pengertian produksi

Pengertian Produksi, Fungsi, Jenis, Tujuan, dan Tahapannya

Pengertian Produksi, Fungsi, Jenis, Tujuan, dan Tahapannya
pengertian produksi

JAKARTA – Pengertian produksi merujuk pada proses menciptakan barang atau jasa untuk memenuhi kebutuhan manusia. 

Produk-produk seperti skin care, make up, parfum, susu, nasi, dan piring adalah contoh nyata hasil dari proses produksi. 

Semua barang yang kita gunakan sehari-hari dihasilkan melalui serangkaian tahapan produksi yang melibatkan pengolahan bahan mentah menjadi barang jadi. Tanpa adanya produksi, barang-barang tersebut tidak akan tersedia. 

Dengan demikian, pengertian produksi mencakup segala kegiatan yang diperlukan untuk menghasilkan produk yang mendukung kehidupan sehari-hari.

Pengertian Produksi

Pengertian produksi adalah proses yang dilakukan untuk mengubah bahan mentah menjadi barang atau jasa yang memiliki nilai guna lebih tinggi. 

Tanpa proses produksi, bahan-bahan seperti padi hanya akan tetap menjadi tanaman di sawah, atau kapas hanya akan tetap menjadi serat tanpa bisa digunakan sebagai pakaian. 

Begitu pula dengan kendaraan yang kita lihat sehari-hari, yang merupakan hasil olahan besi dan logam. Proses produksi ini dapat berupa jasa, yang tidak mengubah bentuk barang, atau barang, yang mengubah bahan mentah menjadi produk siap pakai. 

Hasil produksi dapat digunakan langsung atau harus melalui proses pengolahan lebih lanjut. Tujuan utama produksi adalah untuk memenuhi kebutuhan dan memperoleh keuntungan yang optimal.

Fungsi Produksi

Berdasarkan penjelasan sebelumnya, kegiatan produksi memiliki peranan yang sangat vital. Berikut ini adalah beberapa fungsi utama dari produksi:

Perencanaan

Perencanaan dalam produksi mengacu pada pelaksanaan kegiatan untuk menghasilkan barang atau jasa pada waktu yang telah ditentukan, sesuai dengan prediksi atau forecast yang telah disusun. 

Forecast ini disusun dengan mempertimbangkan berbagai aspek, seperti ketersediaan sumber daya manusia, bahan baku, ruang gudang, serta alat dan fasilitas yang diperlukan.

Perencanaan produksi yang matang sangat berpengaruh terhadap keuntungan yang diperoleh perusahaan. 

Dengan perencanaan yang baik, perusahaan dapat memproduksi barang atau jasa dengan kualitas dan jumlah yang tepat, serta menjaga ketersediaan stok dengan optimal. 

Jika stok kurang, konsumen bisa beralih ke produk lain karena kehabisan, sedangkan stok yang berlebihan berisiko rusak atau kadaluarsa.

Oleh karena itu, perencanaan produksi bertujuan agar perusahaan dapat berjalan secara efisien dan efektif, sehingga dapat meraih keuntungan maksimal. 

Forecast yang disusun juga disesuaikan dengan permintaan pasar, yang pada akhirnya dapat meningkatkan kinerja perusahaan. Perencanaan produksi harus mempertimbangkan beberapa faktor penting, antara lain:

a. Kualitas produk

Kualitas produk perlu direncanakan dengan matang, termasuk segmentasi pasar yang ingin dituju, apakah itu produk premium, menengah, atau ekonomis, serta harganya. 

Setiap segmen pasar memiliki standar kualitas yang berbeda-beda, sehingga hal ini perlu disesuaikan dengan target pasar yang dimaksud.

b. Biaya produk

Biaya produksi melibatkan berbagai elemen seperti bahan baku, alat, tenaga kerja, dan faktor-faktor lain yang terkait dengan proses produksi. 

Semua biaya ini harus dimasukkan dalam perencanaan agar tidak terjadi kerugian, di mana biaya produksi lebih tinggi dari harga jual produk.

c. Waktu pengembangan produk

Saat meluncurkan produk baru, perusahaan tidak serta-merta langsung memperoleh keuntungan. 

