JAKARTA - Keindahan matahari terbit di Taman Nasional Bromo Tengger Semeru (TNBT) selalu menjadi magnet bagi wisatawan domestik maupun mancanegara. Setiap pagi, Bukit Kedaluh, yang dikenal sebagai salah satu spot terbaik untuk menikmati fenomena alam ini, dipadati pengunjung yang rela menahan kantuk dan mengantre sejak dini hari. Antrean panjang jip wisata terlihat mengular di pintu loket TNBT, menandai hiruk-pikuk aktivitas transportasi yang siap mengantarkan pengunjung ke puncak bukit.
Topan, seorang pengemudi jip, menceritakan perjuangannya memastikan penumpang tiba tepat waktu. Dengan Toyota Land Cruiser FJ 40 yang sudah dimodifikasi agar lebih bertenaga, ia menavigasi jalanan padat dengan satu tujuan: memberi pengalaman terbaik bagi wisatawan yang membayar Rp 650 ribu untuk menikmati matahari terbit di atas lautan kabut dan jajaran gunung.
Kawasan Bukit Kedaluh memang menjadi favorit karena menyajikan panorama Gunung Bromo, Batok, Widodaren, hingga puncak Mahameru yang berselimut awan. Meski akses jalan menuju bukit penuh jip yang parkir, pengunjung tetap antusias berjalan kaki atau memanfaatkan ojek untuk mencapai titik terbaik. Beberapa warung di sekitar bukit pun dipadati wisatawan, seperti rombongan Tim Bootcamp Anugerah Jurnalistik Pertamina 2025, yang menyesap teh panas sambil menunggu kilau pertama sinar matahari.
- Baca Juga Adu Penalti dalam Sepak Bola
Turis mancanegara tidak kalah bersemangat. Anna, 27 tahun, dari Perancis, terlihat sibuk bergantian berfoto dengan teman-temannya, mengabadikan setiap detik pemandangan lautan awan yang membentang dengan latar pegunungan. Bulan Juni hingga Agustus dikenal sebagai musim terbaik untuk menikmati langit cerah dan taburan bintang, sehingga pengalaman di Bromo terasa istimewa.
Selain panorama matahari terbit, aktivitas lokal juga menjadi daya tarik tersendiri. Warga setempat terlihat melintasi hamparan pasir dengan kuda, menambah kesan eksotis dan autentik bagi para wisatawan. Banyak pengunjung yang memanfaatkan kesempatan ini untuk foto bersama jip sewaan mereka, menjadikan momen pagi di Bromo tak hanya pengalaman visual, tetapi juga dokumentasi yang siap dibagikan ke media sosial.
Kehadiran pengunjung yang ramai setiap pagi menunjukkan bagaimana Bromo tetap menjadi ikon pariwisata Jawa Timur yang diminati berbagai kalangan. Perjuangan untuk mencapai titik terbaik demi menikmati pesona alam, meski harus mengantre atau berjalan kaki di udara dingin, seakan menjadi ritual tersendiri. Setiap detik menunggu terbayar saat matahari perlahan muncul di ufuk timur, memantulkan cahaya emas yang menyelimuti gunung-gunung dan lautan kabut di bawahnya.
Fenomena ini bukan sekadar destinasi wisata, tetapi juga pengalaman emosional yang menyatukan pengunjung dari berbagai latar belakang. Dari pengemudi jip yang berjuang memastikan kenyamanan penumpang, hingga turis mancanegara yang terpukau dengan lanskap, semua menjadi bagian dari harmoni pagi di Bromo.
Dengan pesona alam yang menakjubkan, fasilitas wisata yang terus berkembang, dan antusiasme pengunjung yang tinggi, Taman Nasional Bromo Tengger Semeru tetap menjadi surga bagi pecinta alam dan fotografi. Setiap sunrise membawa cerita baru, mengukir momen tak terlupakan bagi siapa pun yang datang menyaksikannya.