JAKARTA - Penyusunan kebijakan energi yang efektif tak bisa dilepaskan dari pentingnya data yang akurat dan terpercaya. Menjawab kebutuhan tersebut, Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) kembali menghadirkan publikasi tahunan Handbook of Energy & Economic Statistics of Indonesia (HEESI) 2024, yang menyajikan data komprehensif mengenai kondisi sektor energi di Tanah Air.
Dirancang sebagai rujukan utama bagi para pemangku kepentingan, buku ini tidak hanya merekam statistik tetapi juga mencerminkan arah dan dinamika pembangunan energi nasional. Publikasi HEESI menjadi salah satu upaya pemerintah memastikan setiap langkah strategis dalam pengelolaan energi didasarkan pada informasi yang kredibel dan terkini.
Pusat Data dan Teknologi Informasi (Pusdatin) ESDM sebagai penyusun utama, menghadirkan data statistik terbaru yang mencakup berbagai sektor energi dan aspek ekonomi yang saling berkaitan. Dari sisi perencanaan hingga evaluasi kebijakan, keberadaan data tersebut dianggap krusial untuk mewujudkan pengelolaan energi yang lebih terukur dan berkelanjutan.
Dalam sambutan peluncuran HEESI, Sekretaris Jenderal Kementerian ESDM, Dadan Kusdiana, menekankan peran penting data dalam mendukung arah pembangunan yang berpihak pada kepentingan rakyat.
"Pemanfaatan sumber daya energi harus dioptimalkan untuk memberi manfaat seluas-luasnya bagi rakyat Indonesia. Untuk itu, kami menghadirkan data yang mutakhir dan akuntabel melalui publikasi HEESI," ujarnya.
Dadan juga menggarisbawahi tantangan global yang dihadapi sepanjang tahun ini, termasuk tren perlambatan ekonomi dunia. Meski demikian, ekonomi Indonesia tetap menunjukkan ketahanan, dengan pertumbuhan mencapai 5,03 persen dan pendapatan per kapita menyentuh Rp78,61 juta per tahun.
Menariknya, permintaan energi nasional justru tumbuh lebih cepat, yakni sebesar 7,46 persen, menandakan semakin kuatnya kebutuhan energi dalam menopang aktivitas ekonomi masyarakat. Dadan menyebut bahwa hal ini mencerminkan elastisitas energi nasional yang mencapai 1,4 persen, membuka ruang perbaikan dan efisiensi di masa mendatang.
"Kalau disampaikan bahwa pertumbuhannya 5,03% untuk ekonomi kemudian 7,46% untuk energi berarti kita punya elastisitas energinya itu 1,4%. Dalam beberapa case, sebetulnya kita cukup bersaing dengan wilayah-wilayah negara tetangga dan kita masih banyak peluang untuk terus memperbaiki dari 1,4 ini sehingga angka-angkanya nanti menjadi semakin baik," jelasnya.
Publikasi HEESI juga memberikan gambaran lengkap mengenai komposisi bauran energi primer Indonesia. Saat ini, batubara masih mendominasi dengan porsi 40,37 persen, disusul minyak bumi (28,82 persen), gas bumi (16,17 persen), dan energi baru terbarukan (EBT) sebesar 14,65 persen. Pemerintah terus berkomitmen mengejar target bauran EBT sebesar 23 persen pada tahun 2025, sesuai dengan arah transisi energi nasional.
Data yang tercantum dalam HEESI juga merekam sektor-sektor utama pengguna energi. Sepanjang 2024, industri tercatat sebagai konsumen energi terbesar dengan kontribusi sebesar 45,94 persen, kemudian disusul sektor transportasi (36,11 persen), rumah tangga (12,58 persen), komersial (4,47 persen), dan sektor lain-lain (0,90 persen). Dominasi sektor industri dalam konsumsi energi juga menunjukkan korelasi erat dengan tingginya penggunaan batubara dan gas bumi.
Seiring dengan peningkatan konsumsi energi lintas sektor, pemerintah semakin menyadari pentingnya ketersediaan data yang akurat, terukur, dan tepat waktu. Bagi Dadan, transparansi informasi menjadi bagian dari sistem tata kelola energi yang sehat dan demokratis.
"Ketersediaan data menjadi elemen penting dalam mendukung penyusunan strategi dan kebijakan energi nasional," tegasnya.
Tak hanya bagi pemerintah, publikasi HEESI juga dirancang untuk menjangkau kalangan akademisi, pelaku usaha, hingga masyarakat umum. Dengan demikian, proses perumusan kebijakan maupun aktivitas riset dapat mengacu pada data yang sama, membentuk keselarasan dalam pemahaman kondisi energi nasional.
Dukungan terhadap keterbukaan informasi di sektor energi menjadi bagian integral dari visi pemerintah membangun ketahanan energi nasional. HEESI pun hadir sebagai medium yang tidak hanya menyampaikan angka, tetapi juga memberikan konteks dan interpretasi bagi siapa saja yang membutuhkan informasi mengenai sektor energi Indonesia.
Buku ini kini dapat diakses secara luas melalui laman resmi Kementerian ESDM, membuka kesempatan bagi siapa saja untuk menggali data dan wawasan seputar energi Indonesia, baik dari sisi teknis, ekonomi, maupun sosial.
Dengan peluncuran HEESI edisi terbaru ini, pemerintah menegaskan kembali pentingnya data sebagai pilar dalam merancang masa depan energi yang berkelanjutan, efisien, dan berpihak kepada kepentingan nasional.