JAKARTA - Indonesia tengah berada pada titik penting dalam pengelolaan sumber daya alamnya. Wakil Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (Wamen ESDM) Yuliot Tanjung menekankan peran strategis lulusan Politeknik Energi dan Pertambangan (PEP) Bandung sebagai agen perubahan dalam memperkuat hilirisasi dan inovasi sektor energi dan pertambangan. Pesan ini disampaikan saat Yuliot menghadiri Wisuda Diploma Tiga ke-4 Tahun Akademik 2024/2025 sekaligus perayaan Dies Natalis ke-6 PEP Bandung di Bandung, Jawa Barat.
Yuliot menyoroti kesiapan PEP Bandung dalam membekali lulusannya melalui pendidikan berbasis kompetensi yang relevan dengan kebutuhan industri. “PEP Bandung telah membekali para lulusan dengan pendidikan berbasis kompetensi praktik industri dengan pembinaan karakter kurikulum adaptif, fasilitas praktik yang relevan serta kolaborasi dengan industri adalah bukti nyata pendidikan vokasi kita siap untuk menghadapi dinamika sektor energi dan pertambangan di masa depan,” ujar Wamen ESDM.
Pentingnya hilirisasi menurut Yuliot tak hanya soal meningkatkan nilai ekonomi, tetapi juga soal kemandirian nasional. Indonesia memiliki kekayaan sumber daya alam yang melimpah, mulai dari bauksit, tembaga, emas, timah, hingga batu bara. Namun, jika sumber daya ini hanya diekspor dalam bentuk mentah, nilai tambahnya jauh lebih rendah. “Kalau kita lihat dari komoditas tambang yang ada, kalau kita menjual mentah, nilainya adalah 1, tapi kalau kita tingkatkan nilai tambah (hilirisasi) di dalam negeri, nilai tambahnya bisa 10, bisa 20, bahkan bisa ratusan kali lipat,” tegas Yuliot.
Cadangan bauksit Indonesia menempati peringkat ke-4 dunia, tembaga peringkat 9, emas peringkat 4, timah peringkat 1, dan batu bara peringkat 6. Dari sisi produksi, Indonesia unggul di nikel dan timah (peringkat 1 dunia), bauksit (peringkat 6), emas (peringkat 8), serta batu bara (peringkat 3). Potensi ini menegaskan perlunya membangun rantai pasok industri dalam negeri agar Indonesia menjadi pemain sentral dalam ekosistem penyediaan produk setengah jadi, komponen, maupun produk akhir.
“Kita mengharapkan dengan adanya prioritas yang ditetapkan oleh Presiden Prabowo untuk keberlanjutan hilirisasi ini merupakan berkah bagi kita semua,” imbuhnya. Yuliot menekankan bahwa hilirisasi bukan hanya strategi ekonomi semata, tetapi bagian dari upaya mewujudkan kemandirian bangsa menuju visi Indonesia Emas 2045. Proyeksi pemerintah menunjukkan bahwa pada 2040, program hilirisasi dapat menarik investasi hingga 618 miliar dolar AS, membuka tiga juta lapangan pekerjaan, serta mendorong pertumbuhan PDB dan nilai ekspor secara signifikan.
Subsektor migas dan minerba diperkirakan akan menjadi tulang punggung utama hilirisasi strategis, menyumbang 91,7 persen dari total investasi. Dalam konteks ini, penguatan sumber daya manusia menjadi krusial. Pendidikan dan pelatihan vokasi, seperti yang diberikan PEP Bandung, dinilai sebagai pondasi penting dalam mencetak tenaga ahli yang siap menghadapi tantangan sektor energi dan pertambangan.
Sejauh ini, kontribusi lulusan PEP Bandung terhadap sektor pertambangan nasional dinilai signifikan. Berdasarkan data BPSDM ESDM, 90 persen lulusan sudah terserap di dunia kerja. “Dari yang disampaikan oleh Bapak Kepala BPSDM tadi, 90 persen dari wisudawan sudah diterima dalam dunia pekerjaan,” kata Yuliot.
Tahun akademik 2024/2025, PEP Bandung meluluskan 62 wisudawan. Rinciannya, 24 dari Program Studi Teknik Geologi, 24 dari Teknologi Pertambangan, dan 14 dari Teknologi Metalurgi. Dari jumlah tersebut, 15 orang memperoleh beasiswa Kementerian ESDM, tiga mahasiswa berprestasi PEP, 14 menerima beasiswa kerja sama perusahaan, dan 30 lulusan membiayai pendidikan secara mandiri.
Acara wisuda dan Dies Natalis PEP Bandung turut dihadiri sejumlah pejabat penting, termasuk Sekretaris Jenderal Kementerian ESDM, Kepala BPSDM ESDM, Direktur Jenderal Penegakan Hukum ESDM, serta istri Menteri ESDM dan Wamen ESDM yang juga menjabat Penasihat dan Wakil Penasihat Dharma Wanita Persatuan (DWP) Kementerian ESDM. Kehadiran mereka menegaskan komitmen pemerintah dalam mendukung pendidikan vokasi yang selaras dengan pembangunan sektor energi dan pertambangan nasional.
Melalui upaya ini, Wamen ESDM menegaskan bahwa lulusan PEP Bandung bukan sekadar tenaga ahli, tetapi juga agen perubahan yang mampu mendorong hilirisasi energi, meningkatkan nilai tambah sumber daya alam, dan memperkuat kemandirian ekonomi Indonesia. Dengan pendidikan berbasis kompetensi, kolaborasi industri, dan pembinaan karakter yang kuat, lulusan PEP Bandung diharapkan mampu menjawab tantangan masa depan sektor energi, memperkuat rantai pasok nasional, dan berkontribusi pada pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan.
Dengan demikian, pendidikan vokasi seperti yang diterapkan PEP Bandung menjadi kunci penting dalam mencetak SDM unggul yang mendukung transformasi energi nasional. Program ini tidak hanya menyiapkan lulusan siap kerja, tetapi juga pemimpin masa depan yang membawa perubahan signifikan bagi industri energi dan pertambangan, sekaligus mendukung cita-cita Indonesia Emas 2045.