Dibutuhkan waktu untuk mencapai titik impas (break-even point), yang mengindikasikan bahwa perusahaan telah menutupi semua biaya dan mulai memperoleh keuntungan. 

Waktu pengembangan ini juga mengindikasikan kesiapan perusahaan dalam mengikuti perkembangan teknologi.

d. Biaya pengembangan produk

Perusahaan yang tidak melakukan inovasi produk dapat menghadapi risiko kebangkrutan. Sejarah telah mencatat banyak perusahaan besar yang terpuruk karena merasa bisa menguasai pasar selamanya tanpa berinovasi. 

Untuk itu, perusahaan perlu melakukan pengembangan produk melalui riset pasar, pengujian, dan survei, yang tentu memerlukan biaya tambahan.

e. Kapabilitas pengembangan

Kapabilitas pengembangan adalah aset yang dimiliki perusahaan untuk mengembangkan produk. 

Aset ini meliputi sumber daya manusia, teknologi, dan fasilitas yang mendukung kemampuan perusahaan untuk menciptakan produk baru atau meningkatkan produk yang sudah ada.

Pengolahan

Pengolahan dalam proses produksi merujuk pada tahap di mana bahan baku diproses menjadi barang mentah, setengah jadi, atau barang jadi yang siap dipasarkan.

Pengendalian dan Perawatan

Fungsi pengendalian dan perawatan sangat penting untuk mengevaluasi dan memantau jalannya produksi agar tetap sesuai dengan perencanaan. 

Dalam perusahaan, pembagian tugas yang jelas antara perencana, pelaksana, dan pengawas sangat diperlukan untuk memastikan bahwa produk yang dihasilkan memenuhi standar yang ditetapkan oleh perusahaan.

Jasa Penunjang

Jasa penunjang berfungsi untuk meningkatkan efektivitas dan efisiensi dalam proses produksi. 

Terkadang, proses produksi bisa terasa lambat, rumit, atau tidak efisien, dan jasa penunjang hadir untuk menemukan dan menerapkan metode yang lebih baik dan lebih efektif.

Tujuan Produksi

Pentingnya aktivitas produksi tentu memiliki tujuan yang jelas. Berikut ini adalah beberapa tujuan utama dari kegiatan produksi:

Memenuhi kebutuhan masyarakat

Masyarakat memiliki beragam kebutuhan hidup, mulai dari kebutuhan dasar hingga kebutuhan tambahan. Jika kebutuhan tersebut tidak terpenuhi, keseimbangan hidup bisa terganggu. 

Contoh kebutuhan tersebut meliputi sandang, pangan, papan, pendidikan, layanan kesehatan, informasi, komunikasi, dan gaya hidup. 

Oleh sebab itu, produsen menghasilkan barang atau jasa yang mampu memberikan atau meningkatkan nilai guna demi memenuhi kebutuhan tersebut.

Mendapatkan keuntungan

Tujuan utama produsen dalam berproduksi adalah untuk memperoleh laba. Dengan menciptakan barang atau jasa yang memiliki nilai guna, produsen bisa menjualnya dengan harga yang lebih tinggi dari biaya produksinya. 

Selisih inilah yang menjadi keuntungan. Semakin matang perencanaan produksi, semakin besar potensi keuntungan yang bisa diraih.

Menghasilkan barang dalam bentuk setengah jadi

Produk yang belum siap pakai, seperti barang setengah jadi, dihasilkan dalam proses produksi dan perlu diproses lebih lanjut hingga menjadi barang jadi yang siap dikonsumsi oleh masyarakat.

Mendorong tumbuhnya usaha produksi lainnya

Produksi suatu barang atau jasa bisa memicu berkembangnya usaha lain yang berkaitan. 

Misalnya, kehadiran perguruan tinggi sebagai produsen jasa pendidikan dapat memunculkan berbagai usaha penunjang di sekitarnya, seperti tempat tinggal (kos-kosan), rumah makan, layanan kesehatan, toko kebutuhan harian, jasa transportasi, hingga jasa penerjemahan.

