JAKARTA - Dalam beberapa pekan terakhir, masyarakat Kabupaten Maros, Sulawesi Selatan, dihadapkan pada situasi yang cukup mengkhawatirkan terkait harga sembako. Sejumlah pasar tradisional di daerah ini mencatat lonjakan harga yang signifikan, yang telah terjadi selama tiga minggu terakhir. Kenaikan harga ini dipicu oleh dua faktor utama: cuaca buruk yang melanda wilayah tersebut dan terbatasnya pasokan barang.
Berdasarkan pantauan yang dilakukan pada Jumat, 25 Juli 2025, harga berbagai komoditas sembako mengalami kenaikan yang cukup drastis. Salah satu contohnya adalah bawang merah, yang sebelumnya dijual dengan harga berkisar antara Rp25 ribu hingga Rp30 ribu per kilogram, kini telah menembus angka Rp50 ribu. Kenaikan harga ini tentu saja menjadi perhatian bagi masyarakat, terutama bagi mereka yang bergantung pada sembako untuk kebutuhan sehari-hari.
Cuaca buruk yang terjadi dalam beberapa waktu terakhir telah mengganggu proses distribusi dan produksi berbagai komoditas. Hujan deras dan angin kencang yang melanda daerah ini menyebabkan banyak petani mengalami kerugian, sehingga pasokan barang menjadi terbatas. Hal ini berimbas langsung pada harga jual di pasar, di mana permintaan yang tinggi tidak diimbangi dengan ketersediaan barang yang memadai.
Kondisi ini tidak hanya berdampak pada bawang merah, tetapi juga pada komoditas lainnya. Masyarakat mulai merasakan dampak dari kenaikan harga ini, terutama bagi mereka yang memiliki anggaran terbatas. Kenaikan harga sembako dapat mempengaruhi pola konsumsi masyarakat, di mana mereka terpaksa mengurangi jumlah pembelian atau mencari alternatif lain yang lebih terjangkau.
Pemerintah daerah diharapkan dapat mengambil langkah-langkah untuk mengatasi situasi ini. Salah satu solusi yang dapat dipertimbangkan adalah melakukan intervensi pasar untuk menstabilkan harga sembako. Dengan melakukan operasi pasar atau menyediakan bantuan sosial bagi masyarakat yang terdampak, diharapkan dapat meringankan beban mereka dalam menghadapi kenaikan harga.
Selain itu, penting bagi pemerintah untuk meningkatkan komunikasi dan koordinasi dengan para petani dan distributor. Dengan memahami kondisi di lapangan, pemerintah dapat merumuskan kebijakan yang lebih tepat sasaran untuk mendukung produksi dan distribusi sembako. Hal ini akan membantu memastikan ketersediaan barang di pasar dan mencegah lonjakan harga yang tidak terkendali di masa mendatang.
Masyarakat juga diimbau untuk lebih bijak dalam berbelanja dan mengelola anggaran mereka. Dalam situasi seperti ini, penting untuk memprioritaskan kebutuhan pokok dan mencari alternatif yang lebih ekonomis. Selain itu, masyarakat dapat berpartisipasi dalam program-program yang mendukung pertanian lokal, sehingga dapat membantu meningkatkan pasokan sembako di daerah mereka.
Sebagai penutup, lonjakan harga sembako di Kabupaten Maros merupakan isu yang perlu mendapatkan perhatian serius dari semua pihak. Dengan adanya cuaca buruk dan pasokan barang yang terbatas, masyarakat harus menghadapi tantangan yang cukup berat. Namun, dengan kerjasama antara pemerintah, petani, dan masyarakat, diharapkan situasi ini dapat diatasi dan harga sembako dapat kembali stabil. Ketersediaan sembako yang terjangkau sangat penting untuk menjaga kesejahteraan masyarakat, terutama di tengah kondisi ekonomi yang tidak menentu.