih selektif. Informasi harga yang terus diperbarui dari PIHPS dan Bapanas sangat membantu dalam mengelola belanja rumah tangga maupun usaha kuliner dan ritel.

Perlu diingat bahwa harga yang disajikan dari kedua sumber tersebut dapat terus berubah hingga akhir hari atau keesokan harinya. Oleh karena itu, pemantauan secara rutin menjadi langkah cerdas dalam mengantisipasi pengeluaran tak terduga, terutama di tengah kondisi ekonomi yang dinamis.

Dengan memahami fluktuasi harga dan faktor-faktor penyebabnya, diharapkan masyarakat lebih siap menghadapi perubahan pasar. Pemerintah pun diharapkan terus memperkuat distribusi dan pengawasan pasar agar harga sembako tetap stabil dan terjangkau.

Rekomendasi

Index

Berita Lainnya

Index