Membantu mengurangi tingkat pengangguran

Produksi, baik dalam skala kecil maupun besar, biasanya memerlukan tenaga kerja tambahan. Meskipun pelaku usaha ingin menekan biaya, tetap saja peran karyawan sangat dibutuhkan. 

Melalui proses perekrutan tenaga kerja, lapangan pekerjaan tercipta dan angka pengangguran pun bisa ditekan. Semakin besar skala usaha, semakin banyak pula tenaga kerja yang bisa diserap.

Meningkatkan pendapatan masyarakat dan negara

Ketika pengangguran berkurang, masyarakat memiliki penghasilan yang lebih baik. Penghasilan ini kemudian dibelanjakan untuk berbagai keperluan seperti konsumsi harian, pariwisata, hingga pembayaran pajak. 

Dengan demikian, roda perekonomian semakin aktif dan pendapatan negara ikut meningkat.

Membawa produk Indonesia ke pasar internasional

Produksi tidak selalu difokuskan hanya untuk kebutuhan dalam negeri. Banyak produk lokal yang justru diminati oleh konsumen luar negeri. 

Contohnya seperti sambal pecel, kerupuk, arang dari batok kelapa, sabut kelapa, mebel, hingga rempah-rempah khas Indonesia. Hal ini menunjukkan bahwa produksi dalam negeri juga berpotensi mendunia.

Jenis-jenis Produksi

Berdasarkan Produk yang Dihasilkan

Jenis-jenis kegiatan produksi dapat diklasifikasikan berdasarkan hasil akhirnya sebagai berikut:

a. Produksi Ekstraktif

Jenis produksi ini berfokus pada pengambilan langsung sumber daya alam dari alam tanpa mengubah bentuk atau sifat aslinya. 

Hasil dari proses ini biasanya belum siap dikonsumsi dan akan dikirimkan ke pihak lain untuk diproses lebih lanjut agar menjadi produk bernilai lebih tinggi.

Contoh: aktivitas pertambangan, penangkapan ikan di laut, dan pengeboran minyak bumi.

b. Produksi Agraris

Produksi agraris mencakup kegiatan pemanfaatan lahan dan lingkungan alam untuk menghasilkan produk pertanian atau peternakan. 

Tujuannya adalah untuk menghasilkan bahan mentah, setengah jadi, atau bahkan barang siap pakai.

Contoh: tanaman padi, buah-buahan, sayuran, susu, telur, jagung, dan produk peternakan lainnya.

c. Produksi Industri

Jenis produksi ini mengolah bahan mentah atau setengah jadi menjadi barang yang memiliki nilai guna lebih tinggi. Proses ini melibatkan teknologi dan tenaga kerja untuk menciptakan produk yang dapat digunakan secara langsung oleh konsumen.

Contoh: pakaian, kendaraan bermotor, peralatan elektronik, produk farmasi, makanan kemasan, dan alat-alat rumah tangga.

d. Produksi Perdagangan

Produksi ini berperan sebagai penghubung antara pihak produsen dan konsumen. Tujuannya adalah agar barang-barang hasil produksi dapat tersebar luas dan sampai ke tangan pengguna akhir. Produksi perdagangan terbagi dalam tiga cara distribusi:

  • Distribusi Langsung

Produsen menjual langsung ke konsumen, umumnya dilakukan oleh pelaku usaha kecil atau perusahaan besar dengan sistem penjualan langsung.

Contoh: penjual bakso yang sekaligus memproduksi dagangannya.

  • Distribusi Semi Langsung

Barang dijual ke pengecer terlebih dahulu sebelum sampai ke tangan konsumen.

Contoh: toko kelontong, minimarket, atau pedagang reseller.

  • Distribusi Tidak Langsung

Melibatkan beberapa perantara, seperti distributor atau grosir, sebelum akhirnya barang sampai ke pengecer dan kemudian ke konsumen.

Contoh: skema dari produsen ke agen, lalu ke toko retail, baru ke konsumen.

e. Produksi Jasa

Produksi jasa menghasilkan layanan, bukan barang fisik. Meskipun tidak berwujud secara nyata, jasa memberikan manfaat nyata yang dapat dirasakan oleh penerima. 

Untuk menghasilkan jasa, umumnya dibutuhkan keahlian atau keterampilan tertentu.

