JAKARTA - Di tengah derasnya arus digitalisasi dan tren media sosial yang membentuk gaya hidup generasi muda, muncul satu nama yang justru memilih jalur berbeda. Ia tidak sedang berburu popularitas semata atau sekadar mengikuti tren kekinian, tapi menjalani pengabdian sejak usia belia. Namanya Sahdan Arya Maulana, pemuda 19 tahun yang kini menjabat sebagai Ketua RT 07 RW 08 di Kelurahan Rawa Badak Selatan, Koja, Jakarta Utara.
Bukan sekadar menjabat, Arya membawa semangat kepemimpinan muda yang visioner, lengkap dengan gagasan pembangunan berbasis partisipasi warga. Sosoknya menjadi sorotan, bukan karena sensasi, melainkan karena gebrakannya dalam pembangunan lingkungan secara swadaya. Bahkan, banyak pihak mengaitkan semangat pengabdian Arya dengan gaya kepemimpinan Dedi Mulyadi, sosok yang ia idolakan.
“Karena saya suka pembangunan ya, karena yang saya tahu kalau jadi gubernur itu kan banyak sekali pembangunan. Inspirasi saya juga Kang Dedi Mulyadi, jadi saya ngeliat dia sangat inspiratif sekali,” ujar Arya.
Keteladanan dari Pemimpin Daerah
Bagi Arya, Dedi Mulyadi bukan sekadar figur pejabat publik, melainkan teladan nyata dalam kepemimpinan yang dekat dengan rakyat. Kepedulian Dedi kepada masyarakat, kemampuan berbaur tanpa sekat, dan keberanian melakukan aksi nyata menjadi inspirasi bagi Arya dalam menjalankan peran sebagai ketua RT.
“Yang saya lihat dari Kang Dedi Mulyadi ya senang aja ketika dia care sama orang dan bisa berbaur sama warga-warga. Itu kayak ngeliatnya seneng aja,” tambah Arya.
Tak tanggung-tanggung, Arya bahkan menyimpan cita-cita besar untuk mengikuti jejak pemimpin idolanya itu dengan menjadi gubernur suatu hari nanti.
Dari Jalan Rusak hingga Jalan Hidup Baru
Popularitas Arya bermula dari aksi nyata yang dilakukannya bersama warga: memperbaiki jalan lingkungan secara swadaya. Ruas jalan sepanjang 100 meter yang rusak di Jalan Kelapa Hijau, wilayah tempat tinggalnya, diperbaiki tanpa satu rupiah pun bantuan pemerintah. Biaya sebesar Rp20 juta berhasil dihimpun dari patungan warga dan anggaran operasional RT yang sepenuhnya dialihkan untuk kepentingan pembangunan.
“Ada yang sebagian dari swadaya dan dari kita. Nah dari kita itu, biaya operasional kita itu semua kita alihkan ke pembangunan semua. Jadi kita selama dua bulan ini tidak pernah ngambil biaya BOP sepeserpun,” ucap Arya.
Langkah tersebut bukan hanya mencerminkan semangat gotong royong, tetapi juga kepekaan sosial serta kepemimpinan muda yang berani bertindak di tengah ketidakpastian. Bagi Arya, membenahi lingkungan berarti mencegah risiko lebih besar, termasuk banjir akibat luapan kali di belakang permukiman.
Proses Awal, Semangat Besar
Cita-cita Arya untuk menjadi pemimpin dimulai dari niat sederhana: ingin bermanfaat bagi lingkungan tempat ia dibesarkan. Saat menjelang pemilihan ketua RT, Arya melakukan persiapan matang, memastikan seluruh persyaratan administrasi terpenuhi. Ketika hari pemilihan tiba, Arya menang telak dengan perolehan 126 suara, jauh mengungguli lawannya yang hanya memperoleh 17 suara.
“Jadi kenapa mau menjadi ketua RT karena dorongan hati saya, ingin bermanfaat bagi warga. Karena saya kecil di sini ya pengen sekali lah berkontribusi untuk wilayah,” ujarnya.
Menurut Arya, keberhasilannya tak lepas dari perubahan pola pikir warga yang mulai menerima kehadiran pemimpin muda. Ia memanfaatkan situasi tersebut untuk menjalin silaturahmi dan membangun kepercayaan publik.
Tim Muda yang Kompak
Arya tidak bekerja sendiri. Dalam menjalankan roda kepengurusan RT, ia didampingi dua rekannya sesama Gen Z, yakni Vemmas Wahyu Rianto (20) sebagai sekretaris dan Riski Saputra (21) sebagai bendahara. Ketiganya merupakan representasi generasi muda yang bersatu demi tujuan mulia: membangun lingkungan dari bawah.
Meski masih aktif sebagai mahasiswa dan karyawan, mereka tetap menyisihkan waktu dan tenaga untuk terjun langsung menyelesaikan berbagai persoalan warga.
“Kita pengen bermanfaat dan mengabdi kepada wilayah. Karena kita lahir di sini. Kecil bareng. Dan kita sebagai manusia harus berkontribusi dan bermanfaat bagi wilayah,” tutup Arya.
Refleksi Kepemimpinan Zaman Baru
Kisah Arya menjadi bukti nyata bahwa kepemimpinan tidak lagi soal usia, tetapi semangat dan keberanian untuk memulai. Dalam usia belia, Arya menunjukkan bahwa Generasi Z tidak hanya mahir dalam teknologi atau media sosial, tetapi juga mampu memimpin, mengambil keputusan, dan menjadi agen perubahan.
Apa yang dilakukan Arya dan timnya menunjukkan bahwa perubahan besar bisa dimulai dari langkah kecil, dari lorong-lorong pemukiman, dan dari hati yang tulus untuk mengabdi. Dengan menjadikan figur seperti Dedi Mulyadi sebagai inspirasi, Arya tidak hanya mengidolakan, tetapi juga meneladani dan meneruskan semangat pembangunan yang nyata dan menyentuh masyarakat.