BBM

Efisiensi BBM RI Lewat Kilang Modular, Buka Peluang Kerja Sama AS

Efisiensi BBM RI Lewat Kilang Modular, Buka Peluang Kerja Sama AS
Efisiensi BBM RI Lewat Kilang Modular, Buka Peluang Kerja Sama AS

JAKARTA - Dalam upaya memperkuat ketahanan energi nasional sekaligus mendongkrak nilai investasi hilirisasi migas, Indonesia tengah menyiapkan pembangunan belasan kilang Bahan Bakar Minyak (BBM) modular yang tersebar di berbagai wilayah strategis. Rencana ambisius ini melibatkan peran Badan Pengelola Investasi Daya Anagata Nusantara (Danantara), dengan potensi kerja sama dari pihak asing, termasuk Amerika Serikat (AS).

Menteri Investasi dan Hilirisasi, sekaligus Kepala BKPM dan Kepala Danantara, Rosan Roeslani menyampaikan bahwa pihaknya terbuka untuk menjalin kemitraan strategis dengan perusahaan asal AS. Tujuannya adalah mengembangkan model kilang modular yang dinilai lebih fleksibel dan efisien dalam memenuhi kebutuhan energi domestik.

"Ya memang. Tentunya kita akan lihat, paling utama itu efisiensinya. Untuk lebih dekat, dengan tidak hanya demand-nya tapi sources-nya," jelas Rosan saat menjawab pertanyaan soal kemungkinan menggandeng perusahaan AS dalam proyek tersebut.

Proyek ini bukan sekadar rencana jangka pendek, melainkan bagian dari program hilirisasi strategis nasional. Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) sebelumnya telah menyerahkan dokumen studi pra-kelayakan kepada Danantara. Dokumen tersebut mencakup rencana pengembangan kilang minyak dan fasilitas tangki penyimpanan (oil storage) di berbagai lokasi, mulai dari Aceh hingga Papua.

Total terdapat 18 proyek kilang dan tangki minyak yang dirancang sebagai tulang punggung baru dalam infrastruktur energi Tanah Air. Langkah ini diambil untuk menjawab tantangan ketergantungan pada impor BBM dan memperkuat sistem distribusi energi nasional di tengah meningkatnya permintaan.

Mengacu pada data dari Kementerian ESDM, proyek-proyek tersebut masuk dalam daftar prioritas strategis hilirisasi dan ketahanan energi nasional. Nilai investasinya mencapai Rp 232 triliun, terdiri atas pembangunan kilang senilai Rp 160 triliun dan proyek tangki minyak senilai Rp 72 triliun. Selain sebagai sumber energi, proyek ini juga diharapkan menyerap tenaga kerja dalam jumlah besar, yakni sekitar 44.000 orang untuk pembangunan kilang dan 6.960 orang dalam pembangunan tangki minyak.

Rencananya, pembangunan kilang dan tangki minyak tersebut akan tersebar di wilayah-wilayah strategis seperti Lhokseumawe, Sibolga, Natuna, Cilegon, Sukabumi, Semarang, Surabaya, Sampang, Pontianak, Badung (Bali), Bima, Ende, Makassar, Donggala, Bitung, Ambon, Halmahera Utara, dan Fakfak. Pemilihan lokasi ini bertujuan untuk memperkuat distribusi energi nasional secara merata serta mendekatkan produksi ke titik-titik konsumsi.

Terkait kemungkinan kerja sama dengan AS, Rosan menekankan bahwa diskusi masih berada pada tahap awal. Menurutnya, masih banyak yang harus dikaji secara mendalam, baik dari sisi teknologi modular, efisiensi, maupun lokasi proyek.

"Nah (AS), itu kita masih coba diskusikan awal bersama-sama dengan ESDM juga, lokasi-lokasinya, karena kembali lagi, ini kan Small Modular. Nah, ini juga dikaji, dan kami dari Danantara, ya kita akan nanti mengkaji juga, gitu," ujarnya.

Kilang modular merupakan solusi yang banyak dilirik karena bisa dibangun dalam waktu lebih singkat dan dengan biaya yang lebih efisien dibandingkan kilang konvensional. Selain itu, fleksibilitasnya juga memungkinkan pembangunan di wilayah-wilayah yang sebelumnya tidak tersentuh oleh proyek energi skala besar.

Meski proses negosiasi dengan AS belum rampung, rencana ini mencerminkan pendekatan baru pemerintah dalam membangun ekosistem hilirisasi energi yang modern dan kolaboratif. Rosan menegaskan, pihaknya akan memastikan setiap proses kerja sama sejalan dengan prinsip-prinsip Danantara, termasuk soal efisiensi dan dampak jangka panjang terhadap industri migas nasional.

"Kita tentunya ikut dalam proses itu untuk memastikan supaya juga berjalan dengan kriteria yang ada, misalnya contohnya di Danantara," tambah Rosan.

Proyek ini juga menjadi bagian dari transformasi energi nasional yang lebih besar. Dengan menurunnya cadangan minyak dalam negeri dan tingginya konsumsi BBM, Indonesia menghadapi tantangan besar dalam menjaga ketahanan energi. Pembangunan kilang modular diharapkan menjadi jawaban atas kebutuhan energi yang terus tumbuh, sekaligus mengurangi ketergantungan terhadap impor.

Langkah mengajak mitra asing seperti AS dalam proyek ini menunjukkan bahwa Indonesia bersikap terbuka terhadap kerja sama yang membawa teknologi, efisiensi, dan investasi. Dengan skema modular, pemerintah tidak hanya menargetkan output produksi, tapi juga menciptakan pusat-pusat ekonomi baru di daerah-daerah penghasil energi.

Pada akhirnya, rencana besar ini menyiratkan bahwa pembangunan infrastruktur energi kini tak hanya fokus pada volume, tetapi juga efisiensi, keberlanjutan, dan kemitraan strategis. Sementara pemerintah melangkah hati-hati dalam tahap negosiasi, publik menantikan apakah kerja sama dengan AS benar-benar akan terwujud dan menjadi contoh transformasi energi masa depan Indonesia.

Rekomendasi

Index

Berita Lainnya

Index