Contoh: layanan pendidikan, jasa transportasi, jasa konseling, layanan perbankan, dan sebagainya.

Berdasarkan Durasi dan Proses Produksi

Jenis produksi juga bisa diklasifikasikan menurut lama waktu serta tahapan dalam proses pembuatannya, yaitu:

a. Produksi Jangka Pendek

Jenis produksi ini ditandai dengan proses pengerjaan yang relatif cepat dan hasilnya bisa langsung dikonsumsi atau dimanfaatkan oleh konsumen. Produksi ini termasuk salah satu bentuk produksi yang lebih awal berkembang di Indonesia. 

Produk-produk yang dihasilkan biasanya bersifat sederhana dan dibutuhkan sehari-hari. Contoh: aneka jajanan tradisional, nasi pecel, sate, dan makanan siap santap lainnya.

b. Produksi Jangka Panjang

Sesuai dengan namanya, proses produksi ini membutuhkan waktu yang lebih lama sebelum hasilnya bisa dinikmati atau digunakan. Tahapan produksinya lebih kompleks dibanding produksi jangka pendek.

Contoh: budidaya ikan lele, pembangunan rumah tinggal, hingga pembesaran lobster air laut.

c. Produksi Berkesinambungan atau Kontinu

Produksi jenis ini berlangsung secara terus-menerus, artinya tidak berhenti pada satu tahap, tetapi berlangsung secara berkelanjutan. 

Biasanya proses ini melibatkan penggunaan alat atau penambahan bahan lain agar produk akhir bisa diselesaikan dengan baik. Contoh: proses pembuatan mie instan, gula pasir, dan pengolahan karet.

d. Produksi Berselingan

Jenis produksi ini dilakukan dengan cara mengombinasikan berbagai bahan mentah dan komponen untuk menghasilkan satu barang baru yang utuh dan memiliki fungsi spesifik.

Contoh: perakitan sepeda motor, pembuatan pesawat, produksi mesin, dan alat berat lainnya.

Tahapan Produksi

Dalam proses produksi, terutama dalam pembuatan barang, terdapat sejumlah langkah yang harus dilalui secara sistematis agar hasil akhirnya sesuai dengan tujuan dan kebutuhan pasar. Berikut ini tahapan-tahapan penting dalam proses produksi:

  • Perumusan Konsep Produk: Tahap awal ini merupakan proses menentukan ide dasar atau konsep dari produk yang ingin dikembangkan.
  • Penelitian Awal: Langkah ini dilakukan untuk mengetahui kebutuhan konsumen, tren pasar, serta peluang dan tantangan yang ada melalui riset yang mendalam.
  • Pengembangan dan Pembuatan Desain Produk: Setelah konsep dirumuskan dan riset dilakukan, langkah berikutnya adalah menciptakan desain awal yang menggambarkan bentuk dan fungsi produk.
  • Penyempurnaan Desain (Fiksasi): Desain awal yang telah dibuat kemudian diperbaiki dan dimantapkan untuk memastikan desain tersebut siap direalisasikan.
  • Pembuatan Purwarupa (Prototype): Prototype merupakan bentuk awal dari produk yang sudah dapat diuji secara fisik, walaupun belum diproduksi secara massal.
  • Pengujian dan Validasi Prototype: Prototype yang dibuat akan diuji fungsionalitas, daya tahan, dan keamanannya. Umpan balik dari pengujian ini menjadi dasar untuk penyempurnaan lebih lanjut.
  • Produksi dalam Skala Besar: Jika prototype dinilai layak dan memenuhi standar, maka produk akan diproduksi secara massal untuk memenuhi kebutuhan pasar.
  • Perakitan Produk: Pada tahap ini, komponen-komponen yang telah diproduksi akan dirakit menjadi satu kesatuan produk jadi.
  • Evaluasi dan Umpan Balik: Produk yang telah dirilis akan dievaluasi kembali berdasarkan masukan dari pengguna, untuk mengetahui kelebihan dan kekurangan dari produk tersebut.
  • Penyempurnaan dan Pengembangan Lanjutan: Hasil evaluasi dan umpan balik akan dijadikan bahan pengembangan produk selanjutnya agar lebih baik dan sesuai dengan kebutuhan pasar.
  • Produk Akhir: Ini merupakan hasil akhir dari seluruh rangkaian proses produksi yang siap didistribusikan ke konsumen.

Faktor-faktor yang Memengaruhi Produksi

Proses produksi dipengaruhi oleh sejumlah elemen penting yang menentukan baik kualitas maupun jumlah hasil produksi. 

Elemen-elemen ini sangat krusial untuk dijadikan bahan pertimbangan dalam pengambilan keputusan strategis perusahaan. Penjelasan mengenai faktor-faktor tersebut dapat dilihat berikut ini:

Sumber Daya Alam (SDA)

SDA mencakup semua kekayaan alam yang dapat digunakan oleh manusia untuk memenuhi kebutuhannya. Keberadaan sumber daya ini menjadi salah satu penentu utama dalam kelancaran proses produksi. 

Apabila SDA yang tersedia tidak sesuai dengan kebutuhan operasional, maka biaya produksi dapat meningkat. Dampaknya, harga jual produk menjadi lebih tinggi dan sulit bersaing di pasar.

Sebagai contoh, pabrik yang mengolah hasil tambang umumnya dibangun dekat dengan lokasi penambangan untuk efisiensi. Begitu pula dengan industri pengolahan kayu yang biasanya didirikan di sekitar kawasan hutan. 

Sumber daya alam meliputi berbagai unsur seperti air, udara, flora, fauna, hasil tambang, minyak bumi, dan gas alam.

Sumber Daya Manusia (SDM)

Peran SDM sangat vital dalam aktivitas produksi. Tanpa tenaga kerja yang memiliki keahlian, proses produksi tidak akan berjalan efektif, meskipun SDA tersedia dalam jumlah besar. 

Oleh karena itu, sebelum memulai produksi, penting untuk memastikan bahwa tenaga kerja memiliki kompetensi yang sesuai dengan bidang kerjanya. 

SDM yang tepat pada posisinya akan berkontribusi besar terhadap kinerja perusahaan dan pencapaian laba yang optimal. Dilihat dari tingkat kemampuannya, SDM dapat dikategorikan sebagai berikut:

  • Tenaga kerja terdidik

Kelompok ini memiliki latar belakang pendidikan formal dan profesional untuk menjalankan pekerjaannya. Contohnya adalah dokter, arsitek, dosen, apoteker, dan perawat.

  • Tenaga kerja terampil

Kelompok ini mengandalkan kemampuan yang diperoleh dari pelatihan atau pengalaman langsung di lapangan. Keahlian mereka tidak selalu berasal dari jalur pendidikan formal. Contohnya adalah penjahit, juru masak, dan pengemudi.

  • Tenaga kerja tidak terdidik dan tidak terlatih

Tenaga kerja jenis ini tidak memerlukan pendidikan khusus atau keterampilan tertentu untuk menjalankan tugasnya. Contoh pekerjaan dalam kategori ini adalah pekerja kebersihan dan asisten rumah tangga.

Modal

Dalam menjalankan usaha, keberadaan modal merupakan kebutuhan mendasar. Modal tidak hanya terbatas pada uang tunai, tetapi juga bisa berbentuk aset lain seperti bangunan, mesin, kendaraan, surat berharga, hak kekayaan intelektual, hingga keterampilan teknis. 

Semua bentuk modal ini berfungsi sebagai penunjang utama dalam operasional produksi.

Keahlian Manajerial

Untuk menjamin kelancaran proses produksi, kemampuan dalam manajemen sangat diperlukan. 

Sebuah perusahaan harus memiliki keahlian dalam empat aspek pokok, yaitu perencanaan (planning), pengorganisasian (organizing), pelaksanaan (actuating), dan pengawasan (controlling). 

Keahlian ini memastikan bahwa setiap langkah produksi dapat berjalan secara terstruktur dan efisien.

Sebagai penutup, pengertian produksi merujuk pada proses menciptakan barang atau jasa dengan memanfaatkan berbagai sumber daya untuk memenuhi kebutuhan manusia.

Rekomendasi

Index

Berita Lainnya

Index