JAKARTA - PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BRI) terus menegaskan perannya sebagai ujung tombak dalam pembangunan ekonomi nasional melalui dukungannya yang masif terhadap sektor Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM). Di semester pertama tahun 2025, BRI berhasil menyalurkan Kredit Usaha Rakyat (KUR) senilai Rp 83,88 triliun kepada 1,8 juta debitur di seluruh Indonesia. Penyaluran ini difokuskan untuk membantu pelaku UMKM, khususnya para supplier Mitra Binaan Grup (MBG), agar dapat bertahan dan berkembang di tengah dinamika ekonomi yang terus berubah.
Wakil Direktur Utama BRI, Agus Noorsanto, menegaskan bahwa komitmen bank pelat merah ini untuk mendorong program-program unggulan Presiden Prabowo Subianto sangat nyata, khususnya dalam memperkuat sektor mikro yang menjadi tulang punggung perekonomian Indonesia. Dalam konferensi pers virtual, Agus menyampaikan, “Dukungan BRI terhadap program pemerintah pertama mengenai KUR periode Januari sampai 2025 menyalurkan KUR senilai Rp 83,88 triliun kepada 1,8 juta debitur menyasar UMKM supplier MBG di seluruh Indonesia.”
Penyaluran KUR merupakan bagian dari upaya strategis untuk memberikan akses pembiayaan yang mudah dan terjangkau bagi pelaku UMKM, sehingga mereka mampu meningkatkan kapasitas produksi dan daya saing. Dalam kondisi pasar yang penuh tantangan, keberadaan KUR sangat vital untuk memastikan UMKM tidak hanya bertahan, tetapi juga berkembang. Melalui fasilitas ini, BRI membantu UMKM memperkuat modal kerja dan investasi produktif yang pada akhirnya dapat mendorong pertumbuhan ekonomi lokal dan nasional.
Selain itu, BRI juga berkontribusi dalam program pembangunan perumahan rakyat. Melalui penyaluran kredit Fasilitas Likuiditas Pembiayaan Perumahan (FLPP), BRI telah menyalurkan pembiayaan sebesar Rp 13,35 triliun kepada 97.878 masyarakat berpenghasilan rendah (MBR) di Indonesia. Angka ini mencatat pertumbuhan signifikan sebesar 19,51 persen secara tahunan, menandakan komitmen BRI untuk mendukung program pemerintah dalam menyediakan hunian yang layak dan terjangkau bagi masyarakat yang membutuhkan.
Agus Noorsanto juga mengungkapkan bahwa BRI berkomitmen mendukung program terbaru pemerintah, yaitu Kopdes Merah Putih, yang diluncurkan pada Juli 2025. Program ini bertujuan memperkuat peran koperasi dan desa sebagai basis pengembangan ekonomi masyarakat yang inklusif dan berkelanjutan. “Terbaru program Kopdes Merah Putih, BRI berkomitmen mendukung program tersebut yang baru diluncurkan Juli 2025,” ujarnya.
Dukungan BRI terhadap berbagai program pemerintah ini sekaligus memperlihatkan sinergi yang erat antara lembaga keuangan dan kebijakan nasional dalam mendorong pembangunan ekonomi yang berkeadilan. Dalam konteks ini, BRI berperan sebagai lembaga yang tidak hanya fokus pada aspek bisnis, tapi juga pada aspek sosial ekonomi melalui pembiayaan yang inklusif.
Namun, di balik pencapaian tersebut, BRI juga menghadapi tantangan yang tidak ringan dalam mempertahankan kinerja keuangannya. Pada semester pertama 2025, BRI mencatat laba bersih sebesar Rp 26,5 triliun, mengalami penurunan 11,25 persen dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya yang sebesar Rp 29,89 triliun. Penurunan ini disebabkan oleh beberapa faktor, termasuk kondisi makroekonomi yang memengaruhi profitabilitas bank.
Dari sisi pendapatan, BRI berhasil mencatat pendapatan bunga sebesar Rp 102,37 triliun, tumbuh tipis 2,6 persen year on year (yoy). Namun, peningkatan beban bunga sebesar 2,07 persen menjadi Rp 29,10 triliun menyebabkan pendapatan bunga bersih hanya tumbuh tipis sebesar 2,8 persen menjadi Rp 73,27 triliun. Hal ini menunjukkan adanya tekanan pada efisiensi margin bunga bank akibat kondisi suku bunga dan persaingan yang ketat di industri perbankan.
Net Interest Margin (NIM) BRI yang merupakan indikator penting profitabilitas bank sedikit menurun dari 6,81 persen menjadi 6,58 persen, mencerminkan tantangan efisiensi margin yang dihadapi BRI di tengah situasi pasar saat ini. Meski demikian, BRI tetap mampu mempertahankan pertumbuhan penyaluran kredit nasional, dengan total kredit yang disalurkan mencapai Rp 1.416,62 triliun atau tumbuh 5,97 persen secara yoy.
Fokus utama penyaluran kredit BRI masih didominasi oleh sektor UMKM dengan total kredit sebesar Rp 1.137,84 triliun, yang menyumbang 80,32 persen dari total portofolio pembiayaan bank. Angka ini mengukuhkan posisi BRI sebagai bank terbesar dan terdepan dalam pembiayaan sektor mikro yang menjadi penopang utama perekonomian Indonesia.
Selain itu, kualitas aset BRI juga menunjukkan perbaikan. Rasio kredit bermasalah (NPL) gross menurun menjadi 3,23 persen dan NPL net turun menjadi 0,99 persen per akhir. Penurunan NPL ini mencerminkan pengelolaan risiko yang lebih baik dan strategi penagihan yang efektif di tengah ekspansi kredit yang cukup besar.
Keberhasilan BRI dalam menyalurkan kredit dan menjaga kualitas aset merupakan bukti nyata bahwa bank ini mampu beradaptasi dengan dinamika pasar dan tetap menjadi pendukung utama pembangunan ekonomi nasional. Hal ini sejalan dengan visi BRI untuk menjadi bank yang inklusif dan berperan penting dalam memajukan sektor UMKM dan masyarakat kelas menengah ke bawah.
Dalam konteks pembangunan nasional, BRI bukan hanya lembaga keuangan semata, melainkan mitra strategis pemerintah dalam mewujudkan berbagai program unggulan yang bertujuan mengakselerasi pertumbuhan ekonomi, pemerataan pembangunan, dan pengentasan kemiskinan. Dukungan pembiayaan yang masif dari BRI diharapkan dapat mendorong UMKM untuk tumbuh lebih produktif, berinovasi, dan berdaya saing, sekaligus memperkuat ketahanan ekonomi nasional di tengah tantangan global.
Dengan komitmen yang kuat, BRI akan terus memperluas akses pembiayaan, meningkatkan layanan digital, dan menjaga kualitas portofolio kreditnya guna memastikan perannya sebagai motor penggerak ekonomi kerakyatan tetap terjaga. Ke depan, BRI berpotensi semakin memperkokoh posisinya sebagai bank yang tidak hanya mendukung pertumbuhan ekonomi nasional, tetapi juga menjadi simbol kepercayaan masyarakat dan pemerintah.