JAKARTA - PT Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk. (BTN) terus memperkuat strategi manajemen aset dengan fokus pada penjualan aset bermasalah (non-performing loan/NPL) guna meningkatkan pendapatan non-bunga. Pada kuartal I-2025, BTN menargetkan transaksi bulk asset sales ketiga dengan nilai sekitar Rp1 triliun hingga Rp1,3 triliun.
Strategi Penurunan NPL melalui Bulk Asset Sales
Direktur Asset Management BTN, Elisabeth Novie Riswanti, mengungkapkan bahwa hingga saat ini, BTN masih memiliki aset NPL dari kredit lama, dengan estimasi sekitar Rp1 triliun hingga Rp2 triliun. "Tahun ini, kami akan melakukan bulk sales sekitar Rp1 triliun hingga Rp2 triliun, semoga itu selesai tahun ini," ujar Novie. Ia menambahkan bahwa penjualan aset bermasalah ini tidak hanya mencakup kredit komersial, tetapi juga kredit konsumer.
Pada kuartal IV-2024, BTN berhasil melakukan bulk asset sales lebih dari Rp1,3 triliun, meningkat 50% dibandingkan periode yang sama pada tahun 2023. Upaya ini diharapkan dapat menurunkan rasio NPL BTN yang tercatat sebesar 3,16% pada akhir 2024, dengan target penurunan ke level di bawah 3% pada 2025.
Diversifikasi Skema Penjualan Aset Bermasalah
Selain bulk sales, BTN juga mengoptimalkan penjualan aset bermasalah melalui berbagai skema, seperti lelang hak tanggungan, cessie, dan Surat Kuasa Menjual (SKM). "Metode penjualan aset melalui lelang, cessie juga terus ditingkatkan, baik selama tahun 2024 maupun di tahun 2025," kata Novie. Ia menambahkan bahwa penjualan aset bermasalah ini mencakup segmentasi kredit komersial dan konsumer.
Pada tahun 2024, BTN berhasil membukukan recovery lebih dari Rp1,4 triliun terhadap kredit yang telah dihapus buku (write-off), meningkat lebih dari 45% dibandingkan periode yang sama pada tahun 2023. Peningkatan ini menunjukkan efektivitas strategi penjualan aset bermasalah BTN dalam meningkatkan pendapatan non-bunga.
Kolaborasi dengan PT Perusahaan Pengelola Aset (PPA)
BTN juga menggandeng PT Perusahaan Pengelola Aset (PPA) dalam penyelesaian aset bermasalah. Melalui sinergi tersebut, BTN mampu memangkas NPL sekitar hampir Rp900 miliar. Direktur Utama BTN, Nixon LP Napitupulu, menyampaikan bahwa transaksi penyelesaian NPL tersebut telah diselesaikan pada akhir tahun lalu, yang diharapkan dapat mendukung peningkatan kualitas aset dan kinerja perseroan.
Optimisme Pertumbuhan Aset dan Kinerja Keuangan
Meskipun fokus pada penurunan NPL, BTN tetap optimistis terhadap pertumbuhan aset dan kinerja keuangan. Pada akhir 2024, BTN mencatatkan total aset sebesar Rp469,61 triliun, meningkat 7% dibandingkan tahun 2023 yang sebesar Rp438,75 triliun. BTN menargetkan aset perseroan akan menembus Rp500 triliun pada akhir tahun 2025.
Pertumbuhan aset ini didorong oleh penyaluran kredit dan pembiayaan yang tercatat sebesar Rp357,97 triliun selama 2024, atau tumbuh 7,3% year on year (yoy) dibandingkan sebesar Rp333,69 triliun pada periode yang sama tahun 2023. Selain itu, dana pihak ketiga (DPK) BTN juga mengalami pertumbuhan sebesar 9,1% yoy menjadi Rp381,67 triliun pada akhir 2024.
Fokus pada Program Tiga Juta Rumah
BTN juga berkomitmen mendukung Program Tiga Juta Rumah yang digagas pemerintah untuk menyediakan hunian layak dan terjangkau bagi seluruh rakyat Indonesia. Nixon LP Napitupulu menyampaikan bahwa komitmen pemerintah dalam program ini menjadi salah satu pendorong optimisme BTN dalam mencapai target pertumbuhan aset dan kinerja keuangan pada tahun 2025.
Strategi BTN dalam penurunan NPL melalui bulk asset sales dan diversifikasi skema penjualan aset bermasalah menunjukkan komitmen perseroan dalam meningkatkan kualitas aset dan kinerja keuangan. Dengan optimisme terhadap pertumbuhan aset dan dukungan terhadap Program Tiga Juta Rumah, BTN berharap dapat mencapai target pertumbuhan yang sehat dan berkelanjutan pada tahun 2025.
Sebagai langkah selanjutnya, BTN akan terus mengimplementasikan strategi manajemen aset yang efektif dan efisien, serta berkolaborasi dengan berbagai pihak terkait untuk mencapai tujuan tersebut.