Kuliner

Hotpot, Kuliner Hangat yang Digemari di Malang

Hotpot, Kuliner Hangat yang Digemari di Malang
Hotpot, Kuliner Hangat yang Digemari di Malang

JAKARTA - Udara Malang yang sejuk, apalagi saat sore atau musim hujan, semakin sempurna jika ditemani dengan makanan hangat dan berkuah. Dalam beberapa tahun terakhir, tren kuliner hotpot atau hidangan rebus-rebusan khas Asia mengalami lonjakan popularitas di kota ini. Tak hanya menghadirkan sensasi rasa yang khas, hotpot juga menjadi pilihan bersantap yang menyenangkan untuk dinikmati bersama keluarga maupun teman.

Di berbagai sudut kota Malang, kini mudah ditemukan gerai yang menawarkan pengalaman makan hotpot—baik dengan gaya Tiongkok, Jepang, hingga versi fusion modern. Kehadirannya bukan sekadar tren sesaat, melainkan telah menjadi bagian dari gaya hidup kuliner masyarakat urban.

Hotpot, Kuliner Interaktif Favorit Semua Usia

Hotpot dikenal sebagai sajian yang interaktif. Para pengunjung diajak “memasak” sendiri aneka bahan makanan di atas panci berisi kuah panas, mulai dari irisan daging, seafood, bakso, sayuran, hingga mie dan jamur. Hal ini menjadikan pengalaman makan tak hanya soal rasa, tapi juga proses.

“Menurut saya, hotpot itu cocok banget buat makan bareng rame-rame. Bisa milih sendiri apa yang mau dimasak, dan bisa lama ngobrol sambil makan,” ujar Mita (22), mahasiswa di salah satu perguruan tinggi di Malang yang rutin mengunjungi gerai hotpot setiap akhir pekan.

Sensasi kuah panas yang terus mendidih, dipadukan dengan sambal, saus wijen, dan aneka topping lainnya, membuat hotpot menjadi pilihan hangat yang pas untuk cuaca Malang yang sering kali dingin dan berkabut.

Berbagai Pilihan Kuah dan Topping

Mayoritas restoran hotpot di Malang kini menawarkan banyak pilihan kuah, mulai dari kaldu original, tom yum, hingga kuah pedas khas Szechuan. Masing-masing memiliki cita rasa yang unik dan bisa disesuaikan dengan selera konsumen.

Sementara itu, topping yang ditawarkan pun sangat beragam. Ada daging sapi tipis yang cepat matang, udang segar, cumi, tahu sutra, berbagai jenis jamur, hingga bola-bola ikan dan sayuran segar. Beberapa tempat juga menawarkan menu vegetarian dan pilihan kuah non-MSG sebagai alternatif sehat.

“Biasanya saya pilih dua macam kuah, yang satu original, satunya pedas. Terus isiannya lengkap, mulai dari daging sampai bakso isi keju,” kata Indra (28), pegawai swasta di Malang yang menyukai hotpot sejak kuliah.

Restoran Hotpot Populer di Malang

Tak sedikit tempat makan hotpot di Malang yang kini jadi tujuan utama pecinta kuliner. Salah satunya adalah Shabu Ghin, yang menghadirkan konsep all you can eat dengan pilihan kuah dan saus yang autentik. Ada juga Hotpot Story yang berada di pusat perbelanjaan dan menawarkan konsep keluarga dengan harga terjangkau.

Bagi pencinta gaya Jepang, Kintan Buffet bisa jadi pilihan menarik karena menyajikan kombinasi shabu-shabu dan yakiniku. Sementara bagi penikmat hotpot khas Tiongkok, Haidilao Malang mulai dilirik karena menawarkan kuah mala khas Sichuan dan pelayanan yang premium.

“Persaingan tempat makan hotpot di Malang cukup ketat. Tapi justru itu bagus, karena kita jadi punya banyak pilihan yang sesuai selera dan kantong,” ujar Dedy (35), pengelola salah satu food blog lokal.

Cocok untuk Nongkrong hingga Rayakan Momen Khusus

Kelebihan lain dari konsep hotpot adalah sifatnya yang fleksibel. Menu dan suasana tempat yang kasual membuat restoran hotpot cocok digunakan untuk berbagai momen: dari makan siang santai, reuni, hingga merayakan ulang tahun kecil-kecilan.

Beberapa restoran bahkan sudah melengkapi diri dengan area privat, sistem pemesanan digital, dan opsi makan sendirian (personal hotpot) bagi pengunjung yang datang sendiri. Ini membuktikan bahwa hotpot tak lagi sekadar makanan kelompok, tetapi juga jadi tren individual.

“Kadang saya makan sendiri di hotpot, karena memang suka. Sekarang tempatnya banyak yang nyaman buat sendiri juga,” kata Anisa (26), pengunjung reguler di salah satu gerai hotpot di kawasan Soekarno Hatta.

Kombinasi Tradisi dan Gaya Hidup Modern

Tak bisa dimungkiri, kesuksesan hotpot di Malang juga dipengaruhi oleh gencarnya promosi melalui media sosial dan food vlogger lokal. Tampilan hotpot yang berwarna-warni dan proses makannya yang estetik menjadikan hidangan ini sangat “Instagrammable”.

Namun lebih dari sekadar gaya hidup, hotpot juga merefleksikan semangat berbagi dan kehangatan dalam budaya makan Asia. Tradisi menyantap makanan dari satu panci besar yang diletakkan di tengah meja telah lama menjadi simbol kebersamaan, dan kini kembali dipopulerkan dengan sentuhan modern.

Di tengah laju perkembangan dunia kuliner yang terus berubah, hotpot menunjukkan bahwa makanan sederhana bisa tetap relevan dan digemari, selama mampu menghadirkan rasa, pengalaman, dan kenyamanan. Kota Malang pun kini menjadi saksi dari tumbuhnya tren ini yang merangkul semua kalangan, dari pelajar hingga profesional.

Rekomendasi

Index

Berita Lainnya

Index