JAKARTA - Dalam menghadapi tingginya minat masyarakat terhadap perjalanan umrah, Bandara Internasional Sultan Hasanuddin, Makassar, mulai melakukan langkah serius untuk memberikan pengalaman perjalanan yang lebih baik, tidak hanya bagi jamaah umrah, tetapi juga para pengantarnya. Salah satu inisiatif yang kini tengah dipercepat adalah penyediaan area khusus bagi jamaah umrah dan pengantar mereka di area bandara.
Langkah ini menjadi sinyal bahwa sektor penerbangan tidak hanya bergerak dalam kerangka bisnis semata, melainkan juga berupaya menjawab kebutuhan sosial dan spiritual masyarakat yang terus meningkat, khususnya di wilayah Indonesia timur.
Hal ini disampaikan langsung oleh General Manager PT Angkasa Pura Indonesia (Bandara Sultan Hasanuddin), Minggus Gandeguai, dalam keterangannya di Makassar, Senin (tanggal sesuai sumber).
"Kami akan buat area khusus untuk jamaah umrah dan pengantarnya, ini sedang dalam proses. Kami akan segerakan, semoga bisa realisasi bulan ini," ujar Minggus.
Respon terhadap Tren Perjalanan Umrah yang Meningkat
Keputusan untuk menyediakan area khusus ini bukan tanpa alasan. Menurut Minggus, saat ini mayoritas pengguna jasa penerbangan di Bandara Sultan Hasanuddin didominasi oleh jamaah umrah dan penumpang transit. Fakta ini menjadikan pelayanan terhadap kategori penumpang tersebut sebagai prioritas utama dalam pengembangan layanan bandara.
Data dari sejumlah penyelenggara umrah di Sulawesi Selatan dan sekitarnya menunjukkan bahwa antusiasme masyarakat untuk beribadah ke Tanah Suci semakin meningkat pascapandemi. Dibukanya kembali akses umrah tanpa pembatasan kuota menjadi pendorong utama lonjakan tersebut.
Situasi ini menciptakan tantangan tersendiri di bandara, terutama pada saat puncak keberangkatan kloter jamaah umrah yang biasanya datang berombongan bersama anggota keluarga dan komunitas. Kepadatan di area terminal keberangkatan pun kerap terjadi.
Dengan adanya area khusus yang disiapkan untuk jamaah dan pengantar, diharapkan proses keberangkatan menjadi lebih teratur, nyaman, dan aman.
Menjawab Kebutuhan Sosial, Bukan Sekadar Fasilitas
Penyediaan ruang khusus bagi jamaah umrah dan pengantarnya memiliki makna yang lebih luas daripada sekadar peningkatan fasilitas fisik. Bagi banyak keluarga, pelepasan anggota keluarga yang akan berangkat ke Tanah Suci bukanlah momen biasa—ia merupakan ritual keagamaan dan emosional yang sakral.
Sering kali, kerabat dekat ikut datang dalam jumlah banyak untuk mengantar, membawa doa, dan berharap mendapatkan keberkahan dari keberangkatan tersebut. Dalam konteks budaya masyarakat Makassar dan sekitarnya, tradisi pelepasan ini adalah bagian penting dari praktik sosial-religius yang masih dijaga hingga kini.
Maka, ketika bandara menyediakan ruang khusus, hal itu juga menjadi bentuk penghormatan terhadap nilai-nilai lokal dan praktik keagamaan masyarakat.
"Pasar penumpang kita mayoritas adalah jamaah umrah dan transit, jadi wajar jika pelayanan untuk mereka menjadi perhatian khusus," terang Minggus Gandeguai.
Bandara sebagai Pusat Pelayanan, Bukan Sekadar Tempat Transit
Bandara modern tidak hanya dituntut untuk melayani penumpang yang datang dan pergi, tetapi juga harus mampu menjadi ruang interaksi dan kenyamanan bagi semua pemangku kepentingan, termasuk pengantar dan penjemput.
Dalam konteks ini, Bandara Sultan Hasanuddin mencoba menempatkan dirinya sebagai bandara yang responsif terhadap dinamika sosial. Penyediaan ruang tunggu khusus, area salat, informasi keberangkatan yang terpusat, serta area terbuka yang layak untuk berkumpul adalah bagian dari pendekatan ini.
Jika terealisasi sesuai target waktu, maka fasilitas ini akan menjadi salah satu yang paling ramah jamaah umrah di kawasan timur Indonesia, dan bisa menjadi percontohan bagi bandara-bandara lain di tanah air.
Imbas Ekonomi dan Peluang Layanan Tambahan
Tingginya volume jamaah umrah juga membuka peluang bisnis dan ekonomi baru di lingkungan bandara. Mulai dari penyediaan layanan katering halal, penjualan perlengkapan ibadah, pengemasan barang bawaan, hingga layanan lounge khusus untuk jamaah umrah.
Dengan tersedianya fasilitas tambahan, bandara dapat menggandeng pelaku usaha lokal, UMKM, hingga agen travel untuk berkolaborasi. Ini membuka peluang multiplier effect ekonomi yang signifikan, termasuk penciptaan lapangan kerja baru.
Tak hanya itu, kehadiran ruang tunggu dan zona eksklusif akan mempermudah pengelolaan arus penumpang, mencegah penumpukan, dan menciptakan standar pelayanan baru di tengah era perjalanan yang makin kompleks.
Harapan untuk Pelayanan Umrah yang Lebih Humanis
Langkah Bandara Sultan Hasanuddin ini menunjukkan bahwa sektor transportasi udara juga bisa bergerak ke arah yang lebih humanis dan spiritual. Di saat bandara internasional lain berlomba dalam teknologi dan efisiensi, pendekatan yang diambil oleh Angkasa Pura ini lebih kepada menyesuaikan pelayanan dengan kultur dan kebutuhan masyarakat lokal.
Tentunya, keberadaan area khusus ini tidak hanya akan menguntungkan jamaah dan pengantar dari Sulawesi Selatan, tapi juga dari provinsi tetangga seperti Sulawesi Barat, Sulawesi Tenggara, Maluku, dan Papua, yang kerap menjadikan Makassar sebagai titik awal keberangkatan ke Arab Saudi.
Mengubah Bandara Menjadi Ruang yang Lebih Berarti
Transformasi layanan di Bandara Sultan Hasanuddin melalui penyediaan area khusus bagi jamaah umrah dan pengantar bukan hanya bicara soal kenyamanan, tetapi juga soal makna. Di tengah sibuknya mobilitas udara, inisiatif seperti ini menjadi oase yang memberikan ruang bagi nilai-nilai spiritual, sosial, dan budaya untuk tetap hadir di tengah arus modernisasi.
Dengan menyelaraskan pelayanan bandara dengan karakteristik mayoritas penggunanya, Angkasa Pura I membuktikan bahwa modernitas dan tradisi bisa berjalan beriringan. Harapannya, langkah ini bisa memperkuat identitas Bandara Sultan Hasanuddin sebagai bandara kebanggaan masyarakat Indonesia Timur, sekaligus menjadi contoh bahwa pelayanan transportasi publik juga bisa berakar dari nilai-nilai lokal yang penuh makna.