JAKARTA - Untuk menjawab tantangan efisiensi distribusi dan kepadatan arus logistik di kawasan pelabuhan utama Jakarta, PT Hutama Karya (Persero) kembali dipercaya menangani proyek besar infrastruktur. Melalui pembangunan akses baru menuju Pelabuhan Kalibaru, perusahaan konstruksi pelat merah ini menunjukkan komitmennya dalam mendukung pengembangan sistem logistik nasional yang lebih cepat, hemat biaya, dan berkelanjutan.
Proyek bertajuk New Priok Eastern Access (NPEA) Seksi 1 ini mencakup jalur sepanjang 2,78 kilometer yang menghubungkan Terminal Kalibaru dengan Jalan Tol Cibitung–Cilincing (JTCC), tepatnya dari KM 108 hingga Kawasan Berikat Nusantara (KBN) Utara. Proyek ini diharapkan menjadi jalur strategis baru untuk kendaraan logistik, mengurangi ketergantungan terhadap satu akses utama menuju Terminal Kalibaru yang selama ini menjadi satu-satunya pintu masuk.
Adjib Al Hakim, EVP Sekretaris Perusahaan Hutama Karya, mengungkapkan bahwa proyek ini merupakan bagian penting dari upaya peningkatan efisiensi arus logistik nasional. “Pembangunan akses baru ini memberikan jalur alternatif logistik yang selama ini hanya mengandalkan satu pintu masuk melalui New Priok Container Terminal,” jelasnya.
NPEA Seksi 1 dibangun melalui skema kerja sama operasi antara Hutama Karya dan PT Brantas Abipraya dalam konsorsium Hutama Abipraya KSO, di mana porsi pengerjaan Hutama Karya mencapai 55%. Jalur ini akan didesain dengan lebar total 29,8 meter, terdiri dari dua jalur dengan tiga lajur masing-masing arah. Secara teknis, pembangunan mencakup jalan utama sepanjang 2,7 km, serta delapan ramp di dua titik penting, yaitu IC NPEA dan Simpang Marunda.
Tak hanya menjadi proyek konstruksi biasa, pembangunan ini juga memanfaatkan sejumlah teknologi canggih. Salah satunya adalah penggunaan alat uji kekuatan beton di lapangan, pemanfaatan bahan ringan untuk tanah lunak, serta pemetaan area menggunakan drone LiDAR. Untuk pengelolaan dan dokumentasi, proyek dilengkapi sistem manajemen digital yang memungkinkan pemantauan proses secara efisien dan terstruktur.
Menariknya, proyek ini juga mengadopsi prinsip pembangunan berkelanjutan. Hutama Karya menggunakan material ramah lingkungan seperti beton campuran fly ash, slag, serta material daur ulang, untuk menekan emisi karbon. Bahkan, pengelolaan limbah konstruksi dirancang secara sistematis agar tidak mencemari lingkungan sekitar.
Lebih dari sekadar infrastruktur fisik, keberadaan akses ini diharapkan memberi dampak langsung terhadap dinamika ekonomi kawasan. Menurut Adjib, “Jalan akses ini diharapkan menjadi solusi strategis untuk mengurai kemacetan, khususnya di wilayah DKI Jakarta. Jalur ini akan mengakomodasi pergerakan kendaraan dari dan menuju pusat kota, kawasan pelabuhan, kawasan industri, serta area strategis lainnya termasuk kawasan presidensial.”
Proyek ini juga diharapkan bisa memangkas waktu tempuh dan biaya logistik, mempercepat proses bongkar muat kontainer di Pelabuhan Kalibaru, serta meningkatkan kapasitas distribusi barang ke seluruh wilayah Jabodetabek dan kawasan timur Jakarta.
“Selain memangkas waktu dan biaya logistik, proyek ini akan mempercepat bongkar muat di pelabuhan dan mendorong efisiensi distribusi barang. Dampak lanjutannya adalah peningkatan produktivitas dan pertumbuhan ekonomi, khususnya di kawasan pelabuhan dan timur Jakarta,” lanjut Adjib.
Pelabuhan Kalibaru sendiri merupakan bagian dari megaproyek perluasan Pelabuhan Tanjung Priok yang diinisiasi oleh Pelindo. Sebagai pengelola kawasan tersebut, Pelindo juga memberikan dukungan penuh terhadap proyek ini. NPEA Seksi 1 pun menjadi bagian dari strategi Pelindo dalam memperkuat sistem transportasi pelabuhan dan jaringan logistik nasional.
Menurut Adjib, proyek ini akan sangat membantu memecah konsentrasi arus kontainer yang selama ini hanya bergantung pada satu jalur. “Kehadiran akses tambahan ini akan memecah konsentrasi lalu lintas kontainer yang selama ini hanya mengandalkan satu jalur menuju Terminal Kalibaru,” ungkapnya.
Proyek ini melintasi kawasan strategis seperti Kawasan Berikat Nusantara (KBN), area milik TNI AL, serta jalur utama Tol Cibitung–Cilincing, yang merupakan bagian dari sistem Jakarta Outer Ring Road 2. Dengan begitu, koordinasi intensif antar instansi menjadi hal penting yang harus dijalankan.
“Untuk memastikan kelancaran aktivitas di wilayah tersebut, kami akan melakukan analisis teknis menyeluruh dan koordinasi intensif dengan para pemangku kepentingan, khususnya dalam menjaga kelancaran lalu lintas di sekitar KBN,” tutup Adjib.
Melalui proyek NPEA Seksi 1 ini, Hutama Karya tidak hanya menunjukkan kapasitasnya sebagai kontraktor andal di sektor infrastruktur berat, tapi juga sebagai bagian dari ekosistem pembangunan nasional yang modern, efisien, dan berkelanjutan. Lebih jauh, proyek ini menegaskan bahwa pembangunan infrastruktur bukan hanya tentang konektivitas fisik, melainkan juga katalis untuk pertumbuhan ekonomi dan peningkatan daya saing nasional.