UFC

UFC 319: Chimaev vs Du Plessis, Siapa Unggul

UFC 319: Chimaev vs Du Plessis, Siapa Unggul
UFC 319: Chimaev vs Du Plessis, Siapa Unggul

JAKARTA - Jelang perhelatan UFC 319 pada 16 Agustus 2025, sorotan tajam tertuju pada pertarungan kelas menengah antara Khamzat Chimaev melawan Dricus du Plessis. Laga yang digadang-gadang sebagai duel paling panas tahun ini memancing antusiasme tinggi dari komunitas MMA dunia.

Tak sekadar pertarungan perebutan sabuk, duel ini dinilai sebagai pertemuan dua gaya bertarung yang kontras. Chimaev tampil sebagai petarung dengan gaya agresif khas Dagestan, sementara du Plessis mengandalkan kekuatan striking dengan volume serangan yang tinggi. Sejumlah analis dan penggemar menilai duel ini akan menguji seberapa dominan Chimaev sebagai rising star UFC.

Julukan "Borz" bagi Chimaev bukan tanpa alasan. Sepanjang kariernya, Chimaev menunjukkan rekor tak terkalahkan yang impresif. Ia dikenal dengan gaya bertarung yang tak memberi ruang bagi lawan untuk berkembang. Kombinasi gulat kelas dunia, ground and pound yang eksplosif, dan kemampuan transisi yang cepat membuatnya menjadi ancaman di seluruh aspek pertarungan.

Kemenangan terbarunya melawan Robert Whittaker mempertegas reputasi Chimaev sebagai petarung komplet. Tidak hanya mengandalkan kekuatan fisik, ia juga memperlihatkan kecerdasan taktik yang terus meningkat dari waktu ke waktu. Statistik dari UFC bahkan mencatat rata-rata lebih dari enam takedown per pertarungan yang dilakukan Chimaev, dengan akurasi tembakan di atas 50 persen — catatan luar biasa di level kompetisi seketat kelas menengah.

Di sisi seberang oktagon, du Plessis datang dengan reputasi sebagai petarung tangguh asal Afrika Selatan. Ia kerap tampil menekan lawan tanpa henti, memanfaatkan daya tahan tubuhnya yang luar biasa serta kekuatan pukulan yang tak bisa diremehkan.

Namun, sebagian besar analis tetap menjagokan Chimaev untuk keluar sebagai pemenang. Du Plessis dianggap belum benar-benar teruji menghadapi petarung dengan intensitas wrestling setinggi Chimaev. Javier Mendez, pelatih legendaris MMA, bahkan menyebut kendali tempo pertarungan sebagai senjata rahasia milik Chimaev.

“Chimaev memaksa lawannya bermain di wilayah yang ia kuasai. Ketika dia menguasai ritme, lawan akan kesulitan bernafas apalagi mengembangkan serangan,” tutur Mendez.

Du Plessis diyakini harus menguatkan mentalnya agar tidak goyah dalam tekanan berat sejak awal pertarungan.

Menambah tensi laga, persiapan Chimaev menjelang duel ini juga tak main-main. Petarung asal Chechnya tersebut menjalani kamp pelatihan intensif di Amerika Serikat, menghadirkan sparring partner lintas disiplin, bahkan melibatkan mantan juara UFC sebagai partner latih tanding. Kabar menyebutkan, Chimaev menjalani hingga lima sesi latihan dalam sehari demi mengasah ketahanan dan teknik tarungnya.

Dari sisi permainan, jika Chimaev mampu mendominasi sejak ronde awal, du Plessis diprediksi akan kesulitan untuk bisa keluar dari tekanan. Sebaliknya, jika du Plessis berhasil menjaga jarak dan melancarkan serangan balik efektif, bukan tidak mungkin ia menciptakan kejutan.

Pertarungan ini juga dinilai sebagai ajang pembuktian bagi Chimaev untuk membuktikan kapasitasnya sebagai kandidat terkuat penguasa kelas menengah UFC. Dominasi Chimaev di laga ini bisa menjadi penegasan dirinya sebagai simbol generasi baru UFC — petarung komplit dengan kekuatan, teknik, dan kecerdasan taktis mumpuni.

Pecinta MMA kini hanya perlu menunggu waktu untuk menyaksikan siapa yang akan keluar sebagai raja baru di UFC 319: apakah Chimaev kembali memperpanjang rekor impresifnya atau du Plessis mampu membungkam prediksi dengan kejutan besar.

Rekomendasi

Index

Berita Lainnya

Index