ESDM

Menteri ESDM Fokus pada Hilirisasi Berbasis Energi Hijau untuk Meningkatkan Daya Saing Global

Menteri ESDM Fokus pada Hilirisasi Berbasis Energi Hijau untuk Meningkatkan Daya Saing Global
Menteri ESDM Fokus pada Hilirisasi Berbasis Energi Hijau untuk Meningkatkan Daya Saing Global

JAKARTA - Pemerintah Indonesia menegaskan komitmennya untuk mengembangkan hilirisasi industri yang berkelanjutan dan ramah lingkungan. Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), Bahlil Lahadalia, dalam konferensi pers di Istana Kepresidenan Jakarta pada Selasa, 10 Juni 2025, menyatakan bahwa hilirisasi yang mengedepankan prinsip hijau akan menjadi prioritas utama. Langkah ini bertujuan untuk menghasilkan produk yang tidak hanya memiliki nilai tambah tinggi, tetapi juga dapat bersaing di pasar global, terutama di kawasan Eropa yang semakin mengutamakan produk ramah lingkungan.

Hilirisasi sebagai Pilar Pertumbuhan Ekonomi Nasional

Bahlil menekankan bahwa hilirisasi merupakan strategi penting untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi Indonesia. Menurutnya, hilirisasi dapat menciptakan lapangan kerja, meningkatkan pendapatan per kapita, dan mengurangi ketergantungan pada ekspor bahan mentah. "Hilirisasi harus menjadi pemicu pertumbuhan ekonomi. Penciptaan lapangan pekerjaan dan nilai tambah yang sesungguhnya harus ada di Indonesia," ujarnya .

Sebagai bagian dari upaya tersebut, pemerintah menargetkan investasi sebesar USD 618 miliar atau sekitar Rp 10.157,5 triliun hingga tahun 2040 untuk proyek hilirisasi. Investasi ini akan difokuskan pada 28 komoditas strategis, termasuk nikel, tembaga, bauksit, dan batubara .

Komitmen terhadap Energi Baru Terbarukan (EBT) dalam Proses Hilirisasi

Untuk memastikan hilirisasi berjalan sesuai dengan prinsip keberlanjutan, Bahlil mengungkapkan bahwa pemerintah akan mendorong penggunaan energi baru terbarukan (EBT) dalam proses industri. Misalnya, smelter-smelter yang sebelumnya menggunakan energi fosil akan beralih ke sumber energi terbarukan seperti panel surya. Langkah ini diharapkan dapat mengurangi emisi karbon dan mendukung target Indonesia untuk mencapai net zero emission pada tahun 2060 .

Selain itu, pemerintah juga berencana membangun fasilitas produksi metanol dan etanol dalam negeri untuk mendukung program biodiesel B40 dan B50, yang akan meningkatkan pemanfaatan energi terbarukan di sektor transportasi dan industri .

Pendanaan Hilirisasi: Fokus pada Sumber Daya Domestik

Bahlil menekankan pentingnya pendanaan domestik dalam proyek hilirisasi untuk mengurangi ketergantungan pada investor asing. "Kami memastikan hilirisasi memberikan nilai tambah bagi industri dan manfaat nyata bagi masyarakat. Pendekatan yang diterapkan lebih mandiri, mengandalkan sumber daya dalam negeri tanpa ketergantungan pada investor asing," ujarnya .

Sebagai langkah konkret, pemerintah telah menyepakati 21 proyek hilirisasi tahap pertama dengan total investasi sekitar USD 40 miliar. Proyek-proyek ini mencakup berbagai sektor strategis, termasuk pembangunan fasilitas penyimpanan minyak di Pulau Nipah dan kilang minyak berkapasitas 500 ribu barel per hari .

Tanggapan terhadap Kritik dan Moratorium Smelter Nikel

Pernyataan Bahlil juga menanggapi masukan dari Direktur Eksekutif Center of Economic and Law Studies (CELIOS), Bhima Yudhistira, yang menyarankan pemerintah untuk memberlakukan moratorium terhadap izin pembangunan smelter dan tambang nikel baru. Bahlil menegaskan bahwa pemerintah akan tetap melanjutkan pembangunan smelter dengan prinsip ramah lingkungan dan efisiensi energi. Menurutnya, pembangunan smelter yang berbasis EBT akan meningkatkan daya saing produk Indonesia di pasar global dan mendukung transisi energi yang berkelanjutan.

Dalam konteks ini, pemerintah juga mendorong kolaborasi dengan negara-negara mitra, seperti Singapura, dalam pengembangan energi hijau. Bahlil menyatakan bahwa Singapura harus melakukan investasi bersama dalam proyek hilirisasi jika ingin membeli listrik hijau dari Indonesia .

Hilirisasi Hijau sebagai Kunci Masa Depan Ekonomi Indonesia

Dengan fokus pada hilirisasi berbasis energi hijau, pemerintah Indonesia berupaya menciptakan industri yang tidak hanya kompetitif di pasar global, tetapi juga berkelanjutan dan ramah lingkungan. Pendekatan ini diharapkan dapat meningkatkan nilai tambah sumber daya alam Indonesia, menciptakan lapangan kerja, dan mendukung pertumbuhan ekonomi yang inklusif. Melalui strategi hilirisasi yang terencana dan terstruktur, Indonesia dapat mewujudkan kedaulatan energi dan menjadi pemain utama dalam industri global yang berkelanjutan

Rekomendasi

Index

Berita Lainnya

Index