JAKARTA - Industri asuransi jiwa di Indonesia menunjukkan tanda-tanda pemulihan yang menjanjikan di tengah tantangan ekonomi global dan domestik yang masih dinamis. Asosiasi Asuransi Jiwa Indonesia (AAJI) menegaskan keyakinannya bahwa pendapatan premi asuransi jiwa akan mengalami pertumbuhan positif hingga akhir tahun 2025.
Menurut Direktur Eksekutif AAJI, Togar Pasaribu, salah satu faktor utama yang menopang prospek tersebut adalah kinerja produk asuransi jiwa tradisional. Pada kuartal pertama 2025, produk ini mencatat pertumbuhan signifikan sebesar 15,6% year on year (YoY), menjadi salah satu pendorong utama pendapatan premi secara keseluruhan.
Meski demikian, Togar mengingatkan bahwa sejumlah tantangan masih harus dihadapi oleh industri asuransi jiwa sepanjang tahun ini. Faktor eksternal seperti kondisi makro ekonomi global dan domestik yang belum sepenuhnya stabil menjadi salah satu hambatan. Selain itu, daya beli masyarakat yang masih dalam proses pemulihan juga turut memengaruhi dinamika pasar. Risiko peningkatan nilai klaim di lini asuransi kesehatan, yang dipicu oleh inflasi medis yang tinggi, juga menjadi perhatian tersendiri.
“Tantangan ini bersifat jangka pendek dan wajar terjadi sebagai bagian dari siklus bisnis. Industri asuransi jiwa memiliki ketahanan yang sudah terbukti dalam melewati berbagai krisis sebelumnya,” jelas Togar.
Di sisi lain, Togar menyoroti beberapa peluang yang bisa dimanfaatkan oleh pelaku asuransi jiwa untuk mendorong pertumbuhan pendapatan premi lebih jauh. Salah satu peluang penting adalah meningkatnya kesadaran masyarakat terhadap pentingnya perlindungan asuransi jiwa. Hal ini tercermin dari angka literasi asuransi jiwa yang mencapai 45,45% dan inklusi yang mencapai 28,5% pada tahun ini. Kenaikan ini menunjukkan bahwa semakin banyak masyarakat yang memahami dan menggunakan produk asuransi jiwa.
Selain itu, penyesuaian produk sesuai regulasi baru serta berlanjutnya pemulihan ekonomi diharapkan dapat menjadi faktor penguat kinerja industri asuransi jiwa di paruh kedua tahun 2025. Togar optimis bahwa pendapatan premi akan kembali menguat seiring dengan faktor-faktor positif tersebut.
Data dari Otoritas Jasa Keuangan (OJK) memang menunjukkan adanya kontraksi pendapatan premi asuransi jiwa sebesar 1,33% YoY hingga Mei 2025. Angka ini menunjukkan penurunan dibandingkan bulan sebelumnya yang masih mencatat pertumbuhan 1,03% YoY. Namun, Togar menilai bahwa penurunan tersebut merupakan fenomena sementara dan tidak bisa dijadikan patokan tunggal untuk menilai prospek jangka menengah dan panjang industri.
“Volatilitas jangka pendek adalah bagian dari siklus usaha di industri asuransi maupun bisnis lainnya. Oleh karena itu, penting bagi industri untuk tetap berfokus pada strategi jangka panjang,” tambah Togar.
Strategi yang dimaksud meliputi penguatan portofolio produk, perluasan kanal digital, pengembangan kemitraan strategis, serta peningkatan literasi dan penetrasi asuransi di masyarakat. Selain itu, penguatan manajemen risiko menjadi faktor penting yang harus terus diperkuat agar pertumbuhan dapat berlangsung secara berkelanjutan dan stabil.
Secara keseluruhan, AAJI memandang bahwa industri asuransi jiwa Indonesia sudah berada di jalur yang tepat untuk bangkit dan bertumbuh meski dihadapkan pada berbagai tantangan. Dengan kondisi pasar yang mulai membaik dan kesadaran masyarakat yang terus meningkat, pendapatan premi asuransi jiwa diprediksi akan menunjukkan tren positif hingga akhir tahun 2025.
Seiring waktu, penerapan inovasi dan adaptasi terhadap perkembangan regulasi diharapkan semakin memperkuat posisi industri ini, menjadikannya semakin tangguh dan mampu memberikan manfaat yang optimal bagi masyarakat Indonesia.