Viral

Viral, Pengantin China Memukau dengan Kecantikan Alami

Viral, Pengantin China Memukau dengan Kecantikan Alami
Viral, Pengantin China Memukau dengan Kecantikan Alami

JAKARTA - Di tengah maraknya tren riasan dan penggunaan teknologi kecantikan, kisah seorang pengantin perempuan asal China mencuri perhatian warganet. Penampilannya yang menawan pada hari pernikahan membuat banyak orang kagum, namun juga memicu perdebatan apakah kecantikannya itu nyata atau hasil teknologi buatan.

Perdebatan ini bermula dari sebuah video pernikahan yang diunggah secara daring oleh fotografer yang mengabadikan momen tersebut. Dalam video itu, sang pengantin tampil dengan riasan minimalis, namun wajahnya dinilai begitu sempurna hingga sebagian netizen menudingnya sebagai hasil rekayasa artificial intelligence (AI).

Penampilan yang Memikat Perhatian Dunia Maya

Video tersebut direkam dalam sebuah pernikahan di provinsi Gansu, China barat laut. Dalam rekaman itu, sang pengantin terlihat mengenakan hijab putih yang menutupi rambut, telinga, leher, dan bahunya. Busana tradisional yang ia kenakan mengisyaratkan bahwa ia berasal dari kelompok etnis Hui Tiongjoa, yang menganut agama Islam.

Bagi sebagian orang yang belum familiar dengan budaya ini, penampilan sang pengantin tampak begitu unik. Banyak yang memuji kecantikannya, bahkan ada yang menyamakannya dengan aktris ternama China, Fan Bingbing. Tak sedikit pula yang berspekulasi bahwa sang pengantin menjalani operasi plastik demi penampilan tersebut.

Namun, sang fotografer membantah semua tuduhan itu. Ia menegaskan bahwa pengantin berusia 25 tahun tersebut benar-benar asli tanpa campur tangan teknologi atau prosedur kosmetik. Bahkan, ia menambahkan bahwa dalam tradisi masyarakat Hui, penggunaan prosedur kecantikan buatan umumnya ditolak.

Kecantikan yang Berasal dari Dalam

Fotografer itu juga mengungkapkan bahwa perempuan dalam keluarga sang pengantin banyak yang memiliki paras cantik secara alami. Ia menuturkan bahwa sang pengantin biasanya tidak mengenakan riasan karena lebih mengutamakan kecantikan batin. Meski begitu, identitas lengkap pengantin tersebut belum diungkapkan ke publik.

Bagi sebagian orang, penampilan memukau tanpa riasan tebal menjadi sesuatu yang langka di era modern, apalagi di momen sakral seperti pernikahan. Hal inilah yang membuat kisahnya semakin menarik perhatian, terlebih saat isu AI kian ramai dibicarakan di ranah media sosial.

Reaksi Warganet

Video itu mengundang beragam komentar. Seorang netizen dari provinsi Shaanxi di barat laut China mengatakan, “Dia mengingatkan saya pada banyak teman Hui saya.” Komentar ini menunjukkan bahwa bagi mereka yang mengenal budaya Hui, kecantikan seperti itu bukanlah sesuatu yang asing.

Ada pula komentar lain yang berbunyi, “Semua pengantin cantik di hari pernikahan mereka,” sebagai bentuk apresiasi bahwa momen bahagia biasanya membuat penampilan seseorang tampak lebih bercahaya.

Fenomena membandingkan penampilan seseorang dengan wajah hasil AI kini juga dianggap sebagai bentuk pujian baru. Meski awalnya muncul sebagai tuduhan, komentar tersebut menunjukkan bahwa teknologi telah mengubah cara masyarakat memandang standar kecantikan.

Sekilas tentang Etnis Hui

Kisah pengantin ini juga menjadi pintu bagi banyak orang untuk lebih mengenal suku Hui, salah satu kelompok etnis besar di China. Berdasarkan sensus tahun 2020, jumlah mereka mencapai sekitar 11,4 juta jiwa, menjadikannya kelompok etnis terbesar keempat setelah Han China, Zhuang, dan Uighur.

Masyarakat Hui tersebar di berbagai wilayah China, terutama di provinsi-provinsi barat laut dan tengah. Mereka juga memiliki daerah otonom setingkat provinsi, yaitu Daerah Otonom Ningxia Hui.

Nama “Hui” sendiri diyakini berasal dari istilah “HuiHui,” yang digunakan pada masa Dinasti Song Utara (960–1127) untuk menyebut orang Uighur di China barat. Pada masa Dinasti Yuan (1279–1368) yang diperintah bangsa Mongol, istilah ini dipakai untuk menyebut masyarakat Asia Tengah dan wilayah barat yang bermigrasi ke China, sebagian besar di antaranya beragama Islam.

Fenomena Kecantikan dan Teknologi

Di era media sosial saat ini, fenomena seperti yang dialami pengantin tersebut bukanlah hal baru. Wajah yang dianggap terlalu sempurna sering kali memicu spekulasi, apakah itu hasil riasan, operasi plastik, atau bahkan teknologi AI. Tren ini menunjukkan betapa batas antara kecantikan alami dan rekayasa digital semakin kabur di mata publik.

Namun, kisah pengantin dari Gansu ini memberikan pesan berbeda. Kecantikannya yang memukau ternyata berasal dari keaslian dan kesederhanaan, bukan dari intervensi teknologi atau kosmetik berlebih.

Kisah ini menjadi pengingat bahwa kecantikan sejati tidak selalu bergantung pada teknologi atau riasan mahal. Terkadang, keindahan justru terpancar dari kesahajaan, tradisi, dan kepercayaan yang dipegang teguh.

Bagi masyarakat Hui, keindahan batin memiliki nilai yang lebih tinggi daripada penampilan fisik semata. Dan bagi dunia maya, kisah pengantin ini adalah bukti bahwa di tengah derasnya arus teknologi kecantikan, masih ada ruang untuk mengapresiasi kecantikan yang murni dan alami.

Rekomendasi

Index

Berita Lainnya

Index