JAKARTA - Munculnya berbagai pilihan gaya hidup sehat telah mendorong masyarakat untuk mencari olahraga yang tak hanya menyenangkan, tetapi juga ramah untuk semua usia. Salah satu tren olahraga yang belakangan ini mencuri perhatian publik, terutama di kota-kota besar seperti Bandung, adalah padel olahraga raket yang berasal dari Meksiko dan kini menjadi fenomena global.
Daya tarik padel bukan sekadar terletak pada keunikannya sebagai olahraga raket, tetapi juga karena kemudahan dalam bermain serta manfaat kesehatannya yang luas. Di tengah maraknya tren ini, padel perlahan berkembang dari sekadar aktivitas rekreasi menjadi bagian dari gaya hidup modern yang inklusif.
Hartono Soekwanto, seorang pegiat olahraga padel di Bandung, menjadi salah satu contoh nyata bagaimana olahraga ini diterima dan dinikmati oleh masyarakat dari berbagai kalangan usia. Menurut Hartono, padel menjadi pilihan yang ideal karena tidak memerlukan keahlian khusus atau kondisi fisik yang prima untuk bisa dimainkan.
- Baca Juga Olahraga Futsal dan Kenangan Milenial
“Perkembangan padel ini memang luar biasa karena memang mudah untuk dimainkan siapapun. Mulai dari anak-anak hingga orang tua, sehingga olahraga ini sangat bagus buat rekreasi sehat bersama keluarga,” ungkapnya saat ditemui di lapangan PadelPlush, Jalan Cihampelas, Kota Bandung.
Lapangan padel memang dirancang agar nyaman dan aman untuk semua kalangan. Ukurannya yang lebih kecil dibanding lapangan tenis hanya 20x10 meter atau sepertiganya membuat permainan ini tidak terlalu menuntut secara fisik. Hal ini tentu menjadi nilai tambah bagi kalangan dewasa dan lansia yang ingin tetap aktif bergerak.
Bagi Hartono yang kini berusia 53 tahun, padel adalah solusi untuk tetap menjalani gaya hidup aktif di usia yang tidak lagi muda. Ia mengungkapkan bahwa lantai lapangan padel lebih ramah untuk sendi, terlebih dengan sol sepatu khusus padel yang dirancang lebih empuk.
“Lantai lapangan padel pun lebih aman karena tidak sekeras lapangan tennis, apalagi sol untuk sepatu khusus padel lebih empuk dan ini lebih aman bagi mereka yang sudah berusia di atas 40 tahun karena biasanya suka bermasalah di persendian,” jelasnya.
Sebelum menggeluti padel, Hartono aktif dalam dunia tennis bahkan sempat mengikuti turnamen bersama Bonit Wiryawan, mantan atlet tennis ganda nasional. Namun, keterbatasan fisik karena usia membuatnya beralih ke padel.
“Kalau usia masih di bawah 40 tahun, kita masih bisa berlari mengejar bola di lapangan tennis. Tapi kalau sudah di usia seperti saya, ya sudah sulit untuk covering lapangan tennis dan padel akhirnya jadi pilihan saya berolahraga,” tambahnya.
Namun, alasan Hartono bermain padel bukan semata karena faktor usia. Ia merasakan manfaat nyata bagi kesehatannya, termasuk kestabilan gula darah. Sebagai penderita diabetes, ia menilai padel menjadi solusi yang ideal karena memiliki unsur kardio yang cukup tanpa membebani kerja jantung.
“Tak hanya keluar keringat saja dan bikin badan lebih bugar, main padel ini bisa stabilkan gula darah saya. Jadi olahraga ini bagus buat penderita diabetes. Tidak terlalu banyak lari, kardio-nya dapat, dan tidak terlalu memaksa jantung kerja lebih keras,” ujar pria yang juga dikenal sebagai juara dunia kontes ikan koi di Jepang.
Meskipun tergolong aman, Hartono mengingatkan pentingnya pemanasan sebelum bermain padel. Ia menyoroti bahwa raket padel cenderung lebih berat dibanding raket tennis pemula, sehingga rawan menyebabkan cedera pada bagian tangan dan sendi jika tidak melakukan pemanasan terlebih dahulu.
“Raket untuk pemula di olahraga tennis itu beratnya sekitar 225 sampai 260 gram, sedangkan di olahraga padel itu sekitar 335 sampai 355 gram dan itu hampir sama beratnya dengan raket yang digunakan atlet tennis profesional Novac Djokovic. Jadi kalau tidak hati-hati dan pemanasan lebih dulu sebelum bermain padel, risiko cedera siku atau otot sendi tangan bisa saja terjadi,” katanya mengingatkan.
Faktor keselamatan lain yang tak kalah penting adalah kualitas lapangan. Hartono menilai bahwa lapangan harus memenuhi standar, terutama dari segi karpet lantai yang harus rata dan datar untuk menghindari cedera akibat pantulan bola yang tidak wajar.
“Jangan sampai karena sedang booming, pemilik lapangan padel hanya mengejar keuntungan tanpa memikirkan safety dari pemain. Lapangan PadelPlush ini saya lihat cukup baik dan bisa dibilang yang terbaik di Indonesia. Sesuai standar internasional, bahkan atapnya pun cukup tinggi mencapai 15 meter sehingga sirkulasi udaranya sangat baik,” ujar Hartono menilai.
Dengan kehadiran fasilitas yang memadai seperti PadelPlush, Hartono optimistis olahraga ini akan tumbuh lebih besar. Bukan hanya sekadar sarana rekreasi keluarga, namun juga membuka jalan bagi lahirnya atlet-atlet berprestasi yang bisa tampil di level nasional hingga internasional.
“Jadi selain olahraga rekreasi keluarga, padel ini sudah diakui sebagai olahraga prestasi dan menjadi anggota KONI. Meski saat ini masih menjadi olahraga trend musiman, tapi saya yakin ke depan akan terjadi seleksi alam. Mana yang memang benar-benar serius menggeluti olahraga ini, mana yang hanya untuk ikut trend saja,” jelasnya.
Sebagai bagian dari visi itu, Hartono berharap agar induk organisasi padel di Indonesia lebih aktif menyelenggarakan kejuaraan, termasuk untuk kelompok usia senior. Dirinya sendiri mengaku ingin berkompetisi secara serius di kategori usia master, seperti saat ia masih aktif di dunia tennis.
“Saya sendiri ingin serius, ikut dan menang di kejuaraan-kejuaraan untuk kalangan usia saya atau master seperti halnya di olahraga tennis. Semoga saja induk organisasi padel di Indonesia bisa menghadirkan kejuaraan-kejuaraan untuk kami,” pungkas Hartono dengan semangat.