UFC

Derrick Lewis Menang KO 35 Detik di UFC

Derrick Lewis Menang KO 35 Detik di UFC
Derrick Lewis Menang KO 35 Detik di UFC

JAKARTA - Tidak butuh waktu lama bagi Derrick Lewis untuk kembali membuktikan dirinya sebagai salah satu ikon paling ditakuti sekaligus disegani di pentas Ultimate Fighting Championship (UFC). Petarung kelas berat berjuluk “The Black Beast” itu tampil brutal dalam laga terbarunya, menyudahi perlawanan Tallison Teixeira hanya dalam hitungan detik  35 detik tepatnya dan langsung menciptakan kegaduhan dengan selebrasi khasnya yang liar dan tak biasa.

Alih-alih tampil hati-hati melawan lawan yang belum pernah terkalahkan, Lewis justru memilih pendekatan agresif sejak detik pertama. Ia menunjukkan bahwa pengalaman dan kekuatan mentah masih menjadi senjata utama di divisi kelas berat UFC. Setelah sempat menerima pukulan keras dari Teixeira di awal ronde, Lewis justru membalikkan keadaan secara dramatis.

Dengan pukulan kanan yang menjadi ciri khasnya, Lewis menjatuhkan Teixeira ke kanvas dan langsung melanjutkan dengan serangkaian ground and pound yang membuat lawannya tak berdaya. Meskipun Teixeira sempat berusaha bangkit, wasit akhirnya memutuskan untuk menghentikan pertarungan memastikan kemenangan KO bagi Lewis dalam waktu yang sangat singkat.

Kemenangan ini bukan hanya soal catatan rekor. Ini adalah pernyataan keras dari Lewis bahwa dirinya belum habis. Di usianya yang tak muda lagi untuk ukuran petarung MMA, Lewis menunjukkan bahwa semangat dan kekuatan pukulannya masih cukup untuk menaklukkan siapa pun di oktagon.

Legenda kelas berat sekaligus analis UFC, Daniel Cormier, yang menyaksikan langsung duel tersebut, turut memberikan komentarnya. Ia menyebut bahwa keputusan wasit sudah tepat, meskipun sempat terjadi dugaan pukulan ke arah mata saat fase awal pertarungan. “Wasit melakukan yang terbaik. Lewis menang dengan dominasi,” ujar Cormier dalam siaran analisisnya.

Namun bukan Lewis namanya jika kemenangan cepat itu tidak diikuti oleh selebrasi yang tak kalah mencengangkan. Dalam gaya khasnya, Lewis melepas celana pendeknya begitu pengumuman kemenangan disampaikan. Ia kemudian berlari mengelilingi oktagon hanya mengenakan pakaian dalam, memamerkan bokongnya kepada penonton yang histeris, sambil meneriakkan "USA!"  sebuah aksi yang langsung viral di media sosial dan kembali menegaskan kepribadiannya yang eksentrik.

Aksi nyentrik ini memang bukan hal baru bagi Lewis. Dalam beberapa kesempatan sebelumnya, ia juga pernah melakukan selebrasi serupa. Tapi kali ini, momentum yang dibarengi dengan kemenangan cepat membuat respons publik semakin besar. Banyak penggemar memuji keberaniannya, bahkan menyebutnya sebagai “juara rakyat UFC.” Salah satu komentar populer di media sosial berbunyi: “Bagaimana mungkin kalian membenci Derrick Lewis?”

Dengan hasil ini, Derrick Lewis semakin memperkuat posisinya di peringkat sembilan kelas berat UFC. Catatan rekornya juga impresif  29 kemenangan, 24 di antaranya melalui KO, dari total 42 pertarungan. Sebuah angka yang menunjukkan bahwa ia bukan sekadar petarung flamboyan, melainkan sosok mematikan di atas oktagon.

Momentum kemenangan ini muncul di saat yang tepat, terlebih setelah UFC baru saja mengumumkan Tom Aspinall sebagai juara kelas berat baru. Para penggemar pun mulai ramai berspekulasi bahwa Lewis layak menjadi penantang berikutnya. Jika melihat rekam jejaknya, termasuk kemenangan melawan lawan tak terkalahkan seperti Teixeira, kans itu sangat mungkin.

Terlepas dari itu, kemenangan Derrick Lewis tidak hanya menjadi cerita tentang angka dan klasemen. Ini juga tentang karakter. Tentang bagaimana seorang petarung bisa tampil memikat bukan hanya lewat teknik, tetapi juga melalui keberanian tampil otentik dan menghibur. Dalam dunia MMA yang kerap didominasi oleh keseriusan dan tekanan tinggi, figur seperti Lewis menjadi penyegar tersendiri.

Apalagi, Lewis dikenal bukan hanya karena gaya bertarungnya yang mengandalkan power punching, tetapi juga karena kejujurannya dalam berbicara, termasuk dalam konferensi pers atau wawancara pascapertarungan. Ia tidak ragu menyampaikan pendapatnya dengan gaya ceplas-ceplos, tanpa skrip, dan justru itulah yang membuatnya dicintai banyak orang.

Dalam wawancara sebelumnya, Lewis sempat menyatakan bahwa tujuannya bertarung bukan semata demi gelar, tetapi juga untuk memberikan hiburan. Dan malam itu, ia berhasil memberikan keduanya sebuah kemenangan spektakuler dan hiburan yang tak terlupakan.

UFC tentu menyadari nilai komersial sekaligus kompetitif dari petarung seperti Lewis. Dengan kemungkinan pertarungan perebutan gelar yang terbuka lebar, para penggemar hanya tinggal menunggu kabar resmi kapan dan di mana “The Black Beast” akan kembali naik ring. Dan jika sejarah menjadi acuan, maka pertarungan berikutnya pasti akan menghadirkan sesuatu yang tak biasa  entah itu dari pukulannya yang brutal, atau selebrasi yang kembali menggemparkan dunia.

Rekomendasi

Index

Berita Lainnya